Liputan6.com, Jakarta Mengonsumsi protein hewani sangat baik untuk menjaga kesehatan tubuh hin870 juta liter susu segar di serap industri pengolahan susu setiap tahunnya,gga mencegah stunting pada anak. Salah satu sumber protein hewani yang baik adalah susu karena memiliki kadar nutrisi yang tinggi dan asam amino esensial yang lengkap.
Namun Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia tahun 2020 masih berkisar 16,27 kg per kapita/tahun dan lebih rendah dibandingkan dengan negara di Asia Tenggara lainnya.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan industri susu saat ini memiliki peran dalam memberikan akses nutrisi yang luas dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia. Keberadaan industri susu juga sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan peternak sapi perah di Indonesia.
Advertisement
"Sebanyak 870 juta liter susu segar di serap industri pengolahan susu setiap tahunnya," ungkap dia dikutip Jumat (2/6/2023).
Masih Didominasi Impor
Namun saat ini industri susu masih dihadapkan pada tantangan pemenuhan bahan baku susu, karena hanya 20% bahan baku susu yang tersedia di dalam negeri dan 80% sisanya harus diimpor.
"Oleh karena itu perlu dilakukan pembenahan di hulu dan keberhasilan pengembangan susu segar dalam negeri (SSDN) memerlukan kolaborasi berbagai pihak antara lain Pemerintah, industri susu, koperasi susu dan peternak," tutur dia.
Kementerian Perindustrian terus mendorong industri pengolahan susu (IPS) untuk ikut hadir dan berperan aktif dalam mengatasi berbagai masalah persusuan di sektor hulu, salah satunya melalui program kemitraan saling menguntungkan antara industri, koperasi susu dan peternak sapi perah rakyat.
"Saya juga mengapresiasi Danone SN Indonesia memiliki berbagai inisiatif dan kepedulian untuk memberdayakan peternak di Indonesia.” ungkap Putu.
Hari Susu Nusantara
Sejalan dengan perayaan Hari Susu Nusantara yang jatuh pada 1 Juni 2023, Danone Specialized Nutrition Indonesia mengingatkan kembali kepada masyarakat akan pentingnya konsumsi susu untuk menjaga kesehatan, serta terus meneguhkan komitmennya untuk memproduksi produk bernutrisi dengan ramah lingkungan dan memberikan dampak positif kepada komunitas sekitar.
Sebagai produsen produk untuk nutrisi ibu dan anak sejak tahun 1954, Danone SN Indonesia terus berkomitmen untuk memberikan akses dan nutrisi sesuai kebutuhan keluarga Indonesia mulai dari tahap kehamilan, masa pertumbuhan, menyusui, keluarga maupun nutrisi untuk kebutuhan medis khusus.
Sehingga diharapkan dengan berkembangnya industri ini akan berpengaruh juga dengan semakin banyak masyarakat Indonesia yang sehat dan generasi muda yang cerdas.
Corporate Communications Director Danone Indonesia Arif Mujahidin menyampaikan Seluruh produk susu yang dihasilkan Danone SN Indonesia berkualitas tinggi dan sudah tersertifikasi HACCP, ISO 9001 dan FSSC 22000.
"Kami juga memiliki fasilitas riset terbaik dengan teknologi mutakhir di Yogyakarta dan berkomitmen untuk menjalankan bisnis cara yang bertanggung jawab serta berdampak positif kepada komunitas sekitar," tuturnya.
"Hal ini didukung dengan berbagai inisiatif Danone SN Indonesia dalam mengimplementasikan produksi yang ramah lingkungan, meningkatkan populasi sapi perah, produktivitas, kualitas susu, serta akses untuk modal dan kerja sama untuk para peternak," tutup dia.
Advertisement
Industri Pengolahan Susu Kurang Pasokan, Indonesia Mau Beli Sapi Perah Belanda 16 Ribu Ekor
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus bergerak untuk mengembangkan industri pengolahan susu dalam negeri. Industri pengolahan susu merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan karena menjadi bagian dari industri makanan dan minuman.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menjelaskan, industri pengolahan susu menjadi prioritas pengembangan sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035 dan peta jalan Making Indonesia 4.0.
“Guna meningkatkan produktivitas industri pengolahan susu di tanah air, salah satu upaya yang perlu digenjot adalah penyediaan sapi perah yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) sebagai bahan baku,” kata Putu dalam keterangan tertulis, Rabu (26/4/2023).
Pada pertengahan April lalu, ia telah melakukan kunjungan kerja ke Belanda. Delegasi Indonesia yang diwakili pihak Kemenperin, KBRI Brussel, dan KBRI Den Haag melakukan pertemuan dengan Kementerian Pertanian, Alam, dan Kualitas Makanan (Ministerie van Landbouw, Natuur en Voedselkwaliteit/LNV), Organisasi Pertanian dan Hortikultura di Belanda (Land-en Tuinbouw Organisatie Nederland/LTO), perusahan Friesland Campina NV., dan beberapa petani sapi perah binaan Friesland Campina di daerah Makingga dan Warder, Belanda.
“Tujuan kunker kami ke Belanda antara lain untuk penjajakan kerja sama dan investasi dalam hal penyediaan sapi perah. Selain itu, kami ingin mengetahui proses peternakan sapi perah secara modern dan berkelanjutan. Kami juga melakukan kunjungan ke pabrik pengolahan susu Friesland Campina di Leeuwarden,” sebutnya.
Menurut Putu, hasil kunjungan tersebut mendapat tanggapan yang positif, baik dari LNV maupun LTO.
“Belanda memiliki berbagai potensi yang dapat dijajaki lebih lanjut dengan berbagai pihak di Indonesia, khususnya dengan pihak swasta yang tertarik dengan investasi sapi perah ini,” imbuhnya.
Bahan Baku Kurang
Pada pertemuan dengan LNV, Dirjen Industri Agro menyampaikan bahwa kondisi industri pengolahan susu di Indonesia saat ini mengalami kekurangan bahan baku susu segar sebesar 80 persen.
Oleh karenanya, terdapat keinginan beberapa perusahaan besar pengolahan susu di Indonesia yang ingin membeli sapi perah asli dari Belanda (Holstein), dengan total sebanyak 8-16 ribu ekor.
“Kami menawarkan Indonesia sebagai ‘a new hope for Dutch cattle’, karena peternak sapi perah Belanda dapat merelokasi sapi perahnya ke Indonesia maupun melakukan investasi di Indonesia,” ungap Putu.
Pada kesempatan itu, Director for International Agribusiness and Food Security LNV, Ralf van de Beek menjelaskan, saat ini industri sapi perah di Belanda sedang berbenah untuk menghadapi perubahan iklim, khususnya terkait pengurangan tingkat nitrogen pada kotoran sapi, kesehatan tanah dan air untuk pakannya, serta antisipasi tingginya curah hujan yang dapat memicu banjir.
“Dengan prinsip triple helix (industri, pemerintah, dan universitas atau masyarakat), kami yakin dapat menyelesaikan tantangan yang ada untuk sustainability industri susu di Belanda,” tuturnya.
Advertisement