Sukses

Waspada, Krisis Perbankan AS Berpotensi Jadi Resesi Ekonomi

Krisis perbankan yang disebabkan oleh ambruknya Silicon Valley Bank dan Signature Bank telah meningkatkan kemungkinan resesi di Amerika Serikat.

Liputan6.com, Jakarta Krisis perbankan yang disebabkan oleh ambruknya Silicon Valley Bank dan Signature Bank telah meningkatkan kemungkinan resesi di Amerika Serikat. Hal itu diungkapkan oleh CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon. 

Mengutip CNN Business, Sabtu (8/4/2023) Dimon mengatakan bahwa sementara sistem perbankan kuat dan sehat, gejolak baru-baru ini di sekitar sistem keuangan mendorong kemungkinan resesi.

"Kami melihat orang-orang mengurangi sedikit pinjaman, mengurangi sedikit, dan menarik sedikit," ungkap Dimon dalam sebuah wawancara eksklusif  dengan CNN.

"Itu adalah (tanda) resesi," sebutnya.

Kenaikan suku bunga Federal Reserve saat ini, ditambah inflasi yang tinggi serta perang Rusia Ukraina menjadi risiko terbesar yang Dimoo lihat untuk perekonomian AS.

Terapi Dimon mengatakan dia masih optimis dengan kekuatan sumber daya manusia di Amerika Serikat.

"Saya pikir kita harus memuji usaha bebas dan kita harus mendorong keuntungansementara kita memperbaiki yang negatif, bukan merendahkan semuanya," ujarnya.

Namun, Dimon belum yakin apakah ekonomi AS sudah berhasil melalui krisis perbankan.

"Saya berharap ini akan selesai, Anda tahu, semoga tidak lama lagi," katanya.

Dimon mengatakan dia tidak bisa memprediksi apakah akan ada bank lain di AS yang akan bangkrut tahun ini, mengatakan bahwa krisis perbankan saat ini berbeda dengan krisis keuangan tahun 2008.

"Kegagalan tidak apa-apa, asal tidak ada efek domino," imbuhnya.

Dimon tetap memperingatkan bahwa bank regional dan konsumen di Amerika harus "bersiap untuk tingkat (bunga) yang lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama. Saya tidak tahu apakah itu akan terjadi, tetapi bersiaplah untuk gelombang itu".

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Imbas Jatuhnya Silicon Valley Bank, Nasabah di AS Kurangi Simpanan di Bank Kecil

Jumlah simpanan nasabah di bank-bank kecil Amerika Serikat (AS) turun menyusul kolapsnya Silicon Valley Bank pada 10 Maret 2023. Penurunan itu diungkapkan melalui data yang dirilis oleh Federal Reserve (The Fed).

Mengutip CNN Business, Senin (27/3/2023) simpanan nasabah di bank kecil AS menurun hingga USD 119 miliar atau Rp 1,8 kuadriliun menjadi USD 5,46 triliun dalam pekan yang berakhir pada 15 Maret 2023.

Penurunan tersebut juga lebih besar dua kali lipat dari rekor penurunan sebelumnya dan penurunan terbesar sebagai persentase dari keseluruhan simpanan sejak 16 Maret 2007.

Sedangkan pinjaman di bank kecil, terkecuali di 25 bank komersial terbesar AS, meningkat sebesar USD 253 miliar ke rekor USD 669,6 miliar, menurut data mingguan The Fed.

"Akibatnya, bank-bank kecil memiliki USD 97 miliar lebih banyak uang tunai di akhir pekan, menunjukkan bahwa sebagian dari pinjaman itu untuk membangun peti perang sebagai tindakan pencegahan jika para deposan meminta untuk menebus uang mereka," kata analis Capital Economics, Paul Ashworth.

Sementara itu, simpanan di bank-bank besar AS naik hingga USD 67 miliar dalam sepekan menjadi USD 10,74 triliun.

Secara keseluruhan, simpanan bank AS telah menurun setelah sempat naik tajam menyusul bantuan pandemi pada tahun 2020 dan awal 2021.

Kenaikan tersebut setara dengan sekitar setengah dari penurunan simpanan di bank-bank kecil, menunjukkan sebagian uang tunai mungkin telah masuk ke dana pasar uang atau instrumen lainnya.

Bank-bank besar juga meningkatkan pinjaman dalam seminggu, sebesar USD 251 miliar.

3 dari 3 halaman

First Citizens Ajukan Proposal Akuisisi Silicon Valley Bank

ebuah bank asal Raleigh, North Carolina, AS yakni First Citizens BancShares dilaporkan sedang dalam pembicaraan untuk mengakuisisi Silicon Valley Bank yang saat ini tengah dilanda krisis.

Melansir CNBC International, Senin (27/3/2023) First Citizens dikabarkan akan mencapai kesepakatan pada hari Minggu (26/3) untuk mengakuisisi Silicon Valley Bank dari Federal Deposit Insurance Corp (FDIC).

Seperti diketahui bahwa, FDIC mengambil alih kendali Silicon Valley Bank usai bank tersebut dinyatakan bangkrut dan ditutup, mengelola aset-aset nasabahnya.

Kabar tentang pembelian Silicon Valley Bank pertama kali dipublikasi oleh Bloomberg News, mengutip sumber yang dekat dengan akuisisi tersebut.

Sebagai informasi, First Citizens BancShares memiliki aset sekitar USD 109 miliar atau Rp 1,6 kuadriliun dan total simpanan sebesar USD 89,4 miliar atau Rp 1,3 kuadriliun.

Sementara itu, baik pihak FDIC dan First Citizens belum menanggapi permintaan komentar terkait kabar akuisisi SVB.

Tidak disebutkan juga berapa besaran biaya yang akan dikeluarkan First Citizens untuk mengakuisisi Silicon Valley Bank.

Sebelumnya, FDIC telah mencoba menjual SVB Private bersama Silicon Valley Bank selama dua akhir pekan terakhir tetapi gagal mencapai kesepakatan untuk menjual keduanya secara bersamaan.

Regulator AS tersebut sejak itu memberikan penawaran terpisah untuk SVB Private dan Silicon Valley Bank pada 24 Maret 2023.

Laporan Bloomberg yang dipublikasi terpisah pada Sabtu 25 Maret menyebut, Valley National Bancorp VLY.O juga merupakan salah satu bank yang berminat untuk mengakuisisi Silicon Valley Bank.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini