Liputan6.com, Jakarta Pemerintah RI akan terus menjalin kerja sama dengan negara-negara di kawasan selatan (south-south global) dengan tema kemanusiaan dan solidaritas.
Caranya dengan melakukan kerja sama yang memperkuat ekonomi kedua belah pihak seperti investasi, perdagangan dan bantuan kemanusiaan.
Baca Juga
“Kita akan memperkuat kerja sama, kerja sama selatan-selatan global dengan tema kemanusiaan dan solidaritas dan memperkuat kerja sama ekonomi, baik investasi perdagangan dan bahkan bantuan kemanusiaan,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Kantor Bea Cukai Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Minggu (28/5) malam.
Advertisement
Salah satunya bekerjasama dengan Nigeria yang saat ini sedang mengalami darurat vaksin pentavalen. Sri Mulyani mengatakan Indonesia dan Nigeria merupakan negara berkembang dengan populasi yang besar.
Nigeria kini berkembang pesat dengan 213 juta populasi dengan pertumbuhan populasi 2,4 persen. Sedangkan Indonesia memiliki 273 juta populasi dengan pertumbuhan penduduk 0,7 persen.
“Jadi dalam dekade berikutnya, diproyeksikan Nigeria dan Indonesia akan menjadi salah satu populasi terbesar di dunia,” kata dia.
Hal ini menunjukkan masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang perlu segera diselesaikan. Mengingat sebuah negara tidak hanya sebatas jumlah populasi tetapi perlu meningkatkan taraf hidup manusia dari sisi ekonomi demi mencapai kesejahteraan.
“Bagaimana kita akan terus membangun negara kita. Jadi, tidak hanya besar dari segi jumlah penduduk, tetapi juga besar dari segi ekonomi,” kata dia
Dia menuturkan Indonesia saat ini memiliki ukuran PDB mencapai USD1,3 triliun, sedangkan Nigeria sekitar USD177 miliar. Dengan potensi yang demikian, adanya kinerja ekonomi kedua negara yang baik akan memberikan peluang kerjasama yang kuat antara kedua negara. Kerja sama tersebut diterjemahkan lewat perusahaan-perusahaan, khususnya BUMN untuk menciptakan peluang nyata dan kerjasama yang kuat antara perusahaan ke perusahaan atau bisnis ke bisnis antara kedua negara.
Indonesia Hibah 1,5 Juta Dosis Vaksin Pentavalen ke Nigeria, Bisa Tangkal 5 Penyakit
Sebelumnya, beralaskan Spirit Bandung Konferensi Asia-Afrika 1955, Indonesia membantu negara-negara Afrika dalam sebarluaskan vaksinasi di negara tersebut.
Langkah awal, Indonesia memilih Nigeria, sebagai penerima lebih dari 1,5 juta dosis vaksin Pentavalen buatan PT Biofarma, Bandung, senilai lebih dari Rp 30 miliar.
Dijelaskan Menteri Keuangan, Sri Mulyani, vaksinasi yang diberikan ini, untuk mencegah penularan lima jenis penyakit.
"Yakni, vaksin kombinasi DTP-HB-Hib, yaitu berupa suspensi homogen yang mengandung toksoid difteri dan tetanus murni; bakteri pertusis (batuk rejan) inaktif; antigen permukaan hepatitis B (HBsAg)," ungkap Sri Mulyani, saat pelepasan hibah Vaksinasi di Gedung Bea dan Cukai Bandara Internasional Soekarno Hatta, Minggu (28/5/2023).
Sri Mulyani pun mengungkapkan, sangat menghargai langkah Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI) di bawa naungan kementeriannya, untuk menyebarluaskan vaksinasi tersebut di Nigeria.
"Saya menghargai langkah LDKPI sebagai Lembaga Dana Kerjasama Pembangunan Internasional, ini menjadi salah satu tools sangat penting dari diplomasi Indonesia, untuk ikut aktif menjaga kestabilan, kedamaian dunia," ujar Sri Mulyani.
Lewat LDKPI tersebut, Pemerintah Indonesia memberikan hibah tahap pertama 750 ribu vaksinasi Pentavalen kepada Nigeria. Lalu, disusul tahap kedua sebanyak 850 ribu vaksinasi yang akan dikirim pada pertengahan Juni 2023.
Sehingga total Rp 30,3 miliar bantuan vaksinasi Pentavalen untuk negara Nigeria, yang dibagi menjadi dua tahap perjalanan vaksinasinya.
"Pengiriman vaksin produksi PT Bio Farma merupakan wujud nyata pelaksanaan amanat dari UU APBN 2022, yaitu memberikan hibah kepada pemerintah asing atau lembaga asing yang harus memberikan manfaat ekonomi bagi Indonesia sendiri dan sesuai amanat Bapak Presiden untuk terus melakukan dan memperkuat diplomasi ekonomi," katanya.
Advertisement
Indonesia Alokasikan Rp 8 Triliun Bantu Negara-Negara Miskin
Pemerintah Indonesia telah mengalokasikan anggaran Rp 8 triliun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kepada Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI) Kementerian Keuangan.
Anggaran tersebut digunakan untuk menyalurkan hibah kepada negara lain untuk mendukung diplomasi aktif, terutama soft diplomacy dari Kementerian Luar Negeri.
"Itu dana LDKPI yang sudah kita masukan sejak 2022-2023 dan kita sekarang sudah mencapai Rp8 triliun," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Kantor Bea Cukai Bandara Soekarno Hatta, Tanggerang, Banten, Minggu (28/5).
Fokus penggunaan anggaran ini digunakan sebagai hibah kepada negara-negara yang membutuhkan bantuan. Semisal untuk Afganistan, Pakistan, Nigeria, Zimbabwe, hingga Kenya .
"Negara Pasifik ini banyak sekali masalah dan ini jadi tools diplomasi yang kita harap makin efektif . Termasuk membangun bukan hanya charity dan brand tapi kita makin economic relation," kata dia.
Sri Mulyani menjelaskan setiap tahun APBN telah mengalokasikan anggaran untuk dana abadi yang digunakan sebagai dana hibah. Penggunaan dana tersebut harus mendapatkan restu dari para dewan pengarah yakni Menteri Luar Negeri, Menteri Keuangan, Sekretariat Negara dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
"Sekarang ini kan makin fragmanted jadi kita tidak hanya diplomasi-diplomasi Bu Menlu sudah banyak mediasi dan berbagai macam peran dan leadership dan kita bisa melakukan resource untuk bisa membantu konkret untuk banyak negara," kata Sri Mulyani.