Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama MRT Jakarta Tuhiyat mengungkapkan saat ini pihaknya secara paralel tengah mempersiapkan pembangunan proyek MRT Jakarta Fase 4 koridor Fatmawati-Taman Mini sepanjang 12 km.
"Paralel kita ingin membangun jalur MRT lagi di area Selatan di Fatmawati sampai kampung rambutan TMII, itu kurang lebih 12 kilometer fully underground di bawah tanah semua ada 10 stasiun dan 1 depo di area TMII," kata Tuhiyat saat ditemui di SCTV Tower, Senayan, Jakarta, Kamis (6/4/2023).
Baca Juga
Nantinya dengan pembangunan MRT Fase 4 ini, diharapkan bisa memudahkan masyarakat yang berasal dari area Cibubur Jakarta Timur akan ke area Sudirman atau ke pusat kota.
Advertisement
"Kalau misalkan ada penumpang area cibubur Taman Mini mau ke area sudirman pusat kota bisa naik dari TMII ke Fatmawati, itu akan jauh lebih cepat," ujarnya.
Adapun skema pendanaan MRT Fase 4 Fatmawati - Kampung Rambutan ini diklaim berbeda dengan fase 1,2, dan 3. Jika fase 1,2, dan 3 menggunakan skema pendanaan pinjaman. Sementara fase 4 akan menggunakan skema kerjasama pembangunan yang melibatkan pihak swasta atau dikenal sebagai Public Private Partnership (PPP).
"Fase keempat ini skemanya beda, kalau Fase 1,2 dan 3 itu pendanaannya loan, sekarang kita kerjasama dengan Jepang. Tapi yang fase 4 kita mencari skema pendanaan lain kita namanya Public private Partnership (PPP) kerjasama badan usaha dengan pemerintah," ujarnya.
Namun, pembangunan proyek MRT Jakarta Fase 4 masih menunggu hasil evaluasi kelayakan oleh Pemprov DKI Jakarta. Meskipun belum final, Tuhiyat mengungkapkan pembangunannya bakal menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
Feasibility Study K-ConsorsiumÂ
Saat ini, K-Consorsium selaku konsorsium buatan Korea Selatan sudah melakukan inisiatif feasibility study (FS). Hasilnya pun sudah diserahkan kepada Pemprov DKI sejak 2 bulan lalu.
"Nah sudah ada beberapa inisiator yang sudah melakukan feasibility study, inisiator yang sudah melakukan datang dari Korea, itu sudah ada FS-nya dan sudah diserahkan ke Pemprov Jakarta, dan sekarang lagi proses review, kita punya target fase 4 Fatmawati sampai dengan Kampung Rambutan ini kontrak atau perusahan siapa yang pembiayaan, sekaligus pengoperasiannya itu harus terjadi di tahun depan," ujarnya.
Secara proyeksi, jika proses pendanaannya cepat, groundbreaking proyek MRT Jakarta Fase 4 dilakukan lewat penandatanganan dengan Special Purpose Company (SPC). Rencananya, penyerahan proyek MRT Fatmawati-Taman Mini kepada SPC selaku pihak yang akan melakukan operasi dan konstruksi pun dilakukan pada 2024.
Sebelumnya Tuhiyat menyebut biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan MRT fase 4 adalah Rp 21 triliun. Angka tersebut keluar berdasarkan hasil perhitungan studi kelayakan atau feasibility study (FS) yang pertama.
Proyek MRT Cikarang-Balaraja Butuh Rp 160 Triliun, Inggris dan Eropa Minat Biayai
PT MRT Jakarta (Perseroda) menyatakan, Inggris dan Eropa sudah menyampaikan minat untuk ikut mendanai proyek MRT Jakarta Fase 3 Timur-Barat, atau East-West Line rute Cikarang-Balaraja, khususnya di area Jawa Barat.
Sebelumnya, Japan International Cooperation Agency (JICA) telah memberikan dukungan teknis untuk proyek Fase 3 di wilayah Jakarta, dari Medan Satria hingga Kembangan.
Inggris melalui United Kingdom Export Finance juga telah mengirimkan keberminatan, atau expression of interest (EOI) mendanai proyek sebesar USD 1,2 miliar, atau Rp 19,3 triliun.
Menurut perkiraan awal, proyek sepanjang 84,1 km tersebut butuh pembiayaan hingga Rp 160 triliun. Selain Inggris, Direktur Utama MRT Jakarta Tuhiyat mengatakan, Eropa juga tertarik untuk ikut masuk membiayai proyek MRT Jakarta Cikarang-Balaraja.
"Kami kemarin roadshow ke UK dan Eropa dalam rangka menggali financing dari sumber lain. Karena timur-barat dari Cikarang sampai Balaraja, Jawa Barat ke Banten," ujar Tuhiyat di Travoy Hub TMII, Jakarta, Rabu (5/4/2023).
"Itu kami tawarkan ke Jawa Barat (MRT Cikarang-Balaraja), tentunya via Kementerian Perhubungan yang akan menentukan nanti. Kementerian Perhubungan kami persilakan. Nanti ada beberapa sumber antara lain dari UK Export Finance, EIB (European Investment Bank), Eropa, itu kami serahkan kepada Kementerian Perhubungan," ungkapnya.
Advertisement
Investasi Masih Bisa Bertambah
Terkait kebutuhan biaya Rp 160 triliun, Tuhiyat bilang itu masih bisa bertambah. Angka resminya nanti akan keluar jika sudah dilakukan basic engineering design (BED).
"Saat ini kita BED-nya phase 1 stage 1, Medan Satria-Tomang itu sudah hampir selesai di DJKA (Kementerian Perhubungan). Nanti akan diserahkan," imbuh dia.
Untuk menampung pemasukan dana, proyek MRT Jakarta Cikarang-Balaraja bakal melalui skema lelang internasional, atau International Competitive Bidding (ICB). "Yang penting kita sekarang fokus di area Jakartanya, sudah scheme dengan Jepang. Saya fokus ke area Jakarta dulu. Di luar Jakarta kendalinya di Kementerian Perhubungan," sebutnya.