Sukses

BERANI BERUBAH: Mantan Buruh Sukses Jadi Perajin Kendang

Sementara itu, untuk bahan-bahannya Bucrak mengungkapkan bisa berasal dari beragam jenis kayu. “Kayunya bisa dari kayu nangka, kayu mangga, kayu mahoni, kayu petai, kayu jengkol, yang penting keras aja gitu. Terus diameternya sekitar 150 cm,” tutur dia.

Liputan6.com, Jakarta Meski terdampak pemutusan hubungan kerja atau PHK, Bucrak tak pernah menyerah untuk terus berusaha mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lewat tangan terampilnya, ia pun berhasil membuka usaha sendiri dengan menjadi perajin kendang.

“Awal mulanya saya karyawan biasa, karyawan pabrik. Dikarenakan ada satu permasalahan yaitu PHK, korban PHK, jadi saya keluar dari pabrik,” cerita Bucrak kepada tim Berani Berubah.

Dia lanjut bercerita bahwa ada seseorang yang meminta bantuan Bucrak untuk membantu memperbaiki kendang. Dia pun mengatakan kalau bisa memperbaiki kendang yang rusak tersebut. Padahal yang sebenarnya bukan Bucrak yang akan mengerjakannya, melainkan orang lain.

Akan tetapi, karena terlalu banyak orderan dari orang ketiga tersebut, kendang yang harus diperbaiki Bucrak jadi terlalu lama dikerjakan. Alhasil dia yang akhirnya turun tangan memperbaiki kendang yang rusak tersebut secara otodidak.

Sementara itu, untuk bahan-bahannya Bucrak mengungkapkan bisa berasal dari beragam jenis kayu. “Kayunya bisa dari kayu nangka, kayu mangga, kayu mahoni, kayu petai, kayu jengkol, yang penting keras aja gitu. Terus diameternya sekitar 150 cm,” tutur dia.

Sementara untuk kulitnya, kata Bucrak, yang paling bagus berasal dari kulit kerbau.

Selanjutnya, kayu akan dibubut menggunakan mesin. Namun, ada juga proses secara manual yaitu menggunakan tatah. Setelah itu, proses pengeringan kayu dengan cara didiamkan sekitar 2-3 bulan. Kemudian baru dibuat kendang.

“Itu proses awalnya, baru ngulitin, amplas, udah dikulitin, divernis, gitu,” imbuh Bucrak.

 

2 dari 2 halaman

Buka Lapangan Kerja Hingga Penjualan ke Luar Negeri

Tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk Bucrak, usaha membuat kendang ini pun berhasil membuka peluang kerja bagi orang lain. Seperti cerita dari salah satu pekerjanya bernama Ait Ringkid.

Dia bercerita, “Awalnya saya konsumen. Saya beli ke sini, nah akhirnya memakai barangnya, bagus.”

Ketika awal bekerja, Ait merasa kesulitan terutama ketika membuat kulit kendangnya. “Pertama waktu diajarkan pas di lipatan kulit, itu paling susah. Lipat, lipat, terus, itu dilipat itu suka keluar lagi. Lipat, keluar lagi. Akhirnya berhasil,” tutur dia lebih lanjut.

Di samping itu, Bucrak mengungkapkan bahwa pembelinya 90 persen kebanyakan merupakan pemain kendang. Sementara 10 persennya bisa jadi dari kedinasan atau dishub.

Sementara untuk pemasarannya, produk buatan tangan Bucrak ini telah mampu eksis di pasa Asia hingga Eropa. Dia berhasil memasarkan di Indonesia, Singapura, Belanda, Prancis, dan masih banyak lagi.

“Karena di sini kualitasnya bagus, bisa request juga di sini. Harganya terjangkau, kualitasnya mantap. Ya, baguslah,” ucap salah satu pembeli Galuh Agung Laksaguna.

Pada intinya, kata Bucrak, jangan pernah berputus asa. “Jangan putus asa walaupun awalnya saya jadi karyawan atau pegawai pabrik hari ini menghasilkan suatu karya, karya nyata untuk menghidupi keluarga saya. Ayo semangat dan berani berubah,” pungkasnya.