Sukses

Sah, Erick Thohir Angkat Lagi Buwas Sebagai Direktur Utama Perum Bulog

Menteri BUMN Erick Thohir kembali menunjuk Budi Waseso (Buwas) sebagai Direktur Utama Perum Bulog. Dengan demikian, Buwas kembali menjadi orang nomor 1 di BUMN Pangan tersebut untuk kedua kalinya.

Liputan6.com, Jakarta Menteri BUMN Erick Thohir kembali menunjuk Budi Waseso (Buwas) sebagai Direktur Utama Perum Bulog. Dengan demikian, Buwas kembali menjadi orang nomor 1 di BUMN Pangan tersebut untuk kedua kalinya.

Penunjukan kembali Buwas sebagai Dirut Bulog ini disampaikan akun Instagram Perum Bulog @perum.bulog. 

"Segenap Keluarga Besar Perum Bulog mengucapkan selamat kepada Bapak BUDI WASESO yang telah diangkat kembali menjadi Direktur Utama Perum BULOG," dikutip dari akun tersebut, Sabtu (29/4/2023).

Perum Bulog menulis, pengangkatan kembali Buwas ini sesuai dengan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-91/MBU/04/2023 tanggal 27 April 2023 Tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-anggota Direktsi Perum Bulog.

Geram dengan Mafia Beras

Selama menjabat sebagai Dirut Perum Bulog, Budi Waseso atau Buwas memang dikenal tegas. Salah satunya, dia pernah mengaku geram atas kelakuan mafia beras, karena membuat harga mahal di pasaran.

Total, ada 350 ton beras Bulog yang dioplos dan dibungkus ulang dengan berbagai merk, kemudian dijual kembali ke pasar tradisional melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Akibatnya, masyarakat kesulitan membeli bahan pangan pokok itu.

Purnawirawan jenderal bintang tiga itu kesal, lantaran operasi pasar yang dilakukan Bulog tidak mampu menurunkan harga beras yang terus meroket di kisaran Rp12 ribu per kilogramnya, serta menimbulkan inflasi secara nasional.

"Harga beras mahal, bahkan sampai Rp12 ribu, tugas Bulog sampai melakukan operasi pasar untuk intervensi supaya harganya lebih murah, karena ini kalau tidak memunculkan inflasi yang tinggi," ujar Dirut Bulog, Budi Waseso, di Polda Banten.

Meski telah operasi pasar dan mengimport 500 ribu ton, namun harga beras masih mahal. Buwas pun mengaku curiga dan memprediksi adanya kecurangan di pasaran. Padahal Bulog menjual ke pasaran dengan harga di kisaran Rp8.300 per kilogramnya.

Bahkan dia mendapatkan informasi adanya pengiriman beras Bulog ke Atambua, Kabupaten Belu, NTT secara ilegal yang nantinya akan dijual dengan harga mahal.

Tak hanya itu, beras impor Bulog juga akan di ekspor ke luar negeri yang diduga kuat dilakukan oleh pengusaha beras Indonesia.

"Bahkan beras dari Cipinang itu, hari ini bisa jalan sampai Atambua, dan itu dijual dengan harga yang sangat mahal. Ada indikasi beras ini akan diselundupkan ke Timor Leste," terang Budi Waseso.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mafia Beras Bisa Dijerat Undang-undang Subversif

Purnawirawan jenderal bintang tiga itu menyerahkan penanganan penyelewengan beras ke polisi. Dia percaya penegak hukum bisa menyelesaikan kasus tersebut secara profesional dan mengusutnya hingga tuntas.

Buwas menginginkan hukuman berat diberikan ke pelaku penyelewengan beras subsidi, karena menyusahkan masyarakat dan menyebabkan inflasi secara nasional.

"Di mana dimulainya pelanggaran, pasti akan diusut kepolisian. Kalau pemikiran saya, ini soal pangan tidak boleh main-main, walaupun soal hukuman ringan, tapi ini dampaknya, ini masalah kehidupan, masalah perut. Jika ini kejahatan mafia yang berbahaya bagi negara, bisa dikenakan Undang-undang (UU) subversif," jelasnya.

  

3 dari 4 halaman

Beras Impor Masuk di 12 Titik, Buwas Pasang Mata Biar Tak Bocor

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso alias Buwas menyebut beras impor masuk ke 12 titik di Indonesia. Dia menegaskan proses itu harus terus diawasi.

Mengingat, salah satu upaya impor diambil pemerintah untuk melakukan stabilisasi harga beras dan tercukupinya stok cadangan beras pemerintah (CBP). Hingga pada muaranya mampu mengendalikan harga beras di pasaran melalui berbagai skema, termasuk operasi pasar.

Buwas menduga terjadi sejumlah pelanggaran yang terjadi pada konteks harga beras di pasaran. Mulai dari mafia yang mempermainkan harga, hingga oknum yang sengaja mengoplos beras Bulog dengan beras lokal, dan dijual dengan harga premium.

"Ini juga Polda atau jajaran Polri khususnya Satgas Pangan tidak hanya diam saja hari ini. Akan terus dikembangkan di seluruh Indonesia. Karena saya mendatangkan beras-beras impor ini saya drop di 12 titik provinsi yang membutuhkan beras ini," terangnya dalam konferensi pers di Polda Banten, Serang, Jumat (10/2/2023).

Menurutnya, pengawasan di titik-titik itu mutlak untuk dilakukan. Jika hingga didapatkan oleh oknum, maka tidak akan mampu mencapai tujuan stabilisasi harga beras.

"Kalau tidak diawasi maka ini akan hilang beras ini. Hilang dalam arti kata tidak akan berpengaruh terhadap masalah menurunkan harga dan kita sampaikan masa panen yang diperkirakan diperkirakan Maret maka harga akan tetap tinggi," urainya.

 

4 dari 4 halaman

Asal Negara Beras Impor

Diketahui, beras impor Bulog yang didatangkan dari Thailand, Vietnam, Pakistan, hingga Myanmar ini dipatok seharga Rp 8.300 per kilogram di tingkat gudang. Sementara, di tingkat konsumen harganya dipatok Rp 9.450 per kilogram.

Sebagai upaya pengawasan, Buwas dan jajarannya juga sudah melakukan inspeksi ke sejumlah titik. Salah satunya adalah Pasar Beras Cipinang, Jakarta.

"Ini sudah kita lakukan terus menerus, kemarin kita sidak, sudah ditemukan (pelanggaran), saya sampaikan kepada teman-teman pasti akan ditindaklanjuti oleh Satgas Pangan. Hari ini terbukti," ungkap Budi Waseso.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini