Liputan6.com, Jakarta - PT Timah Tbk tengah berupaya untuk melakukan efisiensi dari proses bisnis perusahaan. Mengingat ekosistem pertambangan timah di wilayah Indonesia yang dinilai belum sempurna.
Diketahui, perusahaan pelat merah berkode saham TINS ini memproyeksikan peningkatan produksi hingga 30 persen tahun ini. Sejumlah efisiensi dinilai perlu untuk dilakukan, mulai dari proses penambangan hingga berujung pada pemurnian logam timah.
Baca Juga
Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, Abdullah Umar Baswedan menerangkan ekosistem usaha pertambangan timah jadi satu perhatian jika berbicara efisiensi.
Advertisement
"Permaslaahan di Timah itu masih sama, masalah hak produksi karena kondisi lingkungan ekosistemnya belum baik sehingga diupayakan ekosistem itu, bukan sempurna, tapi paling tidak lebih sehat," ujar dia dalam Media Gathering di Jakarta, Rabu (10/5/2023).
Dalam proses efisiensi ini, kata Umar, ada dua poin yang perlu dilakukan. Pertama, meningkatkan jumlah produksi. Kedua, menurunkan biaya yang dikeluarkan.
"Kalau manajemen, targetnya bagaimana produksi naik secara optimal sesuai target dan kemudian biaya ditekan. Karena kalau produksi naik, itu kaitannya dengan pendapatan, tapi pendapatan ada faktor lain, ada harga logam, itu gak bisa kita kontrol. Kalau harga bagus, produksi bagus tentunya pendapatan naik," ujarnya.
Diketahui, pada Kuartal I-2023, angka produksi PT Timah mengalami penurunan dari periode yang sama tahun lalu. Termasuk dari sisi harga logam timah yang mengalami penurunan meskipun dinilai masih lebih tinggi dari harga rata-rata beberapa tahun kebelakang.
Â
Smelter Baru PT Timah
Sebelumnya, Smelter baru PT Timah Tbk, Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnance telah rampung di penghujung tahun 2022 lalu. Bahkan, pemrosedan timah mentah di smelter ini sudah mulai meningkat per Maret 2023.
Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk Abdullah Umar Baswedan mengungkapkan smelter di Kawasan Unit Metalurgi Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini sudah beroperasi secara efektif sejak Januari 2023. Kendati begitu, peningkatan pemrosesan terlihat optimal di bulan ke tiga 2023.
"Sudah beroperasi per Januari, kemudian Januari-Februari itu masih proses produksi naik-turun. Tapi di bulan mulai dari Maret-April ini prosesnya sudah relatif stabil dan alhamdulillah produksi TSL Ausmelt itu mencapai angka hampir 60 persen, sekitar 54 persen," ujar dia dalam Media Gathering di Jakarta, Rabu (10/5/2023).
Mengacu pada angka itu, dia memproyeksikan kalau produksi logam timah di TSL Ausmelt ini akan terus stabil kedepannya. Mengingat juga, nantinya TSL Ausmelt Furnance bakal menjadi pengganti dari smelter lama yang saat ini produksi.
Perlu diketahui, smelter baru ini digadang mampu memproduksi logam timah dengan kadar yang lebih tinggi dari sebelumnya. Artinya, bisa dibilang proses produksinya bisa semakin efisien.
"Relatif stabil (produksinya), jadi karena berikutnya kita targetkan smelter yang lama tak kita pakai lagi, ini paralel (transisi ke TSL Ausmelt)," ungkapnya.
Dia mengatakan, pada saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi PT Timah Tbk di Oktober 2022, progres pembangunan smelter ini sudah hampir rampung. Pada Desember 2022, akhirnya TSL Ausmelt Furnance ini bisa rampung dan langsung beroperasi.
Â
Advertisement
Hilirisasi
Sebelumnya, komitmen pemerintah dalam upaya untuk mewujudkan hilirisasi bahan tambang bukanlah sekedar rencana belaka. Semenjak tahun 2020, pemerintah secara bertahap terus menghentikan ekspor bahan tambang yang dimulai dari timah, bauksit, nikel, hingga alumina.
Keputusan pemerintah untuk menghentikan ekspor bahan tambang tersebut merupakan strategi dalam mewujudkan hilirisasi yang nantinya akan meningkatkan nilai tambah komoditas suatu negara.
Melalui hilirisasi, komoditas yang diekspor tidak lagi berwujud bahan baku mentah namun telah menjadi barang setengah jadi. Disamping itu, pemerintah juga mengharapkan hilirisasi ini dapat memperkuat industri, meningkatkan peluang usaha di dalam negeri melalui tersedianya lapangan pekerjaan baru.
Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan program hilirisasi dari pemerintah, Holding Industri Pertambangan Indonesia atau MIND ID bersama PT Timah Tbk akan mengunakan teknologi terbaru dalam pengolahan komoditas timah di tahun 2023.Teknologi bernama peleburan Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace merupakan babak baru transformasi teknologi dalam pengolahan timah. Penggunaan teknologi ausmelt diyakini dapat menekan biaya produksi.
Â
Kapasitas Produksi
Direktur Utama PT Timah Tbk, Achmad Ardianto mengatakan, saat ini TSL Ausmelt Furnace sudah menyelesaikan tahapan hot commissioning. Setelah sebelumnya beberapa tahapan sudah dilakukan hingga nantinya digunakan secara penuh.
Ia mengatakan, untuk tahun pertama, kapasitas produksi TSL Ausmelt Furnace baru akan digunakan 50 persen. Oleh karena itu, PT Timah Tbk masih mengoptimalkan tanur reverberatory furnace yang dimiliki perusahaan.
"Hari ini telah kita lakukan Hot Commissioning dan berhasil menghasilkan logam timah berkadar 99 persen. Berikutnya akan disegerakan untuk production ramp-Up dan performance test," kata Achmad Ardianto dikutip Selasa (27/12/2022).
"TSL Ausmelt Furnace akan disiapkan untuk beroperasi di 2023, untuk tahun pertama kapasitas produksinya akan dimaksimalkan 50 persen dulu. Namun, 50 persen dari Ausmelt ini sudah memenuhi 65 persen dari rencana produksi tahun depan," lanjut dia.
Advertisement