Sukses

Sarang Burung Walet, Harta Karun Pendongkrak Ekspor Indonesia

Sering disebut ‘emas putih’ sebagai harta karun Indonesia, komoditas ekspor satu ini istimewa karena memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perdagangan (Kemendag) dalam beberapa waktu belakangan gencar mensosialisasikan tentang ekspor sarang burung walet.  Sering disebut ‘emas putih’ sebagai harta karun Indonesia, komoditas ekspor satu ini istimewa karena memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi.

Sarang burung walet ini sebenarnya dalah air liur burung walet yang dijadikan sarang ketika sudah berubah menjadi padat atau mengering. Ini menjadi salah satu komoditas langka karena hanya dihasilkan di beberapa negara, Indonesia menjadi salah satunya yang beruntung. Maka dari itu, komoditas ini memiliki nilai jual yang tinggi.

Mengutip dari data Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, angka produksi sarang burung walet di Indonesia mencapai 75 persen, menjadikan Indonesia negara produsen terbesar di dunia.

Sepanjang 2022, Indonesia telah berhasil mengekspor sebanyak 1.418 ton sarang burung walet ke dunia, dengan nilai ekspor mencapai 590,57 juta dolar AS. Ada peningkatan sebanyak 14,1 persen dibandingkan tahun lalu dengan nilai sebesar 517,54 juta dolar AS. Capaian ini termasuk tinggi dalam catatan ekspor sarang burung walet Indonesia, berkat kontribusi dari para pengusaha lokal, menurut Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.

Ada beberapa kota yang dikenal sebagai penghasil sarang burung walet di Indonesia, yaitu Demak, Semarang, Rembang, Magelang, Banjarmasin, dan Medan. Sementara itu, umumnya Indonesia mengekspor komoditas ini ke Tiongkok, Hong Kong, Vietnam, Singapura, Amerika Serikat, dan Australia serta Taiwan.

Hasil dari panen sarang burung walet dapat dijadikan produk makanan dan minuman. Bahan ini juga dipercaya memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, seperti mencegah penuaan, meningkatkan konsentrasi, hingga melawan kanker.

Hal ini juga didukung oleh Mendag Zulhas mengingat komoditas ini termasuk langka dan Indonesia beruntung karena bisa menjadi salah satunya.

"Saya mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk berkolaborasi dan bekerja sama mendukung kebijakan pemerintah. Kita semua tetap harus terus fokus bekerja keras dalam mempertahankan capaian yang sudah membanggakan dan memperbaiki hal-hal yang masih perlu diperhatikan,” pungkasnya, dikutip dari situs resmi Kementerian Perdagangan.

2 dari 3 halaman

Porang, Sarang Burung Walet, dan Edamame, Komoditas Andalan Jokowi Dorong Ekspor

Presiden Joko Widodo (Jokowi) optimistis sektor pertanian di kuartal III 2021 bisa tumbuh lebih baik dibanding kuartal I dan II. Untuk diketahui, pada kuartal I 2021 pertumbuhan sektor pertanian di angka 2,95 persen dan pada kuartal II tumbuh 0,38 persen.

“Saya yakin di kuartal III sektor pertanian juga masih bisa tumbuh lebih baik lagi,” kata Jokowi dalam Rakornas Pengendalian Inflasi tahun 2021, Rabu (25/8/2021).

Optimisme itu muncul karena Jokowi yakin potensi pasar komoditas pertanian tetap masih sangat besar baik di dalam negeri maupun untuk ekspor.

“Kita tahu pada semester I 2021 dari Januari sampai Juni 2021 ekspor sektor pertanian mencapai Rp 282 triliun atau USD 1,95 miliar, naik 4,05 persen dibandingkan periode yang sama 2020 yaitu sebesar Rp 247 triliun atau USD 1,71 miliar,” ujarnya.

Menurutnya masih banyak potensi komoditas ekspor yang perlu terus dikembangkan misalnya porang. Dia yakin porang bisa menjadi komoditas baru yang memberikan nilai tambah bagi para petani.

“Saya melihat di lapangan seperti tadi saya sampaikan porang ke depan menjadikan pasar yang masih sangat besar. Tetapi saya titip agar komoditas porang ini didorong untuk sampai bisa menghasilkan barang jadi, baik berupa kosmetik berupa beras atau makanan yang lainnya,” kata dia. 

 

3 dari 3 halaman

Komoditas Lain

Selain itu juga ada komoditas sarang burung walet hingga edamame dan berbagai produk hortikultura lainnya yang masih memiliki potensi untuk bisa dikembangkan. Menurut dia, harus serius dalam meningkatkan nilai tukar petani.

“Kita harus serius menggarap ini bukan hanya untuk meningkatkan nilai tukar petani dan kesejahteraan petani tetapi untuk menghasilkan sebuah lompatan, sehingga sektor pertanian memiliki kontribusi yang semakin besar dalam menggerakkan mesin pertumbuhan ekonomi,” pungkasnya.