Liputan6.com, Jakarta Indonesia merupakan episentrum pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara, seiring banjirnya investasi usaha rintisan teknologi sekaligus pasar terbesar sehingga wilayah ini secara langsung memainkan peran signifikan bagi perekonomian dunia.
Hal itu diungkapkan Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady. Menurutnya, Indonesia menguasai nyaris separuh populasi Asia Tenggara, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang stabil.
Baca Juga
Ekonomi Digital Indonesia Tembus USD 90 Miliar, Investor Modal Ventura Ungkap Sektor Ritel Jadi Pendorong
Menlu Sugiono Desak Solusi untuk Kesenjangan Digital di KTT APEC, Dorong Asia Pasifik Jadi Pemain Ekonomi Digital
Riset Google dan Temasek: Nilai Ekonomi Digital Indonesia Sentuh Rp 1.430 Triliun di 2024
Lebih jauh, hingga Maret 2023, Indonesia menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara yang masuk dalam 10 besar negara dengan usaha rintisan terbanyak. Total startup Indonesia, sebagaimana dilaporkan Startup Ranking, mencapai 2.502 perusahaan.
Advertisement
John menilai dengan posisi faktual tersebut, Indonesia bisa memimpin Asia Tenggara memaksimalkan potensi ekonomi di era digital seperti sekarang. Pertumbuhan usaha rintisan di Indonesia pun masih cukup prospektif.
“Dalam sedekade ke depan, Indonesia masih menikmati bonus demografi dengan pertumbuhan kelas menengah yang solid dan pasar pengguna generasi milenial maupun generasi Z yang adaptif terhadap teknologi,” kata John, Minggu (04/6/2023).
Faktor lain yang menjadikan Indonesia sebagai motor, menurutnya, adalah pembangunan infrastruktur fisik maupun penetrasi internet secara luas dan merata.
“Hal inipun sangat disadari Bapak Presiden Jokowi, yang menghendaki Indonesia sebagai pemain utama ekonomi digital di Asia Tengara.”
Pada sisi lain, John mengungkapkan Asia Tenggara secara regional saat ini dan masa mendatang bakal memiliki peran signifikan bagi perekonomian dunia.
“Untuk tahun ini saja, tingkat pertumbuhan Asia Tenggara masih di atas rata-rata dunia, diprediksi sekitar 4,7 persen.”
Prediksi 10 Tahun ke Depan
Lebih jauh, populasi Asia Tenggara pada tahun ini diperkirakan menembus 679,69 juta, hampir 9 persen dari total penduduk dunia.
Tidak hanya itu, tegas John, mayoritas populasi itu berusia produktif yang menunjang pertumbuhan dan konsumsi pasar cukup besar.
John memprediksi dalam sepuluh tahun ke depan, Asia Tenggara bisa menembus sebagai motor pertumbuhan ketiga terbesar di dunia. “Tidak hanya tinggi, stabilitas kawasan pun terjaga. Hal inilah yang menarik investasi dari luar,” tambahnya.
Dia menilai momen KTT Asia Tenggara ke-42 sangat cermat melihat peluang kesatuan ekonomi ini selayaknya bisa direalisasikan lebih jauh. Sebab, jelas John, pada 2015 lalu upaya serupa pun telah dimulai dengan kesepakatan pembentukan Asia Tenggara Economic Community (AEC).
Untuk Asia Tenggara sendiri, Lippo Group juga ikut terlibat mengembangkan berbagai usaha rintisan. Tercatat, Lippo Group telah berinvestasi terhadap 40 perusahaan teknologi di Asia Tenggara. “Itu untuk kategori early stage, memang paling utama masih di Indonesia.”
Sebelumnya, pengembangan dan kesatuan ekonomi digital telah menjadi bahasan dalam KTT ASEAN ke-42 di Labuan Bajo. Pertemuan tersebut mengingatkan kembali peran penting negara-negara kawasan Asia Tenggara ini dalam percaturan perekonomian dunia.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan kawasan ASEAN harus menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia (epicentrum of growth).
Selain berbicara pertumbuhan, Presiden Jokowi pun menyampaikan agar negara-negara Asia Tenggara selalu berupaya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hasil KTT itupun sangat bermakna untuk mengingatkan kembali potensi besar yang dimiliki kawasan.
Advertisement