Liputan6.com, Jakarta Kurs Dolar AS ke Rupiah sampai saat ini masih berada di kisaran yang sama. Menurut informasi dari laman resmi Bank Indonesia, pada Rabu (7/6/2023) kurs jual USD berada di Rp 14.913,19 juga kurs belinya sebesar Rp 14.764,81.
Sementara kurs jual Poundsterling Inggris hari ini ada di Rp 18.546,04 dan kurs beli Rp 18.360,04. Mata uang Euro hari ini memiliki kurs jual Rp 15.975,01 dengan kurs beli Rp 15.814,59.
Baca Juga
Kurs jual dolar Australia sebesar Rp 9.938,15 dan kurs beli Rp 9.837,79.
Advertisement
Beralih ke mata uang negara kawasan ekonomi besar di Asia, kurs jual Yen Jepang hari ini berada di Rp 10.715,81 per 100 Yen dan kurs beli Rp 10.608,43 per 100Â Yen. Di sisi lain, Kurs jual Yuan China sebesar Rp 2.095,34 diikuti kurs beli Rp 2.074,29.
Kurs jual Won Korea Selatan hari ini Rp 11,47 dengan kurs beli Rp 11,35 per Won yang keduanya terus berubah naik dan turun sejak hari sebelumnya. Kurs jual dolar Hong Kong hari ini dipatok Rp 1.901,73 serta kurs beli sebesar Rp 1.882,76.
Sementara di negara kawasan Asia Tenggara hari ini, untuk  dolar Singapura (SGD) memiliki kurs jual Rp 11.061,56 dan kurs beli Rp 10.947,44 juga Ringgit Malaysia dengan kurs jual Rp 3.243,41 dan kurs beli Rp 3.207,65.
Kurs jual Peso Filipina hari ini berada di Rp 265,26 dan kurs beli Rp 262,51 juga Thailand dengan kurs jualnya Rp 429,16 dan kurs belinya Rp 424,64 per Baht.
Rupiah Hari Ini Menguat Tipis ke 14.857 per USD
Pada pembukaan perdagangan hari ini, Rabu (7/6/2023), kurs rupiah menguat tipis 0,02 persen atau 3 poin menjadi 14.857 per USD dari sebelumnya 14.860 per USD.
Analis Senior Lukman Leong memperkirakan rupiah akan datar dengan kecenderungan menguat terbatas yang didukung oleh permintaan Surat Berharga Negara (SBN).
Enam+03:11VIDEO: Perempuan Indonesia Kunci Pertumbuhan Ekonomi, Kok Bisa? "Namun, investor keseluruhan masih wait and see FOMC (The Federal Open Market Committee) minggu depan," kata dia dikutip dari Antara, Rabu (7/6/2023).
Menurut dia, SBN sangat diminati karena ekspektasi penguatan kurs rupiah ke depan ​​​​​dan harapan penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) setelah keluar data inflasi Mei 2023 yang menunjukkan inflasi sudah masuk ke target BI.
"Penurunan suku bunga akan menurunkan imbal hasil obligasi dan menaikkan harga. Minggu depan, investor menantikan keputusan suku bunga oleh The Fed," ujar dia.
Selama satu-dua pekan ini, lanjut dia, ekspektasi suku bunga The Fed sangat bervariasi, sehingga investor menginginkan kejelasan dari The Fed. Data-data ekonomi AS sebelumnya disebut menunjukkan potensi kenaikan suku bunga, tetapi dibantah oleh salah satu pejabat The Fed.
"Jadi sangat simpang siur, investor menghindari ketidakpastian dengan wait and see," ungkapnya.
Advertisement
BI Yakin Rupiah Tak Bakal Tumbang Lagi di 2023
Bank Indonesia (BI) yakin rupiah akan perkasa di 2022. Keyakinan BI ini didasari atas masuknya investasi asing ke Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, nilai tukar rupiah akan menguat karena ketidakpastian global menurun setelah bank sentral Amerika Serikat berhenti menaikkan suku bunga acuan pada kuartal I 2023.
"Capital account akan masuk, begitu pula PMA (Penanaman Modal Asing) dan portofolio investasi. Sehingga kami perkirakan nilai tukar rupiah ke depan akan cenderung menguat ke arah fundamental," kata Perry dikutip dari Antara, Rabu (21/12/2022).Â
Nilai tukar rupiah pada 2022 mengalami pelemahan karena dolar AS menguat terhadap hampir seluruh mata uang dunia dan The Fed menaikkan suku bunga secara agresif.
BI juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan berkisar pada 4,5 sampai 5,3 persen dan inflasi akan kembali ke bawah 4 persen atau hanya sekitar 3 persen secara tahunan di 2023.
"Tahun depan, begitu ketidakpastian ekonomi global mereda berbagai faktor akan menguat kembali ke fundamental. Kredit juga akan terus kami dorong hingga tumbuh 11 sampai 12 persen sampai tahun berikutnya," ucapnya.