Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan dalam pertemuan G20 di Amerika Serikat, negara-negara sepakat kondisi perekonomian tahun 2023 kian memburuk. Forum Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) yang dihadiri Sri Mulyani dibawah kepemimpinan India ini menilai ekonomi dunia jauh melemah tahun ini.
"Perekonomian dunia tahun ini diperkirakan jauh melemah dan juga inflasi masih menjadi tantangan di berbagai negara," kata Sri Mulyani di Washington DC, Amerika Serikat, dikutip dari akun instagramnya, @smindrawati, Kamis (13/4/2023).
Baca Juga
Kondisi demikian kata Sri Mulyani menyebabkan setiap negara merespon dengan kebijakan moneter seperti kenaikan suku bunga dan pengetatan likuiditas. Hal ini pun membuat pertumbuhan ekonomi terancam.
Advertisement
"Kenaikan suku bunga dan juga pengetatan likuiditas ini akan mengancam pertumbuhan ekonomi," kata Sri Mulyani.
Dalam pertemuan tersebut negara G20 juga membahas stabilitas sistem keuangan yang juga terpengaruh kondisi pelemahan pertumbuhan ekonomi dunia. Termasuk terdampak kenaikan suku bunga di berbagai negara.
"Jadi kondisi perekonomian dunia memang perlu untuk diwaspadai sampai dengan akhir tahun dan diharapkan tahun depan akan menjadi lebih baik," kata dia.
Untuk itu Indonesia bersama negara-negara lain fokus untuk menjaga ketahanan pangan dan energi. Meningkatkan kerjasama di tingkat global untuk membantu berbagai negara yang mengalami dampak dari krisis dunia.
"Kami sepakat, dunia perlu waspada namun tetap optimis bahwa tahun depan kondisi akan membaik," kata dia.
Â
50 Persen Pertumbuhan Ekonomi Dunia Bakal Disumbang 2 Negara Ini
aat ekonomi global menuju periode pertumbuhan terlemahnya dalam lebih dari 30 tahun, China dan India tetap berada di titik terang yang dapat menular ke negara-negara tetangga di Asia. Hal itu diungkapkan Direktur Departemen Asia dan Pasifik Dana Moneter Internasional (IMF), Krishna Srinivasan.
Melansir Channel News Asia, Kamis (13/4/2023) Srinivasan mengatakan bahwa negara-negara di Asia dapat mengimbangi beberapa efek hambatan global dengan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi di China dan India.
Dua negara terpadat di dunia itu diperkirakan akan menyumbang sekitar setengah dari seluruh pertumbuhan ekonomi global tahun ini, menurut IMF.
"China telah pulih – ia datang dengan kuat lagi. Tetapi bahkan untuk negara seperti China, prospek jangka panjang harus ditangani melalui reformasi kebijakan," ujar Srinivasan kepada CNA Asia First.Â
IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi China sekitar 5 persen tahun ini.
“Peningkatan besar dalam perkiraan pertumbuhan untuk China, menjadi pemain yang sangat penting baik secara global maupun regional," bebernya.
"Angka kami menunjukkan bahwa untuk setiap peningkatan satu poin persentase dalam pertumbuhan China, negara-negara di kawasan ini tumbuh sebesar 0,3 poin persentase dalam jangka menengah,"ungkap Srinivasan.
Â
Advertisement
Turunkan Prediksi Pertumbuhan Ekonomi
Sementara IMF, bersama dengan Bank Dunia dan Asia Development Bank (ADB), sedikit menurunkan perkiraan mereka untuk ekonomi India tahun ini, investasi dan ekspor di negara itu sedang booming, kata Srinivasan.
"Kami merevisi perkiraan pertumbuhan kami untuk India dari 6,1 menjadi 5,9 persen. Itu mencerminkan beberapa perlambatan konsumsi. Namun secara keseluruhan, India masih merupakan titik terang dalam ekonomi dunia," jelas dia.
Bahkan, kinerja ekonomi China dan India dalam beberapa tahun ke depan akan berdampak penting pada prospek Asia.
"Jika India dan China terus melakukannya dengan baik, maka itu adalah perubahan besar bagi negara-negara di kawasan ini," imbuhnya.
Â
Reporter:Â Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com