Liputan6.com, Jakarta Pemerintah tengah menggenjot bauran energi bersih di Indonesia, dimana ada target menekan emisi karbon. Namun, langkah ini ternyata masih menghadapi sejumlah tantangan.
Wakil Presiden Direktur TBS Energy Pandu Sjahrir mengungkap tantangan yang dihadapi Indonesia dalam proses transisi energi. Utamanya adalah upaya mematangkan talenta-talenta dalam beberapa tahun kedepan.
Baca Juga
"Industri ini masih menghadapi banyak tantangan. Namun menurut saya, PR terbesar industri transisi energi adalah mengembangkan talenta-talenta berkualitas dalam 10 tahun ke depan. Jika tidak, kita mungkin harus mengimpor talenta dari luar negeri untuk menggarap potensi besar ini," ujar Pandu dalam seminar Hilirisasi dan Transisi Energi menuju Indonesia Emas, dikutip Selasa (9/5/2023).
Advertisement
Pandu mengatakan, bakal ikut berperan dalam menguatkan talenta tersebut. Salah satunya dengan menggandeng Institute Teknologi Bandung (ITB). Mengingat adanya peluang yang bisa digarap dalam lingkup transisi energi.
"Kami juga tertarik untuk bekerja sama dengan ITB karena kita juga harus mengembangkan SDM untuk industri yang masih sangat baru. Di TBS saat ini juga banyak alumni ITB dari bidang mining dan manajemen," tuturnya.
Pandu berujar, dalam 10 tahun kedepan, setiap pemangku kepentingan perlu memutar otak untuk mengembangkan talenta menghadapi perubahan teknologi. Khususnya pada industri yang muncul seperti pengolahan baterai dan daur ulang.
Pandu menekankan, teknologi berkembang dengan sangat cepat dan SDM harus mampu berinovasi dan beradaptasi dengan cepat untuk menghadapi perubahan tersebut.
"Krisis terbesar kita dalam pengembangan industri transisi energi adalah masalah SDM. Karena itu, saya melihat bagaimana bisa bekerja sama dengan ITB dan berinvestasi di sisi riset, karena itu yang perlu kita dalami. Karena industri ini masih kecil, hanya 0,2 persen, tapi pemerintah ingin meningkatkannya hingga 30-50 persen dan itu bagus," beber Pandu.
Â
Impor SDM
Lebih lanjut, Pandu mengungkap jika Indonesia tak mampu mematangkan SDM dalam masa transisi energi ini. Risiko terbesarnya adalah perlu mendatangkan orang dari luar negeri.
"TBS Energi sendiri berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan berbagai pihak dalam menciptakan masa depan yang lebih baik bagi industri transisi energi di Indonesia," kata dia.
Diketahui, acara seminar tersebut turut dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri ESDM Arifin Tasrif, Direktur Utama PT PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo, President of Hyundai Motor Asia Pacific Headquarters Youngtack Lee, Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arsal Ismail, CEO PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Alex Barus dan Vice President PT Freeport Indonesia Harry Pancasakti.
Â
Advertisement
Upaya PLN
Diberitakan sebelumnya, PT PLN (Persero) menggandeng Badan Energi Internasional atau IEA dalam menggarap upaya penurunan emisi karbon global. Salah satunya dalam menjalankan kerja sama PLN tentang transisi energi Just Energy Transition Partnership Investment and Policy Plan (JETP IPP).
IEA merupakan lembaga independen profesional yang menjadi rujukan dunia terkait analisis, data, rekomendasi kebijakan, solusi pembangunan ketahanan energi, ekonomi berkelanjutan dan pembangunan lingkungan.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, kerja sama kedua lembaga ini sudah terjalin lama dan kolaborasi kali ini khusus dalam mencapai target pengurangan emisi karbon dunia, PLN dan IEA memperkuat kerja sama.
"Kami memiliki visi yang sama untuk menyongsong masa depan. Masa depan energi berkelanjutan, yang membawa kemakmuran dan kemuliaan bagi bangsa dan dunia," ujar Darmawan dalam keterangannya, Kamis (20/4/2023).
Pria yang karib disapa Darmo ini menilai banyak tantangan dalam menjalankan proyek transisi energi. Salah satu tantangannya adalah proyeksi pertumbuhan permintaan listrik dan juga kondisi demand di Indonesia yang dinamis. Tantangan ini perlu diselesaikan dengan kolaborasi.
"PLN dan IEA akan menjadi pionir, menunjukkan kepada dunia bahwa roadmap transisi energi dapat dibangun melalui kolaborasi. Dapat dibangun secara komprehensif dari hulu ke hilir," tambah Darmo.
Â
Tantangan
Pada 2030 mendatang, tantangan emisi karbon pada sektor ketenagalistrikan yang dikelola PLN, akan mencapai 433 juta ton pada skenario business as usual.
Upaya pada RUPTL 2021-2030 akan menurunkan emisi menjadi 335 juta metrik ton CO2, yang menjadi landasan untuk bisa mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060. Upaya pencapaian NZE tersebut memerlukan langkah-langkah akselerasi antara lain dengan menggaet pendanaan yang murah untuk mendanai investasi yang besar.
"Kami memiliki tujuan bersama, yaitu mencapai net zero emissions. Yang kami butuhkan adalah mengkonsolidasikan tiap langkah," tegasnya.
Advertisement