Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun lebih dari 4% pada hari Selasa di tengah kekhawatiran tentang apakah Kongres AS akan meloloskan pakta plafon utang AS.
Sentimen lain, karena pesan beragam dari produsen minyak utama mengaburkan prospek pasokan menjelang pertemuan OPEC+ akhir pekan ini.
Baca Juga
Diktuip dari CNBC, Rabu (31/5/2023), harga minyak mentah berjangka Brent turun 4,58% menjadi USD 73,54 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 4,42%, dari penutupan Jumat, menjadi USD 69,46 per barel. Tidak ada penyelesaian pada hari Senin karena hari libur umum AS.
Advertisement
Beberapa anggota parlemen sayap kanan Republik mengatakan mereka mungkin menentang kesepakatan untuk menaikkan plafon utang di Amerika Serikat, pengguna minyak terbesar di dunia. Presiden Demokrat Joe Biden dan Ketua DPR dari Partai Republik Kevin McCarthy tetap optimis kesepakatan itu akan disahkan.
Biden dan McCarthy membuat kesepakatan selama akhir pekan dan harus meloloskan Kongres AS yang terpecah sebelum 5 Juni, hari ketika Departemen Keuangan mengatakan negara tersebut tidak akan dapat memenuhi kewajiban keuangannya, yang dapat mengganggu pasar keuangan.
“Gajah besar di ruangan ini adalah drama lanjutan atas plafon utang AS,” kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group. "Sampai kita mendapatkan suara, pasar akan gelisah."
Pertimbangan Pemerintah AS
Komite Aturan DPR akan mempertimbangkan RUU setebal 99 halaman pada pukul 3 sore. (1900 GMT) pada hari Selasa, menjelang pemungutan suara di DPR yang dikuasai Republik dan Senat yang dikuasai Demokrat.
Batas waktu utang hampir bersamaan dengan pertemuan OPEC+ pada 4 Juni. Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu termasuk Rusia. Pedagang tidak yakin tentang apakah grup tersebut akan meningkatkan pengurangan produksi karena kemerosotan harga membebani pasar.
Menteri Energi Arab Saudi Abdulaziz bin Salman pekan lalu memperingatkan short-seller yang bertaruh bahwa harga minyak akan turun untuk "diwaspadai" dalam kemungkinan sinyal bahwa OPEC+ dapat memangkas produksi.
Advertisement
Rencana Produksi Minyak
Namun, komentar dari pejabat dan sumber perminyakan Rusia, termasuk Wakil Perdana Menteri Alexander Novak, menunjukkan produsen minyak terbesar ketiga di dunia itu condong ke arah membiarkan produksi tidak berubah.
Pada bulan April, Arab Saudi dan anggota OPEC+ lainnya mengumumkan pengurangan produksi minyak lebih lanjut sekitar 1,2 juta barel per hari (bpd), sehingga total volume pemotongan oleh OPEC+ menjadi 3,66 juta bpd, menurut perhitungan Reuters.
Data sektor manufaktur dan jasa China yang keluar akhir pekan ini juga akan diteliti untuk isyarat pemulihan permintaan bahan bakar di importir minyak utama dunia.