Sukses

Ramalan Bank Dunia Menakutkan, Bisakah Ekonomi Global Bertahan?

Bank Dunia meramal prospek ekonomi global di 2023 hanya mampu tumbuh 2,1 persen. Tak hanya itu, tingkat inflasi global tahun ini masih akan tinggi. Kondisi ini tidak terlepas dari dampak lanjutan dari kebijakan pengetatan moneter untuk mengendalikan inflasi.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia kembali merevisi prospek pertumbuhan ekonomi global di 2023 karena Amerika Serikat (AS), China, dan negara ekonomi besar lainnya mampu bertahan dari krisis. Dalam proyeksinya, Bank Dunia meramal prospek ekonomi global di 2023 hanya mampu tumbuh 2,1 persen.

Angka itu menandai kenaikan dari perkiraan 1,7 persen yang dikeluarkan pada bulan Januari, tetapi masih di bawah tingkat pertumbuhan 2022 sebesar 3,1 persen.

“Setelah tumbuh 3,1 persen tahun lalu, ekonomi global akan melambat secara substansial pada tahun 2023, menjadi 2,1 persen,” dikutip dari laporan yang dipublikasikan Bank Dunia, Jakarta, Rabu (7/6).

Tak hanya itu, tingkat inflasi global tahun ini masih akan tinggi. Kondisi ini tidak terlepas dari dampak lanjutan dari kebijakan pengetatan moneter untuk mengendalikan inflasi. Tingkat inflasi baru akan mereda di tahun 2024 di posisi 2,4 persen.

“Tekanan inflasi terus berlanjut meskipun inflasi utama global telah melambat sebagai akibat dari efek dasar,” dikutip dari laporan yang sama.

Redanya tekanan rantai pasokan, dan kondisi keuangan global telah mengetat terjadi karena kebijakan kenaikan suku bunga. Pada tingkat yang lebih rendah juga terjadi serangan ketidakstabilan keuangan baru-baru ini.

Banyak bank mengalami kerugian substansial yang belum direalisasi akibat kenaikan tajam suku bunga kebijakan. Kekhawatiran tentang kelangsungan neraca beberapa bank menyebabkan pelarian deposan dan gejolak pasar di Amerika Serikat dan Eropa di awal tahun.

Hal ini dipicu oleh respons kebijakan yang cepat dan ekstensif. Pasar keuangan tetap sangat sensitif terhadap ekspektasi yang berkembang tentang jalur masa depan suku bunga bank sentral utama.

Kondisi keuangan global yang ketat dan lemahnya permintaan eksternal diperkirakan akan membebani pertumbuhan di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang (EMDEs).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Reformasi Peraturan Keuangan Global

Pertumbuhan global bisa lebih lemah dari yang diantisipasi jika terjadi tekanan sektor perbankan yang meluas. Tak hanya itu, ekonomi global terus melemah jika tekanan inflasi yang terus berlanjut mendorong kebijakan moneter yang lebih ketat dari perkiraan.

Prospek pertumbuhan yang lemah dan risiko yang meningkat dalam waktu dekat menambah perlambatan jangka panjang dalam potensi pertumbuhan. Kondisi tersebut telah diperburuk oleh guncangan pandemi yang tumpang tindih, invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina, dan pengetatan tajam kondisi keuangan global.

Konteks yang sulit ini menyoroti banyak tantangan kebijakan. Kegagalan bank baru-baru ini membutuhkan fokus baru pada reformasi peraturan keuangan global.

Kerja sama global juga diperlukan untuk mempercepat transisi energi bersih, memitigasi perubahan iklim, dan memberikan keringanan utang bagi semakin banyak negara yang mengalami tekanan utang.

Di tingkat nasional, sangat penting untuk menerapkan kebijakan yang kredibel untuk menahan inflasi dan memastikan stabilitas makroekonomi dan keuangan. Termasuk melakukan reformasi untuk meletakkan dasar bagi jalur pembangunan yang kuat, berkelanjutan, dan inklusif.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

3 dari 3 halaman

Bank Dunia Proyeksi Ekonomi AS Tumbuh 1,1 Persen di 2023

Sebelumnya, Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi AS untuk tahun 2023 sebesar 1,1 persen, lebih dari dua kali lipat dari perkiraan 0,5 persen pada bulan Januari.

Sementara pertumbuhan ekonomi China diperkirakan akan naik menjadi 5,6 persen, dibandingkan dengan perkiraan 4,3 persen pada bulan Januari setelah pertumbuhan yang berkurang akibat COVID sebesar 3 persen pada tahun 2022 .

Bank Dunia juga memangkas separuh perkiraan pertumbuhan AS 2024 sebelumnya menjadi 0,8 persen, dan memangkas perkiraan China sebesar 0,4 poin persentase menjadi 4,6 persen.

Adapun Zona euro yang mendapat perkiraan kenaikan menjadi pertumbuhan 0,4 persen untuk tahun 2023 dari prospek datar di bulan Januari, namun perkiraan untuk tahun depan juga sedikit terpangkas. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini