Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia turun sekitar 2 persen pada perdagangan Kamis karena kebuntuan politik ata plafon utang AS. Hal ini memicu kegelisahan resesi di negara yang menjadi konsumen minyak terbesar dunia.
Harga minyak dunia hari ini mengalami tekanan yang lebih dalam karena klaim pengangguran AS yang meningkat membebani sentimen dan dolar AS yang lebih kuat.
Baca Juga
Mengutip CNBC, Jumat (12/5/2023), harga minyak mentah Brent turun USD 1,43 atau 1,87 persen menjadi USD 74,98 per barel. Sedangkan harga minyak minyak mentah berjangka AS turun USD 1,67 atau 2,32 persen menjadi USD 70,88 per barel.
Advertisement
Nilai tukar dolar AS naik ke level tertinggi dalam seminggu terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya. Kenaikan dolar AS ini terjadi setelah data klaim pengangguran AS baru-baru ini memperkuat tekanan kepada Bank Sentral AS atau Federal Reserve (FED) untuk menghentikan kenaikan suku bunga.
Dolar AS yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal di negara lain. Suku bunga yang lebih tinggi dapat membebani permintaan minyak dunia dengan meningkatkan biaya pinjaman, menekan pertumbuhan ekonomi.
Â
Batas Utang AS
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mendesak Kongres AS untuk menaikkan batas utang federal sebesar USD 31,4 triliun dan mencegah gagal bayar yang belum pernah terjadi sebelumnya yang akan memicu penurunan ekonomi global.
"Ketidakpastian mengenai plafon utang AS, masalah perbankan baru-baru ini yang dapat mendorong krisis kredit di sebagian besar industri minyak dan kemungkinan kuat berlanjutnya resesi tetap menjadi hambatan signifikan" bagi pasar minyak, kata analis di perusahaan konsultan energi Ritterbusch and Associates.
Jangka waktu suku bunga tinggi yang diperpanjang dapat memberi lebih banyak tekanan pada bank, tetapi akan diperlukan jika inflasi tetap tinggi, kata Presiden Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari.
Harga produsen AS naik moderat bulan lalu, kenaikan inflasi produsen tahunan terkecil dalam lebih dari dua tahun.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden meluncurkan rencana besar-besaran untuk memangkas emisi gas rumah kaca dari industri listrik, salah satu langkah terbesar sejauh ini dalam upayanya mendekarbonisasi ekonomi Amerika untuk melawan perubahan iklim.
Â
Advertisement
Perkiraan OPEC
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mempertahankan perkiraan permintaan minyak globalnya untuk tahun 2023 stabil karena adanya potensi pertumbuhan di China, importir minyak terbesar dunia. Potensi China ini dapat mengimbangi risiko ekonomi di tempat lain seperti pertempuran plafon utang AS.
Pinjaman bank baru China anjlok jauh lebih tajam dari yang diharapkan pada bulan April, menambah kekhawatiran bahwa pemulihan ekonomi pasca-pandemi kehilangan tenaga.
Di sisi pasokan, Irak telah mengirimkan permintaan resmi ke Turki untuk memulai kembali aliran ekspor minyak melalui pipa yang mengalir dari Wilayah Kurdistan semi-otonom di Irak utara ke pelabuhan Turki Ceyhan, yang dapat menambah 450.000 barel per hari (bpd) ke aliran minyak mentah dunia.