Liputan6.com, Jakarta Kementerian Koperasi dan UKM melalui Smesco Indoensia menggandeng PT Indofarma Tbk untuk memberikan pendampingan ke pelaku UMKM obat herbal. Tujuannya, UMKM nantinya diupayakan masih pada rantai industri obat herbal dan natural ekstrak.
Direktur Utama SMESCO Indonesia Leonard Theosabrata mengatakan kerja sama ini dapat membantu para pelaku UKM dalam meningkatkan pemasaran dan penjualan produknya. Sehingga dapat mendorong pertumbuhan bisnis UKM lokal dan berdampak positif pada ekonomi nasional dengan bantuan teknologi.
Baca Juga
“Nota Kesepahaman ini untuk mendorong, memajukan dan memberikan kontribusi bagi pembentukan hubungan kemitraan yang saling menguntungkan dalam pengembangan maupun akses usaha, distribusi dan pemasaran produk UKM serta sarana prasarana untuk mendukung pemulihan ekonomi," kata Leonard, seperti dikutip dari keterangan resmi, Jumat (2/5/2023).
Advertisement
Leonard meyakini dampak positif kerja sama ini akan meningkatkan kapasitas UKM dalam meningkatkan kemampuan teknik produksi UKM herbal. Dia berharap nantinya akan terjalin kemitraan penyediaan sarana dan prasarana serta inisiasi dan fasilitasi dalam rangka transfer pengetahuan industrial kepada UKM herbal.
"UKM akan mendapatkan pelatihan oleh Indofarma terkait pengembangan produk herbal berkualitas, penggunaan bahan baku herbal organik yang higienis sehingga memenuhi standar manufaktur modern, agar beberapa tahun kedepan Indonesia memiliki UKM masa depan yang berdaya saing,” ujar Leonard.
Sementara itu, Direktur Utama Indofarma, Agus Heru Darjono menambahkan, pihaknya sangat bersemangat dengan kerja sama ini.
"Kami sangat bersemangat dengan kerja sama ini. Kami yakin bahwa dengan menggabungkan kekuatan, kami dapat memberikan kontribusi positif bagi pemulihan ekonomi Indonesia," kata Agus Heru Darjono.
Indofarman Bidik Pendapatan Rp 1,87 Triliun
Diberitakan sebelumnya, PT Indofarma Tbk (INAF) mengincar pertumbuhan pendapatan sebesar Rp 1,86 triliun dan laba tahun berjalan sebesar Rp 5,1 miliar pada 2023.
Direktur Utama Indofarma Agus Heru Darjono menuturkan, perseroan memproyeksikan pendapatan sebesar Rp 1,86 triliun pada tahun ini, dengan pertumbuhan sebesar 63,36 persen dari realisasi pendapatan 2022.
Dengan laba kotor sebesar Rp 406 miliar atau margin sebesar 22 persen, diharapkan laba tahun berjalan yang diperoleh 2023 sebesar Rp 5,1 miliar.
Dalam rangka mencapai target tersebut, Indofarma menginisiasi perubahan strategi (shifting strategy) dengan mengubah cara pendekatan dari hanya Business to Consumer (BtoC) menjadi Business to Business (BtoB) dengan pola partnership dalam proses produksi dan pemasaran.
Advertisement
Optimalisasi Pasar
Selain itu, perseroan fokus pada kelompok produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan kapabilitas yang dimiliki perseroan, optimalisasi pasar ekspor dan pemanfaatan fasilitas pabrik perseroan untuk produksi Natural Extract yang telah tersertifikasi CPOTB, Halal dan HACCP.
"Kita melihat Indofarma ini memiliki kekuatan di manufacturing capability. Kita punya fasilitas produksi yang luar biasa, kita akan mengembalikan bagaimana kita memperkuat kekuatan kita di manufacturing di hulunya sehingga yang kita lakukan lebih ke Business to Business," kata dia dalam paparan publik, Rabu (31/5/2023).
Hingga Mei 2023, shifting strategy telah direalisasikan dalam beberapa kerjasama Business to Business (BtoB), diantaranya melalui penandatangan kerjasama distribusi dengan PT Bintang Kencana Artha (BAK).
Selain itu, perjanjian kerja sama produksi dan pemasaran dengan PT Quantum Laboratoris Internasional, perjanjian kerjasama toll manufacturing dengan PT Rama Emerald Multi Sukses dan kolaborasi dengan Smesco Indonesia dalam peningkatan pemasaran produk koperasi dan usaha kecil menengah berbasis teknologi, guna optimalisasi.
Restrukturisasi
Selain itu, guna meningkatkan kinerja, perseroan melaksanakan program restrukturisasi yang diharapkan mampu menciptakan arus kas operasi yang positif dan posisi keuangan yang sehat pada 2023 sehingga dapat memicu kesinambungan bisnis yang baik bagi perseroan.
Dengan demikian, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2022 memberikan persetujuan fasilitas pinjaman sebesar Rp 157 miliar dari induknya, PT Bio Farma (Persero). Suntikan dana tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan restrukturisasi perseroan.
"Persetujuan Penerimaan Pinjaman dari Pihak Terafiliasi dan Memiliki Nilai yang Material sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 42/POJK 04/2020 dan Nomor 17/POJK 04/2020, yaitu permohonan persetujuan SHL 157 M kepada PT Bio Farma (PERSERO) dalam rangka restrukturisasi perseroan," katanya.
Advertisement