Liputan6.com, Jakarta - PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta menyatakan pekerjaan pembangunan fase 2A MRT Jakarta yakni Bundaran HI-Harmoni sudah mencapai 55 persen.
"Bundaran HI sampai dengan Kota terbagi dalam tiga segmen pembangunannya, yakni Bundaran HI sampai Harmoni itu segmen pertama, bahkan yang kita lakukan sedang kita lakukan sudah lewat ke Monas mau menuju ke Harmoni. Fase ini sudah mencapai progresnya 55 persen, mudah-mudahan ini bisa cepat," kata Direktur Utama MRT Jakarta Tuhiyat saat ditemui di SCTV Tower, Kamis (6/4/2023).
Baca Juga
Pembangunan MRT Fase 2A tersebut dibagi menjadi tiga segmen, yaitu segmen satu Bundaran HI-Harmoni yang ditargetkan selesai pada 2027 dan segmen dua Harmoni-Mangga Besar, dan Mangga Besar-Kota yang ditargetkan selesai pada 2029
Advertisement
"Kami memiliki target selesai sampai dengan kota akhir 2029 itu mudah-mudahan kita bisa nikmatin," ujarnya.
Adapun fase 2A MRT Jakarta akan menghubungkan Stasiun Bundaran HI hingga kota sepanjang sekitar 5,8 kilometer dan terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah, yaitu Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota.
Tuhiyat mengatakan, nantinya pembangunan MRT Jakarta akan diteruskan dari Kota hingga Depo Ancol Barat. Sehingga total ada 12 kilometer dari Bundaran HI sampai Ancol Barat. Saat ini pihak MRT masih mengerjakan 6 kilometer pertama sampai Kota.
Sementara itu, Fase 2B MRT Jakarta yang rencananya bakal dilanjutkan dari Kota sampai dengan Depo Ancol Barat masih dalam tahap studi kelayakan (feasibility study).
Tantangan Pembangunan MRT
Menurutnya, dalam pembangunan fase kedua terdapat tantangan yang cukup rumit, sebab pihaknya harus melakukan pemeliharaan utilitas kabel listrik, pipa, dan sebagainya. Selain itu, menuju arah Kota juga terdapat artefak-artefak cagar budaya, gorong-gorong bekas minyak dan lainnya, maka pihak MRT harus membersihkan hal-hal tersebut sebelum memulai pembangunan.
"Karena semua ini fully underground di bawah tanah semua, sehingga ada beberapa challenge yang harus kita selesaikan, terkait dengan pemeliharaan utilitas. Jadi, sebelum kita melakukan pembangunan itu utilitas kabel dan pipa dan sebagainya harus dibersihkan. Kemudian menuju arah kota juga ada artefak-artefak cagar budaya, kemudian gorong-gorong minyak, pom bensin, jadi harus kita clear kan dulu ini challenge," pungkasnya.
Proyek MRT Cikarang-Balaraja Butuh Rp 160 Triliun, Inggris dan Eropa Minat Biayai
Sebelumnya, PT MRT Jakarta (Perseroda) menyatakan, Inggris dan Eropa sudah menyampaikan minat untuk ikut mendanai proyek MRT Jakarta Fase 3 Timur-Barat, atau East-West Line rute Cikarang-Balaraja, khususnya di area Jawa Barat.
Sebelumnya, Japan International Cooperation Agency (JICA) telah memberikan dukungan teknis untuk proyek Fase 3 di wilayah Jakarta, dari Medan Satria hingga Kembangan.
Inggris melalui United Kingdom Export Finance juga telah mengirimkan keberminatan, atau expression of interest (EOI) mendanai proyek sebesar USD 1,2 miliar, atau Rp 19,3 triliun.
Menurut perkiraan awal, proyek sepanjang 84,1 km tersebut butuh pembiayaan hingga Rp 160 triliun. Selain Inggris, Direktur Utama MRT Jakarta Tuhiyat mengatakan, Eropa juga tertarik untuk ikut masuk membiayai proyek MRT Jakarta Cikarang-Balaraja.
"Kami kemarin roadshow ke UK dan Eropa dalam rangka menggali financing dari sumber lain. Karena timur-barat dari Cikarang sampai Balaraja, Jawa Barat ke Banten," ujar Tuhiyat di Travoy Hub TMII, Jakarta, Rabu (5/4/2023).
"Itu kami tawarkan ke Jawa Barat (MRT Cikarang-Balaraja), tentunya via Kementerian Perhubungan yang akan menentukan nanti. Kementerian Perhubungan kami persilakan. Nanti ada beberapa sumber antara lain dari UK Export Finance, EIB (European Investment Bank), Eropa, itu kami serahkan kepada Kementerian Perhubungan," ungkapnya.
Advertisement
Investasi Masih Bisa Bertambah
Terkait kebutuhan biaya Rp 160 triliun, Tuhiyat bilang itu masih bisa bertambah. Angka resminya nanti akan keluar jika sudah dilakukan basic engineering design (BED).
"Saat ini kita BED-nya phase 1 stage 1, Medan Satria-Tomang itu sudah hampir selesai di DJKA (Kementerian Perhubungan). Nanti akan diserahkan," imbuh dia.
Untuk menampung pemasukan dana, proyek MRT Jakarta Cikarang-Balaraja bakal melalui skema lelang internasional, atau International Competitive Bidding (ICB). "Yang penting kita sekarang fokus di area Jakartanya, sudah scheme dengan Jepang. Saya fokus ke area Jakarta dulu. Di luar Jakarta kendalinya di Kementerian Perhubungan," sebutnya.