Sukses

Lippo Karawaci Cetak Pendapatan Rp 3,8 Triliun di Kuartal I 2023

Untuk EBITDA Lippo Karawaci juga meningkat 30 persen dibanding periode tahun lalu menjadi Rp 878 miliar pada kuartal I 2023.

Liputan6.com, Jakarta - PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) berhasil mencatat pendapatan sebesar Rp 3,8 triliun pada kuartal I 2023. Jumlah tersebut tumbuh sebesar 14 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan Laba kotor yang dicetak oleh Lippo Karawaci juga meningkat 15 persen jika dibanding tahun lalu menjadi Rp 1,6 triliun.

Untuk EBITDA Lippo Karawaci juga meningkat 30 persen dibanding periode tahun lalu menjadi Rp 878 miliar pada kuartal I 2023.

Selain itu, Lippo Karawaci juga melaporkan NPAT pada Kuartal I 2023 sebesar Rp 1,1 triliun, dengan Underlying NPAT meningkat 54 persen YoY didorong oleh fundamental bisnis yang membaik, suku bunga yang lebih rendah, dan pengelolaan hutang yang lebih baik.

Pada Kuartal I 2023, pra penjualan Lippo Karawaci mencapai Rp 1,2 triliun atau 24,7 persen dari target tahun 2023 yang sebesar Rp 4,9 triliun, didukung oleh penjualan yang konsisten dari produk rumah tapak.

"Pra penjualan Kuartal I 2023 terdiri dari Rp 873 miliar dari Lippo Karawaci dan Rp 337 miliar dari Lippo Cikarang," jelas Group CEO LPKR John Riady dalam keterangan tertulis, Selasa(2/5/2023).

Di segmen layanan kesehatan perusahaan yang dikelola oleh anak usaha Lippo Karawaci, yaitu PT Siloam International Hospitals Tbk (Siloam), berhasil mencapai hasil keuangan kuartal pertama tertinggi pada Kuartal I 2023 dengan peningkatan pendapatan sebesar 19 persen YoY menjadi Rp 2,6 triliun.

Laba kotor meningkat 29 persen YoY menjadi Rp 1,1 triliun, dan EBITDA meningkat signifikan sebesar 47 persen YoY menjadi Rp 673 miliar, didorong oleh kinerja operasional Siloam yang kuat.

Adapun pada segmen gaya hidup, yang terdiri dari bisnis mal dan hotel, terus menunjukkan pemulihan yang kuat dengan meningkatnya pendapatan sebesar 19 persen YoY menjadi Rp 296 miliar. Laba kotor juga meningkat sebesar 11 persen YoY menjadi Rp 197 miliar.

“Kami sangat senang melihat LPKR dan semua unit bisnis terus bekerja dengan sangat optimal. Kami akan terus menciptakan nilai bagi semua pemangku kepentingan kami.” pungkas John Riady.

2 dari 2 halaman

Kejar Target Prapenjualan Rp 4,9 Triliun, Lippo Karawaci Lebarkan Pasar dengan Produk Baru

Sebelumnya, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) mampu membukukan kinerja yang solid pada 2022 di tengah pemulihan bisnis properti. LPKR pun menargetkan pertumbuhan penjualan pada 2023.

Pada 2022, Lippo Karawaci mencatatkan pendapatan dari bisnis real estate senilai Rp 4,1 triliun, dengan laba kotor Rp 1,86 triliun dan EBITDA Rp 751 miliar. Lippo Karawaci juga mencatatkan prapenjualan senilai Rp 4,76 triliun pada 2022.  

Pada 2022 juga, prapenjualan Lippo Karawaci di tingkat holding sebesar Rp 3,39 triliun, terutama didorong oleh seri Cendana Homes di Lippo Village, dengan total Rp 1,35 triliun atau setara dengan 40 persen dari total penjualan holding.

Kinerja Lippo Karawaci juga didukung penjualan kavling sebesar Rp 865 miliar di 7 lokasi, proyek perumahan di Makassar sebesar Rp 319 miliar, penjualan inventaris gedung tinggi senilai Rp 294 miliar, dan lahan pemakaman San Diego Hills sebesar Rp 205 miliar.

Group CEO Lippo Karawaci John Riady menjelaskan, Lippo Karawaci menyiapkan serangkaian peluncuran produk baru pada 2023. Lippo Karawaci juga berkomitmen terus mengenalkan produk baru dengan harga yang beragam untuk menarik segmen pembeli baru serta memenuhi pangsa pasar yang lebih luas.  

Lippo Karawaci sendiri telah menetapkan target prapenjualan sebesar Rp 4,9 triliun pada 2023 yang sebagian besar akan didorong oleh produk residensial baru, termasuk proyek rumah tapak hingga unit apartemen bertingkat rendah dan menengah di kawasan Lippo Village dan Lippo Cikarang. 

"Kami juga terus mengamati faktor risiko makro dengan hati-hati yang dapat mempengaruhi penjualan pemasaran ke depan. Kami bangga dengan pencapaian kami di tahun 2022. Namun, perlu mengelola hambatan makro yang semakin menantang pada tahun 2023, termasuk tekanan inflasi dan meningkatnya suku bunga, yang dapat menyebabkan melemahnya permintaan," jelasnya dalam keterangan tertulis.