Liputan6.com, Jakarta - Industri properti mulai bangkit kembali di 2023. Namun memang masih ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh sektor properti seperti masih lemahnya pasokan dan permintaan.
Salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan positif di awal 2023 adalah hunian sektor perkantoran. Head of Research PT Jones Lang Lasalle (JLL) Yunus Karim menjelaskan, pada kuartal pembuka 2023, tingkat hunian sektor perkantoran berada di angka 70 persen untuk Kawasan CBD dan 71 persen untuk Kawasan Non-CBD.
"Tingkat hunian masih tetap tertekan dikarenakan jumlah permintaan yang masih terbatas dan adanya pasokan gedung kantor yang baru selesai dibangun, masing-masing berada di koridor Sudirman dan Cempaka Putih Jakarta Pusat," jelas dia dalam keterangan tertulis, Senin (17/4/2023).
Advertisement
Untuk Kawasan CBD, pasokan baru lainnya diperkirakan akan selesai dibangun di area Thamrin pada triwulan ke depan, sehingga berpotensi menambah jumlah pasokan sektor perkantoran sekitar 40 ribu meter persegi. Sedangkan untuk Kawasan Non-CBD, diperkirakan masih akan ada penambahan sekitar 70 ribu meter persegi pada tahun 2023 dari dua proyek yang berlokasi di Jakarta Selatan.
Perkantoran Grade A
Head of Office Leasing Advisory JLL Angela Wibawa menambahkan, setelah aktivitas dan permintaan terhadap sektor perkantoran Grade A perlahan mengalami peningkatan di 2022, triwulan pertama 2023 kembali menunjukkan keberlanjutan dampak positif dicabutnya PPKM oleh pemerintah.
Dengan kembali normalnya aktivitas sosial ekonomi dan bertambahnya tantangan global, pertimbangan terhadap pemilihan ruang kantor masih amat ditentukan oleh strategi penghematan biaya yang disertai peningkatan kualitas dan mengecilnya kebutuhan ruang masih terus ditemukan.
"Hal tersebut juga dipengaruhi upaya penyesuaian workplace strategy dan penerapan hybrid working oleh berbagai perusahaan di era new normal ini. Situasi ini menyebabkan tingkat hunian perkantoran terus tertekan yang juga berdampak pada harga sewa gedung perkantoran," kata dia.
Kondominium
Sedangkan permintaan kondominium di triwulan pertama ini terpantau masih lemah. Mayoritas calon pembeli masih melakukan pendekatan wait and see, sementara pengembang tetap berfokus untuk mendorong penjualan produk apartemen eksisting. Tingkat penjualan relatif stagnan di angka 61 persen dan tidak ada peluncuran kondominium baru di wilayah Jakarta.
Head of Advisory JLL Vivin Harsanto menjelaskan, aktivitas penjualan kondominium di Jakarta belum pulih secara menyeluruh, namun penyerapan terlihat di kelas menengah dengan harga di bawah USD 3 miliar mengingat keterjangkauan merupakan salah satu faktor utama yang dipertimbangkan oleh pembeli khususnya end user.
Persaingan dapat dikatakan tidak bertambah secara signifikan ditandai dengan tidak adanya peluncuran proyek baru di triwulan ini. Hal ini dioptimalisasi oleh pengembang melalui kerja sama dengan operator-operator properti virtual untuk mengelola penggunaan unit.
Pengembang juga melakukan beberapa upaya untuk menarik pembeli antara lain melalui fleksibilitas penggabungan unit, penambahan mezanin, atau penawaran bonus-bonus; voucher belanja, unit semi-furnished atau bebas biaya service charge.
"Proyek-proyek yang menunjukkan komitmen konstruksi cenderung lebih diminati calon pembeli baik end-user maupun investor, sebagai indikasi kepercayaan pasar terhadap reputasi pengembang.” kata dia.
Advertisement
Pusat Perbelanjaan
Beralih ke pusat perbelanjaan di Jakarta, terlihat bahwa restoran dan fasilitas hiburan ramah keluarga kembali mendominasi aktivitas peritel pada triwulan ini.
Dibalik tren ini, beberapa peritel internasional mulai aktif membuka cabang pertamanya di pusat perbelanjaan di Indonesia. Tingkat hunian pusat perbelanjaan relatif stabil berada diangka 88 persen mengingat tidak adanya pasokan baru yang beroperasi di triwulan ini.
Total pasokan pada tahun 2023 diperkirakan sekitar 115.000 meter persegi.