Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar (kurs) rupiah menguat jelang akhir pekan seiring Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed mengindikasikan kebijakan moneter yang tidak terlalu agresif.
Rupiah pada Jumat pagi dibuka naik 176 poin atau 1,15 persen ke posisi 15.169 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.345 per dolar AS.
Baca Juga
"Rupiah berpeluang menguat terhadap dolar AS karena The Fed mengindikasikan kebijakan pengetatan yang tidak terlalu agresif pada pengumuman keputusan kebijakan moneternya di Kamis dini hari kemarin," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Jumat (24/3/2023).
Advertisement
Ariston menuturkan pasar sekarang berekspektasi mungkin suku bunga acuan AS tidak akan dinaikkan pada rapat berikutnya dan mungkin hanya naik satu kali lagi tahun ini.
The Fed menaikkan suku bunga acuannya 25 basis poin pada Rabu (22/3/2023), tetapi menghilangkan bahasa tentang "peningkatan yang sedang berlangsung" yang diperlukan untuk mendukung "beberapa kenaikan tambahan".
Kenaikan The Fed penting mengingat bahwa pasar keuangan telah bergolak oleh kepercayaan yang goyah terhadap bank-bank secara global menyusul penarikan dana besar-besar di Silicon Valley Bank di AS dua minggu lalu dan kematian mendadak Credit Suisse di Swiss.
Menurut Ariston, krisis perbankan di AS yang sedang berlangsung menjadi faktor dari kebijakan yang tidak agresif tersebut. Tiga bank di Amerika Serikat (AS) ditutup, yakni Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank.
Krisis Perbankan
Tapi di sisi lain, krisis perbankan itu memicu kehati-hatian pelaku pasar untuk masuk ke aset berisiko. Pasar masih mencermati perkembangan krisis tersebut, apakah pemerintah yang bersangkutan bisa mengatasinya atau krisis malah menyebar ke berbagai negara.
"Kehati-hatian ini bisa mendorong pelemahan aset berisiko seperti rupiah," ujarnya.
Ia memperkirakan kurs rupiah berpeluang menguat ke arah Rp15.300 per dolar AS dengan potensi resisten di sekitar Rp15.380 per dolar AS.
Pada Selasa (21/3) kurs rupiah ditutup naik 15 poin atau 0,10 persen ke posisi 15.345 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.360 per dolar AS.
Apa Kabar Redenominasi Rupiah? Ternyata Sudah Diterapkan di Cafe hingga Pedagang Soto
Wacana redonominasi mata uang Rupiah tak kunjung menemui titik terang. Padahal, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah menetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.01/2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2020-2024 yang salah satunya menjelaskan tentang Rancangan Undang-undang tentang Redenominasi Rupiah.
Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang. Misalnya mata uang pecahan Rp 1.000 menjadi Rp 1.
Melansir dari laman djkn.kemenkeu.go.id, redenominasi didefinisikan sebagai penyederhanaan nilai mata uang rupiah tanpa mengubah nilai tukarnya. Redenominasi bertujuan untuk menyederhanakan jumlah digit pada pecahan rupiah tanpa mengurangi daya beli, harga atau nilai rupiah terhadap harga barang dan/atau jasa.
Secara teknis, uang yang sudah diredenominasi jumlah angkanya akan mengecil tapi nilainya tetap sama. Misalnya dalam pecahan uang Rp10.000, maka tiga angka di belakang akan dihilangkan, penulisannya berubah Rp10 saja dan nilai uang masih sama dengan sepuluh ribu rupiah.
"Jika kita biasanya membeli susu seharga Rp10.000 per kaleng, setelah redenominasi rupiah, maka harga tersebut berubah Rp10 per kaleng," jelas Kemenkeu dikutip, Selasa (21/3/2023).
Sudah DiterapkanJika melihat fenomena di masyarakat saat ini, tanpa disadari sebenarnya masyarakat secara tidak langsung telah menerapkan redenominasi rupiah meski secara informal. Jika kita berjalan-jalan di mal, restoran, cafe, atau bioskop, terpampang daftar harga/tarif dengan embel-embel “K” dibelakang digitnya.
Contohnya untuk menu nasi soto ayam dengan harga Rp30.000 per porsi hanya dicantumkan 30 K saja. ‘K’ di sini memiliki arti umum kelipatan seribu. Atau sekantong popcorn di Bioskop seharga Rp 42.000 hanya dicantumkan 42 K saja.
"Bahkan di pasar-pasar tradisional kalau kita perhatikan, transaksi antara pedagang dan pembeli juga sudah mulai sederhana dalam penyebutan nominal rupiah saat tawar-menawar. Misalnya, pedagang buah menawarkan sekilo jeruk dengan harga Rp30.000, dan pembeli menawarnya hanya menyebut 20 saja yang artinya Rp20.000 per kilogram," tulis Kemenkeu.
Dari fenomena tersebut, tanpa disadari, sebetulnya masyarakat secara tidak langsung sudah menerapkan redenominasi rupiah meski secara informal. Artinya selama ini tidak ada ketentuan resmi dari otoritas moneter Bank Indonesia, namun masyarakat sudah biasa melakukannya dalam transaksi dan pencatatan rupiah sehari-hari.
Advertisement
Uang Kertas dan Logam yang Beredar pada Desember 2022 Capai Rp 897,8 Triliun
Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Desember 2022 tumbuh positif.
Mengutip laman resmi BI, Selasa (24/1/2023) posisi M2 pada Desember 2022 tercatat sebesar Rp. 8.525,5 triliun atau tumbuh 8,3 persen (yoy).
Namun, pertumbuhan M2 ini lebih kecil dibandingkan November 2022 yang tumbuh 9,6 persen (yoy).
BI mengatakan, perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan Uang Beredar Sempit (M1) sebesar 9,5 persen (yoy) serta uang kuasi sebesar 6,8 persen (yoy).
Laporan analisis uang beredar BI per Desember 2022 menunjukkan, komponen giro rupiah tercatat tumbuh 17,9 persen (yoy), setelah bulan sebelumnya tumbuh sebesar 21,5 persen (yoy).
Sementara itu, dana float uang elektronik pada Desember 2022 tercatat sebesar Rp 10,0 triliun dengan pangsa sebesar 0,2 persen terhadap M1, atau terkontraksi 10,2 persen (yoy), setelah sebelumnya tumbuh positif sebesar 17,1 persen (yoy) pada November 2022. T
Adapun tabungan rupiah yang dapat ditarik sewaktu-waktu dengan pangsa 46,0 persen terhadap M1, tercatat sebesar Rp. 2.225,8 triliun pada posisi laporan, atau tumbuh sebesar 4,4 persen (yoy), setelah bulan sebelumnya tumbuh 6,5 persen (yoy).