Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan RI (Mendag) Zulkifli Hasan akan menata izin impor untuk aneka buah dalam waktu dekat. Kebijakan buah impor ini bertujuan untuk melindungi para petani buah lokal sebagaimana instruksi Presiden Jokowi.
"Oleh karena itu saya diminta Presiden, (impor) ditata. Jangan tergantung impor semua," katanya di Kawasan lndustri Keroncong, Kota Tangerang, Banten, Jumat (9/6/2023).
Baca Juga
Menteri Zulhas menilai, buah lokal juga memiliki kualitas yang lebih baik daripada impor. Sementara itu, buah asal impor dinilai tidak segar hingga mengandung bahan kimia berbahaya.
Advertisement
"Kalau cuma buah lengkeng keriput kering, jeruk kering keriput, terus apel yang sudah dilapisi lilin itu kita mesti impor ngapain?," tegasnya.
Selain itu, kebijakan penataan izin impor bertujuan untuk mewujudkan mimpi besar Indonesia dalam hal kemandirian pangan. Mengingat, Indonesia mempunyai beraneka ragam jenis buah lokal yang perlu dikembangkan kedepannya.
"Kita punya jambu kristal, kita punya salak, kita punya dpunya rambutan Aceh yang mudah dikupas, kita punya alpukat, kita punya nanas banyak sekali, kalau dibanjiri impor, ya matilah. Siapa yang mau nanam," tandasnya.
Â
Alasan Indonesia Ketergantungan Impor Buah
Sebelumnya, Ketua Komite Tetap Hortikultura Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Karen Tambayong mengungkap alasan Indonesia ketergantungan terhadap impor buah. Pada tahun 2019, nilai transaksi dari buah impor menyentuh lebih dari Rp 21 triliun.
Menurutnya, tingginya ketergantungan akan buah impor, dipicu oleh rendahnya produksi buah lokal yang diakibatkan oleh lima faktor. Pertama, kurangnya hamparan yang luas mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan.
Kedua, banyak lahan produsen buah yang tersebar namun belum memenuhi GAP (good agricultural practices). Akibatnya kualitas buah lokal menjadi tidak seragam. Ketiga, Biaya logistik yang terlampau tinggi. Sehingga harga jual buah lokal menjadi kurang berdaya saing dan sulit terserap.
Â
Advertisement
Selanjutnya
Keempat, Laju alih fungsi lahan yang cepat. "alih fungsi lahan menjadi kian tak terkendali, di mana mengancam produksi hasil pertanian dan perkebunan," jelasnya
Terakhir, perubahan iklim dan berkurangnya pasokan air. "Kita masih jauh dari konsep 4.0, maka akan sulit untuk mengantisipasi masalah ini," tuturnya.
Â
Reporter: Sulaeman
sumber: Merdeka.com