Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan Kamis ini menguat. Rupiah naik usai Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed memberikan sinyal untuk beristirahat sebentar dalam menaikkan suku bunga acuan.
Pada Kamis (4/5/2023), nilai tukar rupiah hari ini dibuka meningkat 107 poin atau 0,73 persen ke posisi 14.585 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.692 per dolar AS.
Baca Juga
Ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully, Arya Wisnubroto, memperkirakan rupiah akan tetap stabil dengan kecenderungan menguat pada perdagangan Kamis ini.
Advertisement
"Faktor utama adalah sinyal dari The Fed untuk menghentikan kenaikan suku bunga," kata dia dikutip dari Antara.
Dolar AS tergelincir terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya di awal sesi Asia pada Kamis pagi, setelah Federal Reserve AS atau The Fed membuka pintu untuk jeda dalam kebijakan moneter pengetatan agresif.
Namun memang, industri keuangan AS masih diterpa sentimen penghindaran risiko di tengah kehancuran saham-saham bank regional AS.
The Fed pada Rabu 3 Mei 2023 menaikkan suku bunga acuan overnight sebesar seperempat persentase poin. Langkah ini seperti yang diharapkan oleh pelaku pasar. Kebijakan The Fed ini mengirim dolar AS turun dan imbal hasil obligasi pemerintah juga turun.
 Pelaku pasar melihat apa yang dilakukan otoritas moneter AS ini sebagai sinyal bahwa sudah berada di puncak suku bunga AS telah tercapai dan pindah memperkirakan penurunan suku bunga akhir tahun ini.
Rully memperkirakan besar peluang suku bunga AS akan ditahan pada 5,25 persen pada pertemuan Federal Open Market Committee atau dewan rapat kebijakan Bank Sentral AS pada Juni 2023.
Sementara dari dalam negeri, ia menuturkan pasar menantikan rilis data Produk Domestik Bruto kuartal pertama 2023.
Ia memproyeksikan rupiah akan diperdagangkan pada kisaran 14.665 per dolar AS hingga 14.725 per dolar AS.
BI dan Bank of Korea Sepakat Pakai Mata Uang Lokal dalam Transaksi Bilateral
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) dan Bank of Korea menyepakati kerjasama untuk mendorong penggunaan mata uang lokal masing-masing negara dalam transaksi bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan.
Kesepakatan tersebut dituangkan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dan Gubernur Bank of Korea, RHEE, Chang Yong pada Selasa (2/5/2023).
Adapun kesepakatan tersebut terjadi di sela-sela Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 di Korea Selatan.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menilai, kesepakatan antara Bank Indonesia dengan Korea Selatan ini akan mendorong penggunaan mata uang lokal masing-masing negara dalam transaksi bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan.
Seperti, transaksi berjalan (current account transaction), investasi langsung, serta transaksi ekonomi dan keuangan lainnya yang akan disepakati kedua otoritas.
"Kolaborasi tersebut menandai capaian penting dalam memperkuat kerjasama keuangan bilateral antara Bank Indonesia and Bank of Korea," ujar Erwin.
Â
Advertisement
Risiko Nilai Tukar
Selain itu, ia menambahkan, pelaku usaha dapat memanfaatkan kerjasama ini untuk mengurangi biaya transaksi dan eksposur terhadap risiko nilai tukar dalam melakukan transaksi bilateral kedua negara. Antara lain, melalui penggunaan kuotasi nilai tukar secara langsung antara mata uang Korean Won dan Rupiah dalam perdagangan antarbank.
Selanjutnya, Erwin mengatakan, kerjasama ini akan terus diperkuat melalui sharing informasi dan diskusi secara berkala antara otoritas Indonesia dan Korea Selatan.
"Otoritas kedua negara memandang bahwa penggunaan mata uang lokal masing-masing negara yang lebih luas untuk transaksi bilateral pada akhirnya akan berkontribusi dalam mempromosikan perdagangan antara Indonesia dan Korea Selatan, serta memperdalam pasar keuangan dalam mata uang lokal di kedua negara," tuturnya. Â