Sukses

IBC Pasang Target Produksi 21.000 Baterai Motor Listrik di 2023

Kementerian BUMN turut menggenjot penguatan ekosistem kendaraan listrik, termasuk motor listrik di Indonesia. Salah satunya pengembangan industri baterai.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian BUMN turut menggenjot penguatan ekosistem kendaraan listrik, termasuk motor listrik di Indonesia. Salah satunya dijalankan melalui kerja sama yang digagas Indonesia Battery Corporation (IBC).

Sekretaris Kementerian BUMN Rabin Hattari mengungkapkan kerja sama antara IBC dengan produsen motor listrik ini akan diwujudkan dengan standardisasi jenis baterai motor listrik. Sehingga nantinya semua merek motor listrik bisa menggunakan baterai yang diproduksi IBC dengan suplai listrik dari PLN.

Program ini diwujudkan dalam nama Battery Assets Management Services (BAMS). Upaya ini diharapkan mampu memudahkan para pengguna motor listrik di Indonesia.

"Melalui program BAMS, IBC diproyeksi dapat memproduksi 21 ribu baterai pack pada 2023, yang aman 15 ribu untuk motor listrik dan 6.000 lainnya akan tersebar di swaping station di seluruh Indonesia," ujarnya dalam Peluncuran Battery Assets Management Services Indonesia Battery Corporation (IBC), di Kemenko Marves, Jakarta, Senin (12/6/2023).

Menurutnya, BAMS tak sebatas menyediakan infrastruktur terintegrasi, tapi juga akan dilengkapi dengan teknologi mutakhir. Salah satunya adalah teknologi yang mampu memantau tingkat kesehatan baterai motor listrik yang digunakan.

"Dengan menggunakan teknologi canggih, IBC akan pantau kesehatan baterai dan melakukan pemeliharaan preventif. Ini akan mengurangi biaya perawatan jangka panjang dan memberikan ke andalan bagi pengguna kendaraan listrik," urainya.

"Dalam menghadapi perubahan iklim dan tantangan energi masa depan, Kementerian BUMN mengajak semua pihak, baik pemerintah swasta, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam mewujudkan visi ini," tambah Rabin.

 

2 dari 4 halaman

Jalan Keluar

Pada kesempatan ini, Rabin menilai upaya tadi bisa jadi jalan keluar dari tantangan yang dihadapi saat ini. Sebut saja, adanya penggunaan energi berbasis fosil yang terus menerus serta ancaman pemanasan global.

"Pemananasan global dan ketergantungan terhadap energi fosil mendesak pemerintah mencari energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Kendaraan listrik menjadi langkah besar bagi mobilitas yang lebih bersih dan berkelanjutan," ucapnya.

Dengan demikian, program BAMS dibidik bisa menjadi solusi untuk mengatasi hambatan-hamnatan yang ada. Termasuk dari sisi keterbatasan infrastruktur pengisian dan penggantian baterai (battery swap).

"Untuk mengatasi itu, IBC telah melakukan lompatan besar dalam penyediaan solusi atas keberagaman tipe baterai masing-masing produk kendaraan listrik dengan mengembangkan platform ekosistem baterai dan infrastruktur BAMS yang dapat digunakan pada berbagai merek motor listrik, termasuk motor konversi," bebernya.

 

3 dari 4 halaman

Harus Totalitas

Diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan pengembangan kendaraan listrik di Indonesia perlu dilihat secara utuh. Artinya, tidak bisa sebatas pada jenis kendaraannya saja.

Dia menegaskan pengembangan ekosistem kendaraan dari hulu ke hilir perlu jadi perhatian dalam satu bagian yang jelas.

"Kita melihat kendaraan listrik ini harus melihat utuh satu ekosistem tidak bisa hanya melihat 'oh mobil ataupun motor', karena ada 4 wheelers 2 wheelers harus ada tadi bus itu jadi satu sistem," ujarnya dalam Peluncuran Battery Assets Management Services Indonesia Battery Corporation (IBC), di Kemenko Marves, Jakarta, Senin (12/6/2023).

"Kemudian ada early retirement coal fire, itu juga terjadi," sambungnya.

 

4 dari 4 halaman

Kerja Sama BUMN

Hal ini perlu dilakukan lantaran perlu adanya pendukung antara sektor hulu dan sektor hilir di para pengguna kendaraan listrik. Salah satu yang digandengnya adalah kerja sama antara BUMN Indonesia dan BUMN China. Ini melibatkan IBC dan PLN, serta sejumlah perusahaan asal China.

"Kita saksikan sebentar lagi kerjasama antaa IBC dan concosrium untuk pengembangan BAMS di Indonesia. Ini karya oklaborasi BUMN china dan indonesia," kata dia.

Menurutnya, langkah ini tak terlepas dari upaya menekan emisi karbon atau net zero emission pada 2060 mendatang di Indonesia. Melalui kerja sama ini, akan dihadirkan stasiun penggantian baterai yang bisa digunakan berbagai merek, terkhusus untuk kendaraan listrik roda 2.

"Sebagai bagian dalam mendorong transisi energi untuk mendorong NZE. Kita telah memulai prohram elektfikasi kendaraan dan pemerintah meluncurkan program bantuan adopsi kendaraan lustrik," jelas Menko Luhut.

Video Terkini