Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengimbau Kementerian/Lembaga terkait dan pemerintah daerah (pemda) bersiap sejak dini untuk hadapi dampak El Nino, salah satunya inflasi. Hal ini agar kejadian dampak El Nino pada 2015 tidak kembali terulang.
Luhut menyampaikan setelah mendapatkan banyak pertanyaan dan merasakan langsung suhu di beberapa daerah terasa begitu tinggi, Sekjen Organisasi Meteorologi Dunia mengatakan, fenomena La Nina yang telah terjadi selama tiga tahun berturut-turut dan membawa cuaca lebih basah akhirnya telah berakhir. Luhut menuturkan, sebagai gantinya El Nino akan membawa suhu menjadi tinggi sehingga membuat cuaca menjadi lebih kering.
Baca Juga
Melalui unggahan di Instagram resminya @luhut.pandjaitan, ia menulis belajar dari pengalaman 2015 yang terjadi di Indonesia, El Nino berpotensi menyebabkan dampak kekeringan yang luas dan kebakaran hutan dan lahan di beberapa daerah. Luhut menilai, hal ini tentu berkorelasi terhadap turunnya produksi pertanian dan pertambangan berdasarkan data IMF.
Advertisement
“Belum lagi dampak luas terhadap inflasi Indonesia dikarenakan besarnya kontribusi inflasi pangan terhadap inflasi keseluruhan. Hal ini terjadi karena diperkirakan 41 persen padi mengalami kekeringan ekstrim di tahun tersebut,” tulis Menko Luhutyang dikutip Jumat (28/4/2023).
Ia menambahkan, data World Food Programme bahkan menyebut tiga dari lima rumah tangga harus mengurangi pengeluaran untuk makanan akibat kekeringan.
“Untuk itu, kami akan bersiap dalam kondisi yang paling ekstrem sekalipun. Saya meminta seluruh K/L terkait juga pemerintah daerah untuk mulai bersiap sejak dini, memperhitungkan segala langkah yang mesti ditempuh agar pengalaman buruk delapan tahun lalu tidak terulang kembali,” ujar dia.
Pemerintah pun menyiapkan sejumlah langkah untuk hadapi El Nino Indonesia. Luhut juga mengingatkan untuk tetap waspada dan saling menjaga.
"Setidaknya sejak saat ini kami menyiapkan teknologi modifikasi cuaca sebagai senjata menghadapi El Nino. Mari kita semua tetap waspada dan saling menjaga di masa-masa sulit seperti ini sehingga kerugian yang terjadi akibat peralihan cuaca bisa kita reduksi bersama demi kemaslahatan masyarakat Indonesia seluruhnya,” kata dia.
El Nino Potensi Intai Jatim, Khofifah Ajak Warga Gotong Royong, Bentuk Desa Tangguh
Sebelumnya, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan wilayah Indonesia dimungkinkan terjadi El Nino kering dengan intensitas rendah setelah tahun ini menghadapi pasca Lalina basah. Untuk itu harus diwaspadai.
Kekeringan akibat El Nino merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
“Potensi El Nino yang akan melanda Indonesia perlu kita waspadai bersama. Selain memicu kekeringan, minimnya curah hujan yang terjadi juga akan meningkatkan jumlah titik api, sehingga rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan,” katanya, dilansir dari Antara, Kamis (27/4/2023).
Pengalaman dampak El Nino di tahun 2015 di antaranya mengguncang sektor ekonomi karena mengakibatkan kekeringan tanaman padi seluas 597 ribu hektare di wilayah Indonesia
Khofifah berharap dampak El Nino ke depan dapat diantisipasi bersama-sama secara komprehensif. Salah satunya dengan membentuk desa tangguh. Terdapat sebanyak 7.724 desa yang tersebar di 38 kabupaten/ kota wilayah Jatim.
Khofifah menekankan pentingnya gotong royong seluruh elemen strategis dalam mewujudkan desa tangguh untuk menekan risiko bencana.
"Ketangguhan itu akan membentuk resiliensi. Tentu perlu sosialisasi, edukasi dan pelatihan secara masif berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana," ujarnya.
Sementara itu, setiap 26 April diperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional dengan tema "Tingkatkan Ketangguhan Desa, Kurangi Risiko Bencana".
Selaras dengan tema tersebut, Khofifah mengungkapkan ketangguhan berkaitan kesiapsiagaan menghadapi bencana perlu dibangun dari lini yang paling bawah.
"Seluruh elemen masyarakat hingga lini terbawah semua harus siap untuk mewujudkan bangsa yang tangguh bencana. Tentu sosialisasi, edukasi dan pelatihan tidak cukup disampaikan sekali lalu selesai. Ini adalah bekal bagi kita semua untuk mengantisipasi jika terjadi bencana," katanya.
Advertisement
Sosialisasi kepada Masyarakat
Untuk itu Khofifah menginstruksikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di masing-masing kabupaten/kota wilayah Jatim agar memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat di titik-titik yang berpotensi rawan bencana.
Kegiatan sosialisasi, edukasi dan pelatihan harus dilakukan sesering mungkin, terlebih Jatim merupakan wilayah ring of fire.
'Kalau kegiatan ini rutin, ketika bencana datang kita akan lebih siap dan sigap dalam bertindak," ujarnya.
Lebih lanjut Khofifah berharap budaya tangguh bencana tertanam di masyarakat.
"Ini akan berdampak pada pengurangan resiko bencana. Sehingga mewujudkan budaya tangguh bencana di masyarakat menjadi penting," tuturnya.