Liputan6.com, Jakarta Setelah merampungkan kunjungan kerja di Jeddah akhir pekan kemarin, Menteri Keuangan Sri mulyani Indrawati melakukan perjalanan ke Dubai, Uni Emirat Arab.
Dalam kunjungan itu, Sri Mulyani berkesempatan bertemu dengan CEO Dubai Islamic Bank, Adnan Chilwan.
Baca Juga
Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, Menkeu menunjukkan momen ketika disambut Dr. Adnan Chilwan.
Advertisement
"Saya menceritakan mengenai kondisi perekonomian Indonesia yang sangat baik di tengah situasi global yang masih penuh ketidakpastian kepada Dr. Chilwan," tulis Sri Mulyani di akun Instagram @smindrawati, dikutip Selasa (16/5/2023).
Menkeu mengatakan, beberapa lembaga rating internasional juga memberikan rating yang cukup baik dan stabil kepada Indonesia mengacu pada kondisi makro ekonomi nasional yang stabil dan prospek pertumbuhan ekonomi yang positif.
"Selain itu, saya juga membahas mengenai rencana pembangunan Indonesia ke depan dan berbagai reformasi yang berjalan termasuk di reformasi di sektor keuangan. Saya menyampaikan peluang-peluang investasi di Indonesia di berbagai sektor termasuk dalam menciptakan pembangunan berkelanjutan," bebernya.
Dr. Chilwan pun menyambut positif dengan melihat bahwa Indonesia (dan India) merupakan dua negara saat ini yang terus membuat kemajuan serta memiliki prospek yang cerah, ungkap Menkeu.
"Pertemuan yang sangat bermanfaat karena saya dan Dr. Chilwan bisa saling bertukar pikiran dan wawasan. Saya sangat mengapresiasi segala pendapat yang beliau utarakan dan berharap hubungan Indonesia dan @dubai_islamic_bank akan semakin baik ke depannya," pungkas Sri Mulyani.
Indonesia Resmi Jadi Pemegang Saham Terbesar Ketiga di Islamic Development Bank
Pada Sidang Tahunan Islamic Development Bank (IsDB) ke-48 pada 10-13 Mei 2023 di Jeddah, Arab Saudi, Dewan Gubernur Islamic Development Bank secara aklamasi memberikan persetujuan atas proposal kenaikan saham Indonesia.
Dengan persetujuan tersebut, Indonesia resmi menduduki peringkat pemegang saham Islamic Development Bank terbesar ketiga setelah Arab Saudi dan Libya, serta berada di atas Iran, Nigeria, Qatar, Mesir, Kuwait, UAE, dan Turki.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, Indonesia ingin menjadi mitra IsDB yang lebih kuat untuk meningkatkan peran, mewujudkan agenda reformasi, dan melaksanakan mandatnya dalam membantu negara-negara anggota, terutama negara-negara anggota miskin dan rentan, serta komunitas muslim di dunia.
Atas pertimbangan tersebut, Sri Mulyani menambahkan, Indonesia memutuskan untuk meningkatkan kepemilikan saham di Islamic Development Bank dari posisi ke-12 menjadi posisi ke-3.
"Dengan menjadi pemegang saham terbesar ketiga, Indonesia tidak saja akan menegaskan posisinya di panggung global dengan ikut menentukan arah pembangunan dunia melalui pengaruh keanggotaannya dalam bank pembangunan multilateral seperti IsDB. Tali juga dapat secara langsung berperan aktif dalam operasionalisasi IsDB dan berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta pengentasan kemiskinan di negara-negara anggota IsDB, yang pada umumnya merupakan negara dengan komunitas muslim yang berpendapatan rendah," ujarnya, Minggu (14/5/2023).
Di sisi lain, Menkeu menilai, Indonesia juga dapat semakin mendorong peran IsDB dalam berbagai kegiatan pembangunan di Tanah Air. Termasuk dalam pengembangan ekonomi dan keuangan Islam.
Advertisement
Dukungan Pembiayaan
Hingga Desember 2022, IsDB telah memberikan dukungan pembiayaan bagi Indonesia sebesar USD 6,3 miliar, khususnya untuk sektor-sektor seperti pertanian, pendidikan, industri dan pertambangan melalui berbagai instrumen. Seperti, pembiayaan proyek, pembiayaan perdagangan, dan pemberian bantuan teknis.
Dengan posisi kepemilikan saham yang baru ini, Sri Mulyani menyatakan, Indonesia akan memastikan Islamic Development Bank akan merealisasikan agenda reformasinya untuk dapat memberikan pelayanan kepada negara anggotanya secara lebih baik lagi.
"Indonesia juga akan memastikan efektivitas dan keterjangkauan instrumen pendanaan IsDB yang berbasis Syariah dalam memberikan dampak dan manfaat yang optimal bagi negara anggota, termasuk dalam mendukung pengembangan Kerjasama Selatan-Selatan," imbuhnya.
Hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan pembiayaan campuran (blended finance), yang pada prinsipnya mengombinasikan penggunaan dana murah atau hibah dari berbagai sumber. Seperti, negara dan filantropi, dengan dana dan fasilitas reguler dari bank pembangunan multilateral seperti IsDB, ditambah dengan dana komersial yang dapat berasal dari sektor swasta.
"Indonesia sendiri dapat berkontribusi melalui beberapa program dan institusi yang ada saat ini seperti Lembaga Dana Kerjasama Pembangunan Internasional (LDKPI/Indonesia Aid) dan SDG-Indonesia One yang dikelola oleh PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI)," terang Sri Mulyani.