Sukses

USD Perkasa Lagi di Awal Pekan, Rupiah Diprediksi Tembus 14.910 per Dolar AS

USD sedikit stabil pada Senin hari ini (12/6) tetapi tetap mendekati posisi terendah terhadap beberapa mata uang utama.

Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat atau USD kembali menunjukkan penguatan pada Senin hari ini (12/6).

Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, USD sedikit stabil pada hari Senin tetapi tetap mendekati posisi terendah multi-minggu terhadap beberapa mata uang utama.

Hal itu "karena para pedagang masih waspada menjelang keputusan kebijakan moneter yang akan dirilis pekan ini oleh Federal Reserve, juga beberapa bank sentral lainnya," tulis Ibrahim dalam keterangan tertulis pada Senin (12/6/2023).

Sementara itu, kurs Rupiah ditutup melemah 22 point pada penutupan pasar sore ini, setelah sebelumnya sempat melemah 45 point dilevel Rp. 14.862 dari penutupan sebelumnya di level Rp.14.840. 

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 14.840- Rp. 14.910," ungkap Ibrahim.

"Pertemuan kebijakan The Fed, Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of Japan (BOJ) akan mengatur nada untuk minggu ini, karena pasar mencari petunjuk dari pembuat kebijakan tentang jalur suku bunga di masa depan," bebernya.

Inflasi

Data inflasi, yang akan dirilis pada hari Selasa, juga diharapkan menjadi faktor dalam keputusan The Fed, kata Ibrahim, mengingat tujuan utama bank sentral dalam menaikkan suku bunga adalah menurunkan inflasi, sebesar 2 persen.

Menurut alat CME FedWatch, pasar uang condong ke arah jeda dari The Fed ketika mengumumkan keputusan suku bunga pada hari Rabu, ekspektasi yang mengirim Wall Street melonjak ke level tertinggi 13 bulan pada hari Jumat karena sentimen risiko membaik.

"Dengan ketidakpastian global dan tahun politik, nilai tukar Rupiah terhadap dolar di akhir tahun 2023 diperkirakan di angka Rp.14.900," kata Ibrahim.

2 dari 3 halaman

Menanti Keputusan Suku Bunga ECB Hingga BOJ

"Sebaliknya, mayoritas ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan ECB akan menaikkan suku bunga utamanya sebesar 25 basis poin minggu ini dan sekali lagi pada bulan Juli, sebelum berhenti untuk sisa tahun ini karena inflasi tetap kaku," kata Ibrahim.

Sementara itu, Bank Of Japan diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneter yang sangat longgar pekan ini dan perkiraan untuk pemulihan ekonomi yang moderat.

Hal itu dikarenakan belanja perusahaan dan rumah tangga yang kuat meredam pukulan dari permintaan luar negeri yang melambat.

3 dari 3 halaman

Bagaimana di Indonesia?

Sementara itu, di Indonesia, para pengamat meyakini cadangan devisa diperkirakan akan tetap pada tingkat yang memadai untuk menjaga ketahanan dalam menghadapi prospek ekonomi global yang masih dibayangi ketidakpastian.

Sedangkan perkiraan untuk cadangan devisa akan mencapai sekitar USD 135 – USD 155 miliar pada akhir tahun 2023, dibandingkan dengan USD 137,2 miliar pada tahun 2022.Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan penurunan cadangan devisa sebesar USD 4,9 miliar menjadi USD 139,3 miliar pada Mei 2023, dibandingkan dengan posisi pada akhir April 2023 sebesar USD 144,2 miliar.

"Kombinasi dari penurunan harga komoditas secara bertahap dan implementasi instrumen term deposit valas devisa hasil ekspor (DHE) yang efektif berkontribusi pada prospek ini," kata Ibrahim.

Dia menyebut, komitmen kuat pemerintah untuk memajukan hilirisasi sumber daya alam berpotensi menghasilkan arus masuk investasi langsung yang lebih besar ke Indonesia.

"Selain itu, upaya untuk mempertahankan devisa hasil ekspor sumber daya alam, termasuk pemanfaatan deposito berjangka valas Bank Indonesia sebagai instrumen pengelolaan devisa hasil tersebut, sampai batas tertentu, dapat menghambat pengalihan aset ke penempatan luar negeri," sambungnya.

Dengan cadangan devisa yang kuat, akan berpotensi memberikan dukungan bagi nilai tukar rupiah terhadap dolar di tengah periode tahun politik dan ketidakpastian global yang meningkat, ungkap Ibrahim.