Liputan6.com, Jakarta - Melihat dari laman resmi Bank Indonesia, terpantau pada Senin (27/3/2023) Rupiah sedikit menguat terhadap dolar AS dengan kurs jual di Rp 15.264,94. Hal yang sama juga dengan kurs beli USD hari ini di Rp 15.113,06.
Sementara, kurs jual Poundsterling Inggris hari ini dipatok sebesar Rp 18.734,66Â Â dan kurs beli Rp 18.542,21. Euro hari ini memiliki kurs jual Rp 16.530,40 dengan kurs beli Rp 16.359,89.
Baca Juga
Kurs jual dolar Australia sebesar Rp 10.209,19 dan kurs beli Rp 10.104,59.
Advertisement
Beralih ke negara kawasan ekonomi besar di Asia, kurs jual Yen Jepang hari ini berada di Rp 11.717,92 per 100 Yen dan kurs beli Rp 11.598,66 per 100Â Yen. Sementara Kurs jual Yuan China sebesar Rp 2.228,10 diikuti kurs beli Rp 2.205,84.
Kurs jual Won Korea Selatan hari ini Rp 11,83 dengan kurs beli Rp 11,71 per Won dan juga dolar Hong Kong hari ini dengan kurs jual Rp 1.944,73 serta kurs beli sebesar 1.925,35.
Selanjutnya, negara kawasan Asia Tenggara hari ini mulai dari  dolar Singapura (SGD) memiliki kurs jual Rp 11.495,55 dan kurs beli Rp 11.380,32 juga Ringgit Malaysia dengan kurs jual Rp 3.451,26 dan kurs beli Rp 3.413,84.
Kurs jual Peso Filipina hari ini berada di Rp 281,38 dan kurs beli Rp 278,48 juga Thailand dengan kurs jualnya Rp 448,18 dan kurs belinya Rp 443,59 per Baht.
Rupiah Hari Ini Melemah ke 15.183 per Dolar AS Seiring Kekhawatiran Meluasnya Krisis Perbankan
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan di awal pekan ini. Pelemahan rupiah ini terjadi seiring kekhawatiran pasar terhadap meluasnya krisis perbankan.
Pada Senin (27/3/2023), nilai tukar rupiah hari ini dibuka turun 30 poin atau 0,19 persen ke posisi 15.183 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.153 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah berpotensi melemah terhadap dolar AS hari ini karena kekhawatiran pasar terhadap meluasnya krisis perbankan," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.
Ariston menuturkan kabar tentang naiknya biaya credit default swap salah satu Bank Besar Eropa, Deutsche Bank, karena kekhawatiran gagal bayar di tengah krisis perbankan dan laporan terkait penarikan deposit oleh nasabah di bank-bank kecil Amerika Serikat (AS) menambah kekhawatiran krisis perbankan masih berpotensi meluas.
Menurut dia, hal tersebut bisa mendorong pelaku pasar masuk ke aset aman lagi sehingga dapat membebani rupiah.
Kekhawatiran atas potensi penularan di luar bank regional yang mengancam untuk menyebar ke rekan-rekan mereka yang lebih besar dipicu oleh aksi jual saham bank Eropa.
Aksi jual itu didorong oleh meningkatnya biaya untuk mengasuransikan utang Deutsche Bank, yang ditunjukkan oleh credit default swaps, yang muncul setelah pembelian Credit Suisse yang disponsori negara, telah masuk ke dalam narasi tekanan di seluruh sektor.
Saham perbankan global telah terpukul sepanjang bulan setelah keruntuhan mendadak dua pemberi pinjaman AS dan penyelamatan bank Swiss Credit Suisse yang kesulitan minggu lalu, dengan pihak berwenang turun tangan untuk meredakan kegelisahan investor.
Advertisement
Koreksi dari Kenaikan Jumat
Selain itu, Ariston menuturkan penguatan rupiah terhadap dolar AS yang dalam pada perdagangan Jumat (24/3) di tengah kekhawatiran pasar, memunculkan peluang koreksi.
Di sisi lain, ekspektasi bahwa The Fed tidak akan agresif lagi menaikkan suku bunga acuannya tahun ini karena krisis perbankan di AS masih membantu mendongkrak nilai tukar lain terhadap dolar AS, sehingga jika kekhawatiran tentang krisis itu mereda, dolar AS bisa tertekan lagi.
Ariston memproyeksikan peluang tekanan rupiah ke arah 15.200 per dolar AS, dengan potensi tertahan di kisaran 15.100 per dolar AS.