Liputan6.com, Jakarta Harga komoditas energi ini tercatat kembali berubah setiap harinya, mengakhiri reli tiga hari, imbas data ekonomi menunjukkan bahwa Federal Reserve AS mungkin menaikkan suku bunga lebih lanjut. Harga minyak dunia turun lebih dari satu dolar per barel.
Harga minyak mentah Brent turun USD 1,03, atau 1,3 persen menjadi USD 76,41 per barel sementara US West Texas Intermediate minyak mentah (WTI) turun USD 1,15, atau 1,6% persen, menjadi D 72,56 per barel.
Baca Juga
Melansir laman CNBC, Kamis (11/5/2023), harga konsumen AS naik pada bulan April, berpotensi meningkatkan kemungkinan bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi untuk saat ini.
Advertisement
Meningkatnya suku bunga global telah membebani harga minyak dalam beberapa bulan terakhir, karena para pedagang khawatir ekonomi akan jatuh ke dalam resesi.
“Harga minyak tertekan oleh kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi terkait krisis perbankan dan kelemahan musiman normal selama musim semi karena permintaan energi moderat,” kata Jay Hatfield, CEO Infrastructure Capital Management.
Persediaan minyak mentah AS naik sekitar 3 juta barel pekan lalu karena rilis lain dari cadangan nasional dan penurunan ekspor, kata Administrasi Informasi Energi.
Laporan pemerintah mengonfirmasi data industri yang dirilis Selasa malam yang telah melaporkan peningkatan tak terduga, yang membebani harga untuk sebagian besar sesi Rabu. [LEBAH}
Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penarikan minyak mentah sebesar 900.000 barel.
Peningkatan persediaan minyak mentah AS yang mengejutkan, bersama dengan impor minyak mentah yang lebih rendah dan pertumbuhan ekspor yang lebih lambat di China pada bulan April memperburuk kekhawatiran tentang permintaan minyak global.
Hal Membatasi Harga Minyak
Namun, penurunan harga minyak mentah dibatasi oleh lonjakan permintaan bensin AS menjelang musim panas.
Terpantau, persediaan bensin AS turun 3,2 juta barel minggu lalu, jauh lebih besar dari perkiraan penarikan 1,2 juta barel oleh para analis. Stok sulingan juga menurun, menurut data EIA.
Bensin berjangka RBOB naik 0,7 persen menjadi USD 2,50 per galon, sementara kontrak berjangka ULSD diperdagangkan hampir tidak berubah.
"Kami memperkirakan bahwa harga minyak berkisar antara USD 75-95 selama 2023 berdasarkan pasokan dan permintaan mendasar dan bahwa minyak akan naik saat kita memasuki musim mengemudi musim panas," kata Hatfield.
Advertisement