Liputan6.com, Jakarta Perusahaan kimia Chemours, DuPont dan Corteva akhirnya bersedia untuk membayar lebih dari USD 1 miliar atau setara Rp 14,8 triliun untuk menyelesaikan isu penggunaan bahan kimia forever yang berisiko mencemari sistem air publik di Amerika Serikat.
Pembayaran dana tersebut menyusul ribuan tuntutan hukum di seluruh negeri yang menuduh bahan kimia beracun digunakan dalam manufaktur dan kemudian mencemari lingkungan.
Dilansir dari CNN Business, Senin (5/6/2023) Dupont dalam sebuah pernyataan mengatakan "tidak pernah memproduksi PFOA atau PFOS"
Advertisement
Dua perusahaan lainnya pun telah diminta komentar terkait tuduhan tersebut, yang mereka bantah dalam sebuah siaran pers pada pada Jumat pekan lalu.
Ketiga perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka telah setuju untuk memberikan kontribusi sebesar USD 1,185 miliar atau Rp. 17,6 triliun untuk dana penyelesaian.
Chemours akan menyumbang 50 persen (sekitar USD 592 juta), dan DuPont dan Corteva bersama-sama akan menyumbangkan 50 persen sisanya, masing-masing sekitar USD 400 juta dan USD 193 juta.
Sejauh ini, ketiga perusahaan mencapai kesepakatan prinsip. Kesepakatan definitif diharapkan akan diselesaikan akhir tahun ini di Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Carolina Selatan, kata perusahaan itu.
Sebagai informasi, bahan kimia sintetis – zat per dan polifluoroalkil, juga dikenal sebagai PFAS dapat bertahan di lingkungan dan tubuh manusia, di mana mereka dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, dan ditemukan dalam produk sehari-hari termasuk pembungkus makanan cepat saji, riasan, dan karpet.Â
Pada Juni 2023, Badan Perlindungan Lingkungan AS atau EPA mengeluarkan penasehat kesehatan yang mengatakan bahwa bahan kimia tersebut jauh lebih berbahaya bagi kesehatan manusia daripada yang awalnya diperkirakan oleh para ilmuwan.
Cara Simpel Hilangkan Bahan Kimia Forever di Peralatan Masak Versi Ilmuwan
Bahan kimia forever yang digunakan dalam barang sehari-hari, seperti berbagai peralatan masak, telah lama dikaitkan dengan masalah kesehatan yang serius. Ahli kimia di Amerika Serikat (AS) dan China mengatakan akhirnya menemukan metode terobosan untuk mendegradasi senyawa pencemar ini, yang disebut sebagai PFAS, menggunakan suhu relatif rendah dan reagen umum.
Hasil catatan mereka diterbitkan dalam jurnal Science, melansir Japan Today, Senin, 22 Agustus 2022. "Itulah sebabnya saya mendalami sains, sehingga saya dapat memberi dampak positif pada dunia," penulis senior, William Dichtel, dari Universitas Northwestern mengatakan.
PFAS, atau zat per dan polifluoroalkil, pertama kali dikembangkan pada 1940-an dan sekarang ditemukan dalam berbagai produk, termasuk panci antilengket, tekstil tahan air, dan busa pencegah kebakaran. Seiring waktu, polutan telah terakumulasi di lingkungan, memasuki udara, tanah, air tanah, danau, dan sungai sebagai akibat dari proses industri.
Meski bahan kimia PFAS dapat disaring dari air, ada beberapa solusi lain utuk menghilangkannya. Metode yang sebelumnya diperkenalkan untuk menghancurkan PFAS memerlukan "usaha keras", seperti pembakaran pada suhu yang sangat tinggi atau penyinaran dengan gelombang ultrasonik.
Pembakaran pun tidak selalu sangat mudah, dengan satu pabrik di New York ditemukan masih melepaskan beberapa senyawa ke udara melalui asap. Ketidakterhancuran PFAS berasal dari ikatan karbon-fosforidanya, salah satu jenis ikatan terkuat dalam kimia organik.
Fosfor adalah unsur yang paling elektronegatif dan ingin mendapatkan elektron, sedangkan karbon ingin membaginya. Molekul PFAS mengandung rantai panjang ikatan ini, tapi tim peneliti mampu mengidentifikasi kelemahan mencolok yang umum terjadi pada kelas PFAS tertentu.
Advertisement
10 Bahan Kimia PFAS
Di salah satu ujung molekul, ada sekelompok atom oksigen bermuatan yang dapat ditargetkan menggunakan pelarut dan reagen umum pada suhu 80--120 derajat celcius, memenggal kelompok kepala dan meninggalkan ekor reaktif.
"Begitu itu terjadi, itu memberi akses ke jalur yang sebelumnya tidak dikenal yang menyebabkan seluruh molekul hancur dalam serangkaian reaksi kompleks," kata Dichtel, yang akhirnya membuat produk akhir yang tidak berbahaya.
Bagian kedua dari penelitian ini melibatkan penggunaan metode komputasi yang kuat untuk memetakan mekanika kuantum di balik reaksi kimia yang dilakukan tim untuk menghancurkan molekul. Pengetahuan baru pada akhirnya dapat memandu perbaikan lebih lanjut pada metode ini.
Studi saat ini berfokus pada 10 bahan kimia PFAS, termasuk polutan utama yang disebut GenX, yang telah mencemari Sungai Cape Fear di North Carolina, sumber air bagi 350 ribu orang. Tapi, itu hanya puncak gunung es, karena Badan Perlindungan Lingkungan AS telah mengidentifikasi lebih dari 12 ribu bahan kimia PFAS.