Sukses

Rupiah Hari Ini Amblas Imbas Data Tenaga Kerja AS Menguat

Kurs Rupiah pada Senin pagi melemah lima poin atau 0,03 persen ke posisi 14.683 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.678 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah melemah pada awal pekan di tengah data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari ekspektasi. Kurs Rupiah pada Senin pagi melemah lima poin atau 0,03 persen ke posisi 14.683 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.678 per dolar AS.

"Data tenaga kerja AS yang dirilis Jumat kemarin di luar dugaan lebih bagus dari ekspektasi. Hal ini membalikkan ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS di tahun ini. Ini bisa membantu mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Senin (8/5/2023).

Ariston menuturkan data penggajian nonpertanian (Non-Farm Payroll/NFP) AS April 2023 dilaporkan 253.000, lebih tinggi dari perkiraan 190.000. Sedangkan, data pengangguran dirilis 3,4 persen, lebih baik dari ekspektasi 3,6 persen.

Selain itu, rata-rata upah per jam tumbuh 0,5 persen, di atas perkiraan 0,3 persen. Hal tersebut menunjukkan kondisi tenaga kerja AS masih bagus dan bisa memicu inflasi lagi.

Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan pertumbuhan pekerjaan mencatat percepatan pada April dan kenaikan upah meningkat dengan kuat, menunjukkan pasar tenaga kerja tetap kuat meskipun ada kenaikan suku bunga baru-baru ini oleh Federal Reserve.

Di sisi lain, Ariston mengatakan pelemahan rupiah mungkin tidak terlalu jauh karena pasar masih berekspektasi bahwa bank sentral AS atau The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuannya lagi tahun ini sesuai dengan indikasi yang didapat dalam konferensi pers The Fed pekan lalu.

 

 

2 dari 3 halaman

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Sementara dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2023 yang sebesar 5,03 persen memberikan dampak positif bagi penguatan rupiah.

Ia memperkirakan rupiah masih mungkin melemah ke Rp14.700 per dolar AS, dengan potensi penguatan ke arah Rp14.650 per dolar AS hingga Rp14.630 per dolar AS.

Pada Jumat (5/5/2023) rupiah ditutup meningkat tujuh poin atau 0,05 persen ke posisi Rp14.678 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.685 per dolar AS.

3 dari 3 halaman

Fundamental Ekonomi Kuat, BI Yakin Rupiah Tak Bakal Melemah di 2023

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat sejak awal tahun ini. Tercatat pada hari ini rupiah dibuka menguat 11 poin atau 0,07 persen ke posisi 14.975 per dolar AS.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, gerak nilai tukar rupiah sepanjang tahun cenderung mengalami penguatan seperti yang telah terjadi di awal tahun. Hal ini dasarkan pada perbaikan kondisi fundamental perekonomian Indonesia hingga akhir 2022.

"Kami meyakini nilai tukar rupiah akan menguat karena faktor fundamental, semuanya memberikan justifikasi bahwa nilai tukar akan menguat," kata Perry dalam acara Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022 di Jakarta, Senin (30/1/2023).

Perry menyampaikan, kian membaiknya faktor fundamental tersebut tercermin dari peningkatan aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia. Perry mencatat, aliran modal asing masuk sebesar USD 2,4 miliar ke pasar keuangan Indonesia.

Selain itu, tren laju inflasi di Tanah Air juga masih terkendali hingga memasuki akhir tahun 2022. Perry optimis, tingkat inflasi inti akan berada di bawah 4 persen pada semester I 2023, sementara inflasi umum akan berada di bawah 4 persen di semester II 2023.

"Inflasi dari 5,5 persen kami pastikan inflasi inti di semester satu (2023) di bawah 4 persen," tekan Perry.

Kinerja konsumsi rumah tangga diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi cepat pasca terdampak pandemi Covid-19. Hal ini sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat pasca penghapusan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kebijakan Masyarakat (PPKM).

Pada 2023, pertumbuhan ekonomi diprakirakan berlanjut, meskipun sedikit melambat ke titik tengah kisaran 4,5 sampai 5,3 persen, sejalan dengan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi global.