Liputan6.com, Jakarta - Tingkat polusi yang berbahaya di Thailand Utara telah membuat Chiang Mai diselimuti polusi udara. Hal itu membuat penduduk setempat khawatir akan dampaknya terhadap pariwisata dan kesehatan.
Dikutip dari Bangkok Post, Kamis (13/4/2023), asap dari kebakaran hutan dan ladang petani yang terbakar telah menyesakkan kota wisata dengan platform pemantauan udara global IQAir yang masuk peringkat di antara tempat-tempat paling tercemar di dunia.
Baca Juga
Berdasarkan IQAir, Chiang Mai pada Rabu memiliki tingkat debu PM2,5 sebesar 144,7 mikrogram per meter kubik (ug/m3) turun dari di atas 200 awal bulan ini tetapi masih jauh melampaui batas “aman” Organisasi Kesehatan Dunia sebesar 25 ug/m3.
Advertisement
Sebagian besar negara bersiap untuk merayakan Festival Songkran, suasana di Chiang Mai Thailand muram. “Itu membuat saya ingin menangis,” ujar Kanchaya Boontan (40), yang menjalankan perusahaan pariwisata CM Siam Travel.
“Tahun ini buruk, biasanya polusi tidak terlalu lama tapi orang asing sudah melihat beritanya,” ia menambahkan.
National Astronomical Research Institute of Thailand menyebutkan polusi udara disebabkan oleh petani yang membakar ladangnya.
Akibat polusi itu, pada 2023, hampir 2 juta orang di Thailand membutuhkan perawatan di rumah sakit karena kondisi pernafasan yang disebabkan oleh polusi udara, menurut Kementerian Kesehatan Masyarakat.
Ahli Jantung Chiang Mai Rungsrit Kanjanavanit menuturkan, pejabat tidak berbuat cukup untuk mengatasi polusi karena khawatir akan dampaknya terhadap ekonomi negara itu.
Rungsrit menuturkan, polusi paling banyak mempengaruhi anak-anak dan orangtua.
Penyebab Pencemaran Udara
Bicara mengenai pencemaran udara, mengutip dari bnp.jambiprov.go.id, sejumlah penyebab pencemaran udara antara lain:
Kebakaran Hutan
Kebakaran yang disengaja maupun tidak dapat menghasilkan asap pekat dan mencemari udara serta dapat ganggu kesehatan manusia seperti menyebabkan sesak nafas.
Pembangkit listrik
Pembangkit listrik yang masih memakai bahan bakar fosil antara lain gas, batu bara, dan minyak bumi akan hasilkan zat-zat berbahaya antara lain karbon dioksida, nitrogenoksida, partikulat, dan sulfur dioksida yang cemari udara dan dapat menyebabkan pemanasan global
Gunung Berapi Meletus
Ketika gunung Merapi Meletus, abu vulkanik, gas beracun, pasir dan material berbahaya lainnya terlepas ke udara dan mencemari udara sehingga ganggu kesehatan.
Kendaraan Bermotor
Pembakaran bahan bakar di dalam kendaraan bermotor hasilkan zat-zat berbahaya yaitu karbonmonoksida, nitrogenoksida, dan senyawa organic volatile yang cemari udara dan merusak lapisan ozon
Pabrik
Asap yang dikeluarkan dari cerobong asap pabrik mengandung zat polutan berbahaya antara lain hidrokarbon dan karbonmonoksida
Aktivitas Rumah Tangga
Aktivitas rumah tangga dengan memakai kayu bakar, membakar sampah, menggunakan AC dan hair dryer, serta mengecat rumah, hasilkan zat polutan yang dapat cemari udara.
Sampah
Timbunan sampah yang membusuk mengeluarkan bau busuk yang dapat mencemari udara
Pertanian
Pemakaian insektisida, pestisida, dan pupuk kimia di pertanian dapat hasilkan zat-zat kimia berbahaya antara lain ammonia yang mencemari udara, tanah dan air.
Pertambangan
Aktivitas pertambangan yang hasilkan debu dan zat kmia berbahaya antara lain merkuri, dan timbal yang dapat menganggu kesehatan para pekerja tambang dan mencemari udara.
Penebangan liar
Penebangan liar yang semakin marak dapat menyebabkan kerusakan hutan dan asap yang mencemari udara serta kurangi fungsi hutan sebagai paru-paru dunia.
Advertisement
Atasi Pencemaran Udara
Meski demikian, ada sejumlah usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi pencemaran udara yakni:
- Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang mengandung polutan udara
- Melakukan penyaringan asap sebelum dibuang ke udara dengan memasang bahan penyerap polutan atau saringan
- Mengalirkan gas buangan ke dalam air atau dalam suatu bahan pengikat sebelumnya dilepaskan ke udara, atau menurunkan suhu gas buangan sebelum dilepaskan ke udara.
- Membangun cerobong asap yang cukup tinggi agar asap dapat menembus lapisan inversi thermal dan tidak menambah polutan yang terjebak di atas permukiman.
- Mengurangi penggunaan transportasi pribadi dan meningkatkan efisiensi transportasi untuk hemat bahan bakar.
- Menanam lebih banyak tanaman hijau di daerah dengan tingkat polusi udara tinggi, karena tanaman dapat berfungsi sebagai indikator pencemaran dini menahan debu serta partikel lain.