Liputan6.com, Jakarta Budi Waseso atau biasa dikenal dengan sapaan Buwas kembali diberi kepercayaan menjabat sebagai Direktur Utama Perum Bulog. Hal itu diumumkan melalui akun instagram resmi perusahaan @perum.bulog.
Keputusan pengangkatan Buwas tersebut sesuai Salinan Surat Keputusan Menteri BUMN nomor SK-91/MBU/04/2023 tanggal 27 April 2023 Tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-anggota Direksi Perum BULOG.
Lantas siapa sosok Budi Waseso?
Advertisement
Budi Waseso lahir pada 12 Februari 1961 dan mencapai puncak karirnya sampai ke posisi Kepala Badan Reserse Kriminal Polri tahun 2015 menggantikan Suhardi Alius.
Selama ia menjabat sebagai Kepala Polri, banyak kasus korupsi yang ia ungkap. Di bulan September ia diangkat menjadi kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) menggantikan Anang Iskandar.
Jika melihat awal karirnya, tahun 2009 Budi sudah diangkat menjadi Kepala Propam Polda Jateng, ia juga pernah menjabat kepala Kepolisian di Gorontalo pada tahun 2012.
Meloncat jauh dari karir sebelumnya, Budi Waseso kemudian diangkat menjadi Direktur Utama Perum Bulog pada 27 April 2018 menggantikan Djorot Kusumayakti.
Selama menjabat sebagai bos Bulog, Budi Waseso kerap kali menyita perhatian publik dengan sejumlah kebijakannya, salah satunya sempat menolak impor beras.
Berikut Fakta-fakta soal Budi Waseso Direktur Utama Perum Bulog jilid kedua:
1. Mantan Kabareskrim Polri
Budi Waseso pernah menjabat sebagai KABARESKRIM POLRI pada bulan Januari 2015, kemudian menjabat sebagai Kepala BNN pada bulan September tahun 2015. Ditugaskan sebagai Direktur Utama Perum BULOG terhitung sejak 27 April 2018.
Dikutip dari laman Setkab, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan alasan mengangkat mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Waseso sebagai Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog, karena Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu membutuhkan orang yang tegas, berani, dan jujur.
2. Tolak Impor Beras
Sejak menjabat sebagai Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso berani melakukan berbagai gebrakan-gebrakan. Salah satunya ialah menolak dengan keras impor beras.
Padahal pemerintah melalui kementerian perdagangan mengizinkan Bulog untuk melakukan impor beras. Namun Budi Waseso tetap menolaknya. Sebab stok beras milik BUMN tersebut masih melimpah. Saat itu, stok beras di gudang Bulog mencapai 2,2 juta ton. Kata Budi Waseso, stok itu pun sudah tidak mampu tertampung di gudangnya.
2. Gebrakan Kemas Beras dalam Dentuk Saset
Sekitar satu bulan pasca menjabat sebagai direktur utama Badan Urusan Logistik (Bulog) pada 2018. Buwas telah berani mengeluarkan gebrakan-gebrakan baru.
Salah satunya ia memiliki jurus jitu menangkal spekulan beras. Saat itu dia berencana membuat beras dalam bentuk saset atau disebutnya sebagai beras renceng. Beras renceng tersebut dikemas demikian rupa, isinya 5 kilogram atau 10 kilogram.
Advertisement
3. Kini Setujui Impor Beras
Meskipun pada 2018 silam pernah menolak impor beras, namun kini dirinya menyetujui impor beras dari negara lain. Pasalnya, stok cadangan beras pemerintah (CBP) per 22 November 2022 lalu berada di kisaran 594.856 ton, jauh di bawah target yang ditugaskan, yakni 1-1,2 juta ton sampai akhir 2022.
Terlebih menurut proyeksi sampai 31 Desember 2022, stok akhir CBP yang dikelola Bulog pun diperkirakan masih jauh dari 600 ribu ton, tepatnya 399.550 ton. Pria yang kerap disapa Budi Waseso ini pun mengaku pusing, oleh karena itu dia menyetujui impor beras.
Terbaru, Perum Bulog telah mendapat tugas untuk melakukan impor beras sebesar 2 juta ton sepanjang 2023. Tahap awal, impor beras tersebut sudah dijalankan pada Maret kemarin. Untuk tahap selanjutnya, impor beras akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menjelaskan, Bulog tidak langsung meneken kontrak impor 2 juta ton. Kontrak antara Bulog dengan negara yang akan mengekspor beras ke Indonesia, hanya dilakukan sesuai dengan jumlah kebutuhan. Indonesia mengimpor beras dari Myanmar, Vietnam, Thailand, India, dan Pakistan.