Sukses

Simak Kurs USD dan Mata Uang Lainnya Hari Ini 14 Juni 2023!

Pada Rabu (14/6/2023) kurs jual USD berada di Rp 14.942,34 juga kurs belinya sebesar Rp 14.793,66.

Liputan6.com, Jakarta - Kurs Dolar AS ke Rupiah masih berada di kisaran yang sama sejak pekan lalu. Menurut informasi dari laman resmi Bank Indonesia, pada Rabu (14/6/2023) kurs jual USD berada di Rp 14.942,34 juga kurs belinya sebesar Rp 14.793,66.

Sementara kurs jual Poundsterling Inggris hari ini ada di Rp 18.773,56 dan kurs beli Rp 18.580,84. Mata uang Euro hari ini memiliki kurs jual Rp 16.134,74 dengan kurs beli Rp 15.968,28.

Kurs jual dolar Australia sebesar Rp 10.123,44 dan kurs beli Rp 10.019,75.

Beralih ke mata uang negara kawasan ekonomi besar di Asia, kurs jual Yen Jepang hari ini berada di Rp 10.710,59 per 100 Yen dan kurs beli Rp 10.602,49 per 100  Yen. Di sisi lain, Kurs jual Yuan China sebesar Rp 2.089,75 diikuti kurs beli Rp 2.068,75.

Kurs jual Won Korea Selatan hari ini Rp 11,74 dengan kurs beli Rp 11,62 per Won yang keduanya terus berubah naik dan turun sejak hari sebelumnya. Kurs jual dolar Hong Kong hari ini dipatok Rp 1.907,57 serta kurs beli sebesar Rp 1.888,56.

Sementara di negara kawasan Asia Tenggara hari ini, untuk  dolar Singapura (SGD) memiliki kurs jual Rp 11.146,84 dan kurs beli Rp 11.031,81 juga Ringgit Malaysia dengan kurs jual Rp 3.238,48 dan kurs beli Rp 3.202,78.

Kurs jual Peso Filipina hari ini berada di Rp 267,11 dan kurs beli Rp 264,30 juga Thailand dengan kurs jualnya Rp 432,61 dan kurs belinya Rp 428,06 per Baht.

2 dari 3 halaman

Rupiah Lesu ke 14.875 per USD, Ini Gara-garanya

Sebelumnya, nilai tukar (kurs) rupiah pada Rabu pagi melemah 0,08 persen atau 12 poin menjadi 14.875 per USD dari sebelumnya 14.863 per USD.

Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong menyatakan rupiah melemah karena masih tertekan oleh data penjualan ritel kemarin, Selasa (13/6), yang mengecewakan.

"Penjualan ritel hanya naik 1,5%, lebih rendah dari perkiraan 5 persen. Menggarisbawahi permintaan domestik yang masih lemah," katanya dikutip darri Antara, Rabu (14/6/2023).

Selain itu, kurs rupiah juga tertekan kenaikan imbal hasil obligasi AS setelah data menunjukkan inflasi inti AS masih bertahan di atas 5 persen.

Kendati inflasi utama sudah mencapai level terendah dalam dua tahun, investor masih cenderung wait and see menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) malam ini.

"Naiknya imbal obligasi AS mencerminkan ekspektasi suku bunga dari the Fed. Namun ini seharusnya hanya sementara menjelang pertemuan fomc malam ini," kata Lukman

Hari ini, pasar mata uang memang cenderung mix, terutama mata uang Asia.

"Mata uang utama dunia masih menguat terhadap dolar AS, namun mata uang Asia bergerak mix. Rupiah, ringgit, dan peso melemah, sedangkan Singapore Dollar (SGD) dan baht Thailand menguat," ucapnya.

3 dari 3 halaman

BI Yakin Rupiah Tak Bakal Tumbang Lagi di 2023

Bank Indonesia (BI) yakin rupiah akan perkasa di 2022. Keyakinan BI ini didasari atas masuknya investasi asing ke Indonesia.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, nilai tukar rupiah akan menguat karena ketidakpastian global menurun setelah bank sentral Amerika Serikat berhenti menaikkan suku bunga acuan pada kuartal I 2023.

"Capital account akan masuk, begitu pula PMA (Penanaman Modal Asing) dan portofolio investasi. Sehingga kami perkirakan nilai tukar rupiah ke depan akan cenderung menguat ke arah fundamental," kata Perry dikutip dari Antara, Rabu (21/12/2022). 

Nilai tukar rupiah pada 2022 mengalami pelemahan karena dolar AS menguat terhadap hampir seluruh mata uang dunia dan The Fed menaikkan suku bunga secara agresif.

BI juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan berkisar pada 4,5 sampai 5,3 persen dan inflasi akan kembali ke bawah 4 persen atau hanya