Sukses

Kenalkan Lee Su-jin, Eks Tukang Bersih-bersih Kini Debut Jadi Miliarder Korea Berharta Rp 17,6 Triliun

Miliarder Lee Su-jin memulai debutnya dalam daftar 50 Orang Terkaya Korea urutan ke-26 dengan kekayaan bersih senilai USD 1,2 miliar atau sekitar Rp 17,6 triliun.

Liputan6.com, Jakarta Terlahir sebagai seorang yatim piatu, Lee Su-jin menghabiskan awal usia 20-an bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah hotel di Korea Selatan. Hingga kemudian dia sukses menjadi miliarder.

Namun, sekarang dia telah berhasil menjadi pengusaha sukses dan memulai debutnya dalam daftar 50 Orang Terkaya Korea urutan ke-26 dengan kekayaan bersih senilai USD 1,2 miliar atau sekitar Rp 17,6 triliun.

Dilansir dari Forbes, Senin (8/5/2023), kekayaan Lee Su-jin berasal dari 32 persen saham yang dia pegang bersama istri dan dua putrinya di Yanolja, yaitu superapp perjalanan Korea Selatan yang berdiri pada 2005.

Ide untuk Yanolja, yang berarti "Hei, ayo bermain" dalam bahasa Korea dan menyediakan hotel dan pemesanan perjalanan, muncul ketika Lee memulai situs web untuk ulasan hotel cinta.

SoftBank Vision Fund 2 milik miliarder teknologi Jepang Masayoshi Son kemudian membeli saham minoritas di perusahaan yang berbasis di Seoul itu seharga USD 1,7 miliar pada 2021 senilai USD 6,7 miliar.

Pada Februari, raksasa perjalanan online yang terdaftar di Nasdaq, Booking Holdings, investor utama Yanolja lainnya, mengungkapkan dalam pengajuan peraturan bahwa mereka telah menurunkan nilai perusahaan sebesar 60 persen tahun lalu sejalan dengan penurunan valuasi pasar untuk sektor tersebut.

 

2 dari 2 halaman

Cuan dari Pandemi

Meski begitu, Yanolja mendapat manfaat dari kebangkitan pascapandemi dalam perjalanan global. Dalam sembilan bulan pertama 2022, angka terbaru tersedia, Yanolja melaporkan pendapatan sebesar 444,3 miliar won atau USD 345 juta, naik 87 persen dari periode tahun sebelumnya.

Sementara laba bersih naik 22 persen menjadi 23,5 miliar won. Perusahaan juga memperluas bisnis berbasis cloud dalam beberapa tahun terakhir.

Penjualan perangkat lunaknya yang membantu hotel mengelola reservasi dan memprediksi perilaku pelanggan meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2021, menghasilkan 16 persen dari total pendapatan.

Hotel “sangat, sangat tidak efisien karena proses manual dan tidak ada aliran data,” kata CEO Yanolja Kim Jong-yoon dalam wawancara dengan Forbes Asia tahun lalu.

Dengan menggunakan perangkat lunak perusahaan, "adalah mungkin untuk menghemat sejumlah besar sumber daya [industri perhotelan telah] terbuang percuma," klaimnya.