Sukses

Rupiah Diramal Terpuruk Lagi Hari Ini, Makin Dekati 15.000 per USD

Pada pembukaan perdagangan hari ini Kamis, nilai tukar (kurs) rupiah melemah 0,17 persen atau 25 poin menjadi Rp14.902 per USD dari sebelumnya Rp14.877 per USD.

Liputan6.com, Jakarta Pada pembukaan perdagangan hari ini Kamis, nilai tukar (kurs) rupiah melemah 0,17 persen atau 25 poin menjadi Rp14.902 per USD dari sebelumnya Rp14.877 per USD.

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menyatakan pelemahan rupiah terhadap USD berpeluang berlanjut pada hari Kamis (8/6) seiring kenaikan imbal hasil obligasi AS yang menyiratkan persepsi pelaku pasar bahwa kondisi ​​​​suku bunga tinggi masih akan dipertahankan di AS.

"Kenaikan imbal hasil obligasi AS dipicu kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Kanada yang di luar ekspektasi semalam, naik 25 bps menjadi 4,75 persen," ucap dia dikutip dari Antara, Kamis (8/6/2023).

Penaikan suku bunga acuan Bank Sentral Kanada dilakukan dalam rangka menurunkan target inflasi mereka menjadi 2 persen, mengingat sekarang sudah berkisar 4,4 persen.

Berdasarkan survei CME Fed Watch Tool, probabilitas jeda di Juni 2023 menunjukkan penurunan dari sebelumnya di kisaran 80 persen menjadi 66 persen.

"Potensi pelemahan (rupiah) ke kisaran Rp14.900 per dolar AS, dengan support di kisaran Rp14.850 per dolar AS," ucapnya.

Sebelumnya, Analis Senior Lukman Leong menyampaikan bahwa pembukaan pada hari Kamis, investor akan cenderung wait and see menantikan serangkaian data dan event ekonomi penting minggu depan. Misalnya, data cadangan devisa Indonesia yang diumumkan pada Jumat (9/6), neraca perdagangan Indonesia, dan data inflasi AS dan pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) minggu depan.

"Dolar AS sendiri diperkirakan masih akan range bound, rupiah sendiri masih didukung sentimen positif domestik dan akan menguat walau tidak akan besar," kata Lukman.

 

2 dari 3 halaman

BI Yakin Rupiah Tak Bakal Tumbang Lagi di 2023

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) yakin rupiah akan perkasa di 2022. Keyakinan BI ini didasari atas masuknya investasi asing ke Indonesia.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, nilai tukar rupiah akan menguat karena ketidakpastian global menurun setelah bank sentral Amerika Serikat berhenti menaikkan suku bunga acuan pada kuartal I 2023.

"Capital account akan masuk, begitu pula PMA (Penanaman Modal Asing) dan portofolio investasi. Sehingga kami perkirakan nilai tukar rupiah ke depan akan cenderung menguat ke arah fundamental," kata Perry dikutip dari Antara, Rabu (21/12/2022). 

Nilai tukar rupiah pada 2022 mengalami pelemahan karena dolar AS menguat terhadap hampir seluruh mata uang dunia dan The Fed menaikkan suku bunga secara agresif.

BI juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan berkisar pada 4,5 sampai 5,3 persen dan inflasi akan kembali ke bawah 4 persen atau hanya sekitar 3 persen secara tahunan di 2023.

"Tahun depan, begitu ketidakpastian ekonomi global mereda berbagai faktor akan menguat kembali ke fundamental. Kredit juga akan terus kami dorong hingga tumbuh 11 sampai 12 persen sampai tahun berikutnya," ucapnya.

Untuk itu, Bank Indonesia mengatakan akan terus membuat kebijakan moneter yang mendukung stabilitas sistem keuangan dan melanjutkan sinergi dengan pemerintah untuk menjaga inflasi inti di bawah 4 persen, antara lain melalui insentif untuk sektor pangan.

"Jadi kami tidak harus merespons dengan menaikkan suku bunga acuan secara berlebihan dan agresif seperti Amerika Serikat dan negara lain. Kami pastikan inflasi inti bisa kembali ke bawah 4 persen di semester I 2023," ucapnya.

Bank Indonesia juga akan melanjutkan digitalisasi sistem pembayaran dengan merchant pengguna QR Indonesian Standard (QRIS) yang diharapkan mencapai 45 juta pada 2023 dan 80 persen di antaranya merupakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

"Untuk Keketuaan ASEAN 2023, QRIS payment akan diperluas untuk dapat digunakan oleh ASEAN five sehingga cross border connectivity terbangun," katanya.

3 dari 3 halaman

Tegas! Rupiah Digital Tak Akan Gantikan Uang Fisik

Belakangan topik kehadiran rupiah digital hangat menjadi perbincangan. Ini setelah Bank Indonesia (BI) menerbitkan lembar putih (White Paper) desain Rupiah Digital dalam Pertemuan Tahunan BI pada 30 November lalu.

Ternyata banyak publik yang masih bertanya apakah penerbitan Rupiah Digital di masa depan akan menggantikan uang fisik (kartal)?

Melalui Postingan resmi akun instagram Bank Indonesia bahwa uang fisik tidak akan digantikan uang digital, Pada Senin (12/12/2022).

Uang Digital prinsipnya adalah uang dengan pembayaran seperti biasanya. Hanya saja perbedaanya bentuknya seperti uang digital.

3 jenis bentuk uang dan apa yang membedakan?

Bank Indonesia mengeluarkan 3 jenis bentuk uang dalam pembayaran yang sah yaitu : Uang Fisik (Kartal), Uang berbasis Rekening, Uang berbasis digital.

Dalam keterangan melalui akun instagram Bank Indonesia ada 3 jenis bentuk uang yang dikeluarkan tersebut.

Sebagai bukti pembayaran yang sah ketiganya punya fungsi yang sama yaitu bisa digunakan untuk alat tukar (Medium of Change), satuan hitung (Unit of Account), dan alat penyimpanan nilai (Store of Value).

Dalam penggunaan uang berbasis digital ini Bank Indonesia memudahkan penggunaan transaksi melalui dunia metaverse.