Liputan6.com, Jakarta Tak berlangsung lama sejak memastikan kedatangannya di Indonesia, perkara tiket konser Coldplay menjadi perbincangan hangat di masyarakat bahkan dari berbagai kalangan terutama di media sosial.
Pasalnya, pembelian tiket konser ini dibuka pada 17-18 Mei 2023 dan dijual mulai dari Rp 800.000 hingga paling tinggi Rp 11 juta.
Jarak waktu kepastian konser dengan penjualan tiket yang terlalu pendek membuat masyarakat kebingungan mencari dana untuk membeli tiket tersebut.
Advertisement
Tidak jarang ditemukan juga tingkah-tingkah lucu masyarakat yang membagikan berbagai cara aneh untuk mencari uang dengan alasan demi membeli tiket konser band asal Inggris ini.
Bahkan unggahan terkait harga tiket konser band ini pun menuai banyak komentar jenaka dari masyarakat. Salah satunya komentar pada unggahan Instagram media Volix (@volix.media).
“ginjal sekarang pasarannya berapa ya” tulis pemilik akun @joansyaa_
Begitu pula dengan pemilik akun @resiaanggraini yang menulis, “Info pinjol yang bisa dicicil 10 tahun”
Di tengah kebingungan para penggemar Coldplay yang harus berhadapan dengan harga tiket yang mahal ditambah jangka waktu menuju perang tiket hanya sedikit, Ahmad Gozali, Perencana Keuangan dari Zelts Consulting mengingatkan bahwa bentuk hutang berbunga sudah menjadi ‘lampu kuning’ sebagai tindakan berisiko bagi keuangan seseorang hanya untuk membeli tiket konser.
“Hutangnya pake bunga tinggi macem pinjol udah lampu merah banget,” ujar Ahmad saat dihubungi tim Liputan6 melalui Whatsapp.
Perencana keuangan independen Rahma Maryama, MBA., CFP., WPS. juga mengingatkan bahwa utang atau produk pinjaman memang sebaiknya dihindari jika digunakan untuk keperluan yang sifatnya konsumtif, tentu berbeda jika utang digunakan untuk kegiatan produktif.
Ketika berhadapan dengan kondisi yang benar-benar tidak bisa dihindari, Rahma menjelaskan beberapa syarat untuk berutang:
1. Punya sumber penghasilan untuk membayar utang
2. Total kewajiban yang dibayarkan tidak lebih dari 35 persen, bahkan disarankan maksimal 30 persen
3. Mengetahui jadwal pembayaran dengan pasti untuk menghindari risiko telat membayar
Fasilitas pinjaman juga boleh digunakan jika sudah tidak ada jalan keluar lainnya. Namun, Rahma juga menekankan beberapa syarat, seperti peminjam harus paham dan realistis dengan kondisi keuangan mereka, memiliki pemasukkan untuk membayar, mampu mengusahakan pelunasan dalam waktu yang tidak lama.
Satu hal terpenting yang terus ditekankan oleh Rahma adalah untuk tidak melunasi utang dengan membuka utang pinjaman baru atau yang biasa dikenal dengan istilah ‘gali lubang, tutup lubang’.
Sejalan dengan hal di atas, Ahmad juga menekankan, “Sebelum ngutang harus lebih dulu ngitung. Ngutang dimana, dengan skema apa, akan menentukan cicilannya berapa, dan kapan lunasnya?”
Apalagi adanya fasilitas pinjaman online yang menawarkan kemudahan dan kecepatan mendapatkan uang saat ini seringkali membuat masyarakat tergiur tanpa memeriksa status dan kredibilitas penyedia layanan. Dalam hal ini, penyedia jasa pinjaman harus di bawah pengawasan pihak berwenang.
“Jangan lupa bahwa setiap produk utang disertai dengan risiko. Jangan tergiur dengan fitur atau fasilitas yang too good to be true.” jelas Rahma kepada tim Liputan6.
Di Indonesia, terkait penyedia layanan pinjaman online ini pun diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Mengutip laman resminya, OJK mengimbau masyarakat agar hanya menggunakan pinjaman online resmi terdaftar/berizin dari OJK serta selalu mengecek legalitas pinjol ke Kontak 157/ WhatsApp 081157157157.
Menggunakan Dana Darurat
Baik Ahmad maupun Rahma, keduanya tidak menyarankan penggunaan dana darurat untuk dijadikan pilihan yang tepat hanya demi membeli pengalaman hiburan.
