Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengungkap rencana perusahaan dalam waktu dekat. Salah satunya soal peluncuran satu produk baru hasil pengolahan BBM Pertamina.
Produk itu adalah bioetanol yang disebut akan diluncurkan pada Juni 2023, bulan ini. Menurut Nicke, ini jadi salah satu bagian dalam upaya membuka peluang atau unlock value dari bisnis-bisnis yanh dijalankan Pertamina.
Baca Juga
"Jadi nanti kita di bulan ini, gak apa-apa ya Pak Alfian kita bocorin dulu, kita mau launching produk baru. Yaitu bioetanol, jadi Pertamax kita campur dengan etanol," ujar dia dalam Media Briefing Capaian Kinerja Pertamina, di Grha Pertamina, Jakarta, ditulis Rabu (7/6/2023).
Advertisement
Potensi ini bahkan diakui tidak akan mengganggu industri lain, seperti industri gula. Mengingat, ada bahan lain yang dibutuhkan adalah moleses tebu. Nicke menyebut, tebu pun bukan satu-satunya bahan yang digunakan. Substitusinya bisa kepada singkong ataupun jagung.
"Etanolnya itu dari moleses tebu, ini nanti rebutan ga dengan pabrik gula? engga. Ini cuma tetes tebu aja, jadi pabrik gula jalan, ada tetes tebunya dan potensi kita besar. Selain itu juga bisa dibuat dari cassava, dari singkong. Dari jagung juga," paparnya.
"Jadi kita akan terus lakukan riset-riset untuk menghasilkan bioenergi dari bahan baku nabati," sambung Nicke.
Transisi Energi
Pada kesempatan ini, Nicke mengatakan kalau ini bagian dari proses transisi energi. Dengan hadirnya bioetanol yang bisa diproduksi Pertamina, artinya ada pemanfaatan yang lebih luas dari produk-produk milik Pertamina.
"Kita harus belajar natural base solution, sebelumnya gak pernah terpikir kita itu memproses tebu kita proses menjadi etanol agar ini menjadi bioenergi yang mengurangi ketergantungan," kata dia.
"Bagi Pertamina, transisi energi itu bukan hanya mau menurunkan karbon emisi, tapi lebih penting lagi bagi Indonesia adalah untuk mewujudkan kemandirian energi. Karena kita akan mengembangkan yang berbasis sumber daya alam yang dimilik indonesia," urai Nicke Widyawati.
Efisiensi Kerek Pendapatan Pertamina
PT Pertamina (Persero) berhasil catatkan pendapatan USD 84,89 miliar di sepanjang 2022. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menegaskan kalau capaian itu berkat efisiensi yang dilakukan perseroan.
Nicke menguraikan, Pertamina mampu mencatatkan pendapatan USD 84,89 miliar dengan keuntungan USD 3,81 miliar di 2022. Pada 2021-2022 Pertamina mampu melakukan optimalisasi pendanaan sekitar USD 3,27 juta. Ini berkat digitalisasi yang dinilai berhasil dijalankan.
"Kalau kita lihat yang paling memberikan kontribusi sebetulnya ada di cost. Jadi kalau kita lihat persen dari biaya di tahun 2012 dan 2014, sebagai tahun yang terbaik, Ini tuh sekitar 93-94 persen," ujarnya dalam Media Briefing Capaian Kinerja Pertamina di Grha Pertamina, Jakarta, Selasa (6/6/2023).
"Tapi di Tahun 2022 ini hanya 89 persen cost itu. Artinya ada penghematan sekitar 4 sampai 5 persen kalau kita bandingkan. Dan kalau kita bicara 4 sampai 5 persen dari 85 billion US Dollar, itu bukan angka yang kecil dan tidak bisa hanya satu-dua program," sambungnya.
Sebagai salah satu langkah optimalisasi pendanaan tadi, Nicke mengatakan ada sebanyak 267 program yang dijalankan sepanjang tahun 2022. Itu dinilai berhasil mengahdirkan efisiensi.
"Jadi program-program ini akan tetap stay karena ini merubah operating mode, bukan hanya sekedar cost cutting. Ini memperlihatkan bahwa Tahun 2022 adalah tahun terbaik dan kita berharap ini tentu akan terus tumbuh secara berkelanjutan," jelasnya.
Dia juga menjelaskan kalau capaian apik ini bukan berkat dari meningkatnya harga komoditas. Tercatat, ada peningkatan harga komoditas global yang terjadi pada 2021-2022.
Advertisement
Terbesar Sepanjang Sejarah Pertamina
PT Pertamina (Persero) berhasil mencatatkan pendapatan sebesar USD 84,89 miliar atau setara Rp 1.263 triliun di tahun 2022. Pendapatan ini disebut menjadi yang terbesar sepanjang sejarah berdirinya perseroan.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menerangkan, tahun 2022 ditutup secara cemerlang. Dari pendapatan sebesar itu, perseroan mampu mencatatkan laba sebesar USD 3,81 miliar atau setara Rp 56 triliun.
"Tahun 2022 bisa kita tutup dengan kinerja yang tertinggi sepanjang sejarah Pertamina. Kita bisa membukukan keuntungan 3,81 billion US Dollar, ekuivalen Rp 56 triliun, revenue meningkat 48 persen menjadi 85 billion US Dollar, jadi ini sekitar sepertiganya dari APBN. Ebitda juga mengalami peningkatan 47 persen," bebernya dan Media Briefing Capaian Kinerja Pertamina, di Grha Pertamina, Selasa (6/6/2023).