Sukses

Harga Minyak Dunia Anjlok Hampir 2 Persen karena Dolar AS Melambung

Penguatan dolar AS dapat membebani permintaan minyak mentah karena membuat bahan bakar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun sekitar 2 persen pada penutupan perdagangan Kamis setelah data ekonomi AS yang solid mendorong nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) ke level tertinggi dalam dua bulan.

Penurunan harga minyak dunia ini terjadi di tengah peningkatan ekspektasi bahwa Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) akan menaikkan suku bunga lagi di Juni.

Mengutip CNBC, Jumat (19/5/2023), harga minyak mentah Brent turun USD 1 atau 1,2 persen menjadi USD 75,98 per barel pada perdagangan pukul 15:22. EDT. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 85 sen atau 1,1 persen menjadi USD 72,04 per barel.

Penguatan dolar AS dapat membebani permintaan minyak mentah karena membuat bahan bakar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Presiden Federal Reserve bagian Dallas Lorie Logan mengatakan bahwa dia cukup khawatir inflasi terlalu tinggi saat ini. Angka yang ada saat ini kemungkinan besar belum bisa menghentikan langkah the Fed menghentikan kenaikan suku bunga pada Juni.

Suku bunga tinggi meningkatkan biaya pinjaman sehingga bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi.Hal ini juga kemudian akan berdampak pada pengurangan permintaan minyak mentah.

"Kabar baik bagi ekonomi sekarang menjadi berita buruk bagi prospek permintaan minyak mentah karena ketahanan ekonomi akan memaksa Fed untuk mematikan ekonomi," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.

"Minyak menjadi perdagangan yang mudah, karena akan melacak dolar AS dan tidak banyak hal lainnya," kata Moya.

 

2 dari 3 halaman

Utang AS

ANZ Research menulis bahwa kekuatan data ekonomi AS di April memberikan optimisme tentang negosiasi plafon utang AS.

Presiden Joe Biden dan anggota kongres utama AS dari Partai Republik Kevin McCarthy pada hari Rabu menggarisbawahi tekad mereka untuk mencapai kesepakatan guna menaikkan plafon utang pemerintah federal sebesar USD 31,4 triliun dan menghindari gagal bayar yang membawa bencana ekonomi.

Kesepakatan utang perlu dicapai sebelum pemerintah kehabisan uang untuk membayar tagihannya, paling cepat 1 Juni.

Pelaku pasar memperkirakan sekitar 20 persen kemungkinan Fed akan menaikkan suku bunga pada pertemuan bulan Juni, sedangkan sebulan yang lalu, pedagang memperkirakan sekitar 20 persen kemungkinan pemotongan.

 

3 dari 3 halaman

Sentimen Lain

Sementara itu, Wakil Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Luis de Guindos mengatakan bahwa Bank Sentral Eropa harus terus menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk mengembalikan inflasi ke target jangka menengahnya sebesar 2 persen meskipun sebagian besar pengetatan telah dilakukan.

Juga membebani harga minyak, saham blue-chip di China, importir minyak terbesar dunia, tergelincir setelah hasil industri dan pertumbuhan penjualan ritel negara itu melampaui perkiraan, menunjukkan pemulihan ekonomi kehilangan momentum.

Di sisi penawaran, menurut data dari Joint Organizations Data Initiative (JODI), ekspor minyak mentah Arab Saudi naik sekitar 1 persen menjadi 7,52 juta barel per hari (bpd) pada Maret dari bulan sebelumnya.

Kpler dan Petro Logistics, yang juga memantau pengiriman, bagaimanapun, mengatakan ekspor Saudi mungkin telah jatuh pada bulan Mei karena pemotongan produksi sukarela yang dijanjikan oleh kerajaan dan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) lainnya ditambah sekutu mereka, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+.