Sukses

Bukan Menakut-Nakuti, Jokowi Bilang Krisis Pangan di Depan Mata Gara-Gara Perubahan Iklim dan Perang

Sektor pertanian memiliki peran yang sangat penting kedepannya. Karena menyediakan lapangan kerja kepada 40 juta orang dari total angkatan kerja.

Liputan6.com, Jakarta - Dunia tengah mengalami perubahan iklim. Beberapa negara sudah dan tengah mengalaminya yang berdampak kepada hasil pertanian. Perubahan iklim ini membuat berbagai hasil pertanian jauh di bawah prediksi.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun kemudian memperingatkan ancaman kekurangan pangan dan kelaparan di belahan bumi saat dampak dari perubahan iklim ini. Tak hanya itu, tantangan di sektor pertanian juga bertambah dengan adanya perang yang terjadi hingga sekarang.

"hati-hati di sektor ini (pertanian) juga sekarang ini sangat rawan kita tahu krisis pangan dimana-mana, 345 juta orang di dunia sekarang ini terancam kekurangan pangan dan kelaparan," ujar jokowi dalam acara pencanangan pelaksanaan pendataan sensus pertanian 2023, dipantau melalui Youtube BPS Statistik, Senin (15/5).

Dia menjelaskan, sektor pertanian memiliki peran yang sangat strategis, yaitu dengan menyumbang hingga 11,8 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

"Sensus pertanian ini menyangkut pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan semuanya dilakukan sensus itu," jelas dia.

Kepala negara ini menerangkan, sektor pertanian memiliki peran yang sangat penting kedepannya. Karena menyediakan lapangan kerja kepada 40 juta orang dari total angkatan kerja.

"Banyak sekali. Sekali lagi saya mendukung, pelaksanan ini dan saya minta seluruh pemangku kepentingan di sektor pertanian mensukseskan sensus ini yang nanti dilaksanakan 1 juni hingga 30 juli artinya 2 sebulan. Setelah itu, kita mendapatkan sebuah data yang akurat dan berkualitas," tutup Jokowi.

Reporter: Siti Ayu Rachma

Sumber: Merdeka.com

2 dari 3 halaman

Menteri Pertanian Ungkap Alasan Dorong Petani Beralih ke Pupuk Organik

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengajak petani beralih ke pupuk organik atau hayati dan tidak bergantung pada penggunaan pupuk kimia.

Syahrul mengatakan, untuk meningkatkan produktivitas pertanian diperlukan pupuk yang mencukupi. Namun, di tengah keterbatasan alokasi pupuk subsidi dan tingginya harga pupuk nonsubsidi, petani harus mencari cara lain untuk memenuhi kebutuhan pupuk tersebut.

"Sampai saat ini, untuk memenuhi ketersediaan dan kecukupan pupuk kimia sangat sulit dan mahal karena beberapa bahan bakunya masih tergantung impor dari negara lain," kata Syahrul ditulis Selasa (14/3/2023).

Seperti diketahui bahwa di antara tempat bahan baku maupun produksi pupuk kimia adalah Rusia dan Ukraina yang sedang berperang. Sebab itu, Kementan, mengajak para petani menggunakan pupuk organik dan hayati secara mandiri dan masif.

"Gerakan ini tidak berarti meninggalkan penggunaan pupuk anorganik sepenuhnya, melainkan boleh menggunakan pupuk kimia dengan ketentuan tidak berlebihan atau menggunakan konsep pemupukan berimbang," ucap Syahrul.

Dia berharap melalui Gerakan Tani Pro Organik (Genta Organik) yang telah dilaunching Kementan, kebutuhan pangan tetap terjaga dan berkontribusi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi, penghasil devisa negara, sumber pendapatan utama rumah tangga petani, dan penyedia lapangan kerja.

"Genta Organik menjadi salah satu solusi menjaga produktivitas tetap meningkat di tengah bayang-bayang krisis pangan dunia dan harga pupuk serta pestisida yang mahal," terangnya.

 

3 dari 3 halaman

Anggaran Pupuk Subsidi

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan pemerintah mengalokasikan anggaran pupuk subsidi tahun 2023 mencapai Rp 26 triliun. Nilai ini lebih tinggi dari subsidi pupuk tahun lalu mencapai Rp 24 triliun.

"Kalau pun alokasi anggaran subsidi pupuk naik, tapi harga pupuknya juga naik berarti ketersediaan pupuk tidak akan bertambah," kata dia.

Karenanya, solusinya adalah melalui Genta Organik organik dan membangun 1.020 titik demplot pembuatan pupuk organik, pupuk hayati, pembenah tanah, dan pestisida alami. Ini guna tidak sepenuhnya bergantung pada pupuk kimia.

"Ini akan menjadi tempat pembelajaran petani dalam mengembangkan sistem produksi pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami, sehingga dapat mengimplementasikan dan menerapkannya secara mandiri di lahan usaha taninya," tutur dia.