Liputan6.com, Jakarta Ada yang seru untuk kulineran sehat di Jakarta, tapi tetap seru dan menyenangkan bersama teman-teman.
Whymee by Burgreens, merek mie instan sehat dan inovatif yang berbahan 100 persen nabati dengan kandungan superfood yang sehat dan bergizi, mempersembahkan program tur restoran dan bar kekinian yang menarik bernama “Slurp Around the Block”.
Program ini menawarkan pengalaman makan dan bar hopping yang unik bagi anak muda di Jakarta. Pada kesempatan perdananya kali ini, “Slurp Around the Block” berkolaborasi dengan tiga restoran ternama di Blok M, yaitu Lokaholik, Iron Fist, dan Sounds of Nebula.
Advertisement
Acara dimulai dengan sesi pembuatan cocktail dan perkenalan produk Whymee di Lokaholik, dilanjutkan dengan makan malam di Iron Fist, dan diakhiri dengan party di Sounds of Nebula.
"Kami sangat senang bisa menghadirkan program “Slurp Around the Block” yang dikhususkan bagi anak muda Jakarta yang selalu bersemangat mencoba hal-hal baru, termasuk mie instan sehat ini," ungkap Irene Tjhai, CEO Whymee by Burgreens.
Menurutnya, dengan mengajak gen z atau anak muda ibu kota berkuliner sehat, bisa mengkampanyekan, menyantap hidangan sehat tidak melulu membosankan. Banyak cara seru yang bisa dilakukan dengan tetap menyantap makanan sehat.
"Kami juga ingin menyampaikan, menyantap kelezatan mie instan sehat bisa dilakukan dengan cara yang fun, trendy, dan menyenangkan," katanya.
Ketiga varian produk mie instan ini bisa dinikmati selama program “Slurp The Block” ini berlangsung dan dapat dibeli langsung di seluruh restoran Burgreens maupun online di GreenKind store di Tokopedia.
"Peluncuran ini juga untuk menunjukkan keinginan kami yang besar untuk menyediakan opsi plant-based food yang mudah untuk dikonsumsi langsung oleh masyarakat luas dan sekaligus juga mempermudah pelaku bisnis Food & Beverage lain untuk memiliki opsi vegan di restoran mereka," kata Irene.
Ekspor Mi Instan Indonesia ke Taiwan Bakal Disetop? Kemendag Buka Suara
Sebelumnya, baru-baru ini ditemukan kandungan residu pestisida etilen oksida (EtO) dalam produk mi instan oleh otoritas Taiwan produksi salah satu perusahaan mie di Indonesia.
Diketahui, BPOM Taiwan pada 24 April 2023 menyebut mereka menemukan bahan yang disebut memicu kanker itu dalam bumbu mie tersebut.
Lantas apakah ekspor mi instan tersebut akan di tutup?
Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Didi Sumedi, mengungkapkan, ekspor legal mi instan ke Taiwan dan negara lainnya tidak akan ditutup.
"Menurut saya ditutup, enggak ya, karena sering terjadi. Itu terjadi seperti tadi diimpor oleh individu atau agen yang bukan distrubutor resmi," kata Didi saat ditemui di Kementerian Perdagangan, Kamis (4/5/2023).
Lebih lanjut, Didi Sumedi, menegaskan, sebenarnya distributor resmi telah menyesuaikan standar mi instan sesuai yang ditetapkan oleh pemerintah Taiwan.
Justru produk mie yang ditemukan mengandung etilen oksida dieskpor oleh diaspora atau distribusi tidak resmi, artinya standar yang beredar tidak sesuai dengan standar Taiwan.
"Dari mulai kandungan, kandungan berapa, unsurnya sudah sesuai. Nah itu enggak ada masalah, yang masalah itu diimpor oleh individu karena banyak orang kita yang tinggal di sana," pungkasnya.
Advertisement
Mi Instan Produk Indonesia yang Kena Semprit di Taiwan Dieskpor oleh Distribusi Tak Resmi
Media massa Taiwan pada 24 April 2023 memberitakan bahwa produk Mi Kari Putih Penang Ah Lai dari Malaysia dan bumbu perisa mi instan Indonesia terdeteksi mengandung etilen oksida (EIO).
Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Didi Sumedi menjelaskan, produk yang diberitakan mengandung etilen oksida ini dieskpor dari diaspora atau distribusi tidak resmi. Sehingga, standar yang beredar tidak sesuai dengan standar Taiwan.
"Itu sering terjadi sebetulnya antara perbedaan yang diimpor oleh distributor resmi baik di Taiwan Hongkong atau Jepang dan yang diimpor oleh individu. Kita tuh banyak yah Diaspora, di Taiwan hampir 300.000 orang. Ya kita tidak menyalahkan mereka bisa membawa masuk, kadang-kadang dengan tentengan," kata Didi di kantor Kementerian Perdagangan, Kamis (4/5/2023).
Didi menjelaskan, distributor resmi sejatinya sudah menyesuaikan standar yang ditetapkan oleh pemerintah Taiwan. Sebaliknya, distributor tidak resmi tidak mengikuti syarat yang sudah ditetapkan pemerintah setempat.
"Dari mulai kandungan, kandungan berapa, unsurnya sudah sesuai. Nah itu enggak ada masalah, yang masalah itu diimpor oleh individu karena banyak orang kita yang tinggal di sana," tutupnya.
Reporter: Yunita Amalia
Sumber: Merdeka.com