Liputan6.com, Jakarta Harga minyak sedikit berubah dalam perdagangan hari Selasa karena investor menimbang rencana OPEC+ untuk memangkas lebih banyak produksi terhadap data ekonomi yang lemah dari Amerika Serikat dan China yang dapat menunjukkan penurunan permintaan minyak.
Harga minyak mentah berjangka Brent menetap 1 sen lebih tinggi pada USD 84,94 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup 29 sen, atau 0,4 persen, lebih tinggi pada USD 80,71 per barel.
Baca Juga
"Kita perlu melihat permintaan bertahan dan tumbuh untuk mendorong minyak mentah ke atas $80-an," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial dikutip dari Antara, Rabu (5/4/2023).
Advertisement
Minyak mentah Brent dan WTI telah melonjak lebih dari 6% pada hari Senin setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, mengguncang pasar dengan pengumuman pengurangan produksi sukarela sebesar 1,66 juta barel per hari (bpd) dari Mei hingga akhir 2023.
Janji terbaru membawa total volume pemotongan oleh OPEC+ menjadi 3,66 juta barel per hari, termasuk pemotongan 2 juta barel Oktober lalu, setara dengan sekitar 3,7 persen dari permintaan global.
Pembatasan produksi OPEC + membuat banyak analis menaikkan perkiraan harga minyak Brent mereka menjadi sekitar $100 per barel pada akhir tahun. Goldman Sachs menaikkan perkiraannya untuk Brent menjadi $95 per barel pada akhir tahun ini, dan menjadi $100 untuk tahun 2024.
Kemerosotan aktivitas manufaktur AS pada bulan Maret ke level terendah dalam hampir tiga tahun dan aktivitas manufaktur yang lemah di China bulan lalu telah menimbulkan kekhawatiran tentang permintaan minyak.
Â
Harga minyak dunia melonjak hingga 12 persen pada hari Jumat (Sabtu 13/2/2016 pagi WIB) karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) kemungkinan setuju untuk memangkas produksinya.
Kekhawatiran Investor
Investor juga khawatir tentang biaya yang lebih tinggi untuk bisnis dan konsumen, meningkatkan kekhawatiran pukulan inflasi terhadap ekonomi dunia dari kenaikan harga minyak akan mengakibatkan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Pasar saham juga menurun setelah data menunjukkan pendinginan di pasar tenaga kerja AS.
Pengamat pasar telah mencoba untuk mengukur berapa lama lagi Federal Reserve AS mungkin perlu terus menaikkan suku bunga untuk mendinginkan inflasi, dan apakah ekonomi AS mungkin menuju resesi.
Investor sekarang melihat peluang sekitar 40 persen bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga seperempat basis poin di bulan Mei, dengan peluang jeda sekitar 60 persen.
Advertisement