Menurut Rahma, dana darurat bisa saja digunakan asalkan pemilik dana sudah memiliki jumlah yang lebih dari cukup. Dapat dikatakan boleh bagi individu yang sudah memiliki dana darurat lebih dari 3x pengeluaran rutin.
Sementara itu, Ahmad menyatakan boleh menggunakan dana darurat asalkan sisa saldonya tetap di atas batas minimal. Ahmad menyarankan untuk menetapkan batas minimal itu adalah sejumlah 3x gaji, di bawah itu, sudah terlalu berisiko.
Diketahui, setelah 25 tahun berkarya, ini pertama kalinya Coldplay memilih Indonesia untuk menjadi salah satu tujuan dari rangkaian tur mancanegaranya yang bertajuk “Music of The Spheres”. Tidak heran jika para penggemar Coldplay di Indonesia merasa harus menyaksikan konser yang mungkin saja tidak akan terjadi untuk kedua kalinya.
Namun, perencana keuangan umumnya akan mengembalikan keputusan kepada pemilik uang. Pada prinsipnya, untuk membeli tiket konser pun harus ada uangnya dan budget-nya. Menurut Ahmad, jika ada uang, tetapi tidak ada budget untuk hal seperti itu pasti akan ada yang dikorbankan, seperti jatah uang untuk renovasi rumah hingga untuk beli mobil.
“Kalau budget-nya nggak ada, dan duitnya juga nggak ada... Ini yang bahaya. Jadinya maksain dengan ngutang. Bukan nggak boleh sih, tapi mau nggak ngurangin spending beberapa bulan ke depan buat bayar cicilan utangnya?” jelas Ahmad.
Advertisement
Mulai Menjatah Dana untuk Hiburan
Ketika fokus membahas perencanaan keuangan, sebenarnya tidak ada bentuk perencanaan yang dapat dikatakan idealis untuk semua individu atau keluarga.
Namun, pada intinya, seseorang bisa mulai membuat prioritas keuangan dengan memahami kondisi keuangan kita dan berkomitmen terhadap hal tersebut, menurut Perencana Keuangan Independen Rahma Maryama.
Rahma pun menyayangkan kondisi tiket konser Coldplay yang mahal dengan jangka waktu yang pendek ini. Maka dari itu, Anda bisa mulai menyiapkan perencanaan keuangan, terlebih jika ingin memasukkan opsi hiburan sebagai lokasi menyalurkan penghasilan yang nantinya bisa digunakan untuk menghadiri konser-konser artis ternama selanjutnya.
Ada yang beranggapan bahwa hiburan menjadi kebutuhan dan perlu menyiapkan alokasi dana rutin untuk hal itu, ada pula yang menjadikan hiburan sebagai bagian yang akan dipenuhi setelah kebutuhan pokok terpenuhi.
Meski prioritas hiburan, seperti nonton konser hingga berlibur tentunnya berbeda bagi tiap individu, Rahma menekankan bahwa intinya adalah sama.
“Kita bisa membuat prioritas tujuan keuangan kita, kita memahami kondisi keuangan kita dan bisa komitmen dengan anggaran atau budgeting yang sudah kita rencanakan.” katanya.
Berdasarkan penjelasan Rahma, umumnya kita mengalokasikan sebesar 40-60% penghasilan kita untuk kebutuhan harian. Kemudian menyiapkan minimal 10% untuk tabungan hingga investasi bahkan menekan jumlah utang sampai di bawah 35% dari penghasilan.
Sementara itu, dana hiburan disiapkan sedniri, bisa menyisihkan 5-10% penghasilan secara rutin, bisa digunakan untuk kegiatan hiburan yang terencana.
Untuk merasakan pengalaman hiburan yang terencana, tetapi belum memahami caranya, mulailah dengan mendeskripsikan keinginan Anda.
Rahma memberi contoh, seperti "Saya ingin memiliki uang sebesar 25.000.000 di tahun 2024". Dengan tujuan yang spesifik, terstruktur, dan memiliki batas waktu yang jelas, kita bisa menyesuaikan bentuk simpanan yang akan digunakan.
Selanjutnya, periksalah kondisi keuangan dengan melakukan financial check up kemudian buat anggaran sesuai dengan kondisi keuangan lalu pantau kondisi keuangan tersebut secara berkala.