Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi telah menyelenggarakan Knowledge Sharing secara daring pada bulan Mei 2023 dengan mengusung tema Flow Assurance and Chemical Selection dalam Mendukung Produksi Minyak Bumi.
Ketua Tim Adhoc Pengujian Pengolahan Minyak Bumi Anda Lucia memaparkan bahwa tantangan di subsektor migas saat ini adalah peningkatan permintaan akan energi dan fluktuasi harga minyak bumi, sehingga memerlukan kajian yang komprehensif terkait produksi dan tranportasi minyak bumi.
Baca Juga
"Flow Assurance adalah salah satu upaya untuk mendukung target produksi minyak bumi 1 juta barel per tahun," tutur Anda dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (12/6/2023).
Advertisement
Anda melanjutkan, bahwa masalah yang sering dihadapi pada transportasi minyak bumi di dalam pipa pada proses produksi adalah penyumbatan, yang dapat memicu kerugian pada masa produksi minyak.
"Penyumbatan dalam pipa dapat menyebabkan banyak kerugian antara lain kehilangan produksi, waktu berhenti, perbaikan peralatan, dan lainnya. Kegiatan flow assurance yang dilakukan LEMIGAS dapat menjadi solusi penyumbatan tersebut," ungkap Anda.
Pada kesempatan tersebut, Anda juga menjelaskan bagaimana Flow Assurance menjamin aliran fluida yang diproduksi dari reservoir dapat dialirkan ke fasilitas proses hingga ke pengguna akhir.
Anda juga menyampaikan bahwa LEMIGAS telah melakukan studi Flow Assurance dengan berbagai badan usaha sejak tahun 2005. "Kami sudah melakukan studi Flow Assurance ini sejak tahun 2005, sehingga kemampuan dan pengalaman LEMIGAS pada kegiatan flow assurance tidak diragukan lagi," pungkasnya.
Selangkah Lagi, Pertamina Garap Harta Karun Migas di Blok Masela
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengakui tinggal selangkah lagi masuk untuk menggarap Blok Masela. Menyusul negosiasi yang alot terkait syarat yang diminta pengelola sebelumnya, Shell.
Nicke menyebut, proses masuknya Pertamina menggarap salah satu 'harta karun' migas itu masuk tahap finalisasi. Ini jadi langkah untuk meningkatkan produksi dari minyak dan gas bumi (migas) yang digarap Pertamina.
"Beberapa akuisisi yang harus kita lakukan karena kita tidak secara konvensional saja mengembangkanya. Jadi harus ada angka rasional yang kita lakukan, salah satunya di dalam negeri yang telah kita finalkan itu adalah (pengelolaan) Blok Masela," ujar dia dalam Media Briefing Capaian Kinerja Pertamina, di Grha Pertamina, Jakarta, Selasa (6/6/2023).
Garap Blok Masela
Melalui finalisasi ini, diharapkan dalam waktu dekat Pertamina bakal menggarap Blok Masela. Salah satu keuntungan yang didapatnya, kata dia, diharapkan bisa berkontribusi pada pendapatan perseroan dan negara.
"Komitmen kami adalah mendevelop sesegera mungkin gas yang ada dalam perut bumi Masela ini menjadi sari dan bisa dimonetitasi dan juga menghasilkan pendapatan negara sekaligus meng-create ekonomi di daerah tersebut," urainya.
Dia mengakui, motor terbesar Pertamina berada di Pertamina Hulu Energi (PHE). Kendati begitu, Nicke enggan mengungkap besaran investasi yang disiapkan Pertamina untuk menggarap Blok Masela. "Masela, kita itu kan menandatangi NDA, gak boleh, kekutan itu gak boleh dibocorin," pungkasnya.
Advertisement
Pemerintah Kecewa
Diberitakan sebelumnya, Proyek di Blok Masela tak kunjung berlanjut. Pemerintah mengaku kecewa karen lambannya Shell melepas hak partisipasi atau participating interest (PI) di Blok Masela tsk kunjung rampung.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengungkap kekecewaan itu. Tutuka bilang lambannya Shell mengakibatkan negosiasi akuisisi saham hak partisipasi oleh PT Pertamina tak kunjung bisa selesai.
Padahal, kata dia, Blok Masela menyimpan banyak potensi cadangan gas. Artinya, penggarapan itu membuat pemerintah kehilangan banyak peluang.
"(Blok) Masela masih progress. Begini, Masela itu agak lama, jadi pemerintah kehilangan opportunities-nya (peluang) panjang itu," ujarnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Selasa (23/5/2023).
Tutuka menyebut kekecewaan juga disampaikan oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif karena proses pelepasan yang tak kunjung selesai. Maka, pemerintah berencana meninjau kembali rencana pengembangan Blok Masela.
"Akhirnya, kemarin pak Menteri menyampaikan kecewa lah. Jadi kami mau mem-follow up, mau revisi PoD-nya (Plan of Development)," ujar dia.
Kendati negosiasi masih alot, Tutuka belum mau mengungkap nilai yang diminta Shell untuk bisa melepas hak paritispasinya ke Pertamina. Ini disinyalir jadi salah satu pertimbangan.
"Itu urusan bisnis ya, saya enggak bisa menyatakan angka sepenuhnya, tapi pemerintah ya kecewa kok terlalu lama," ungkapnya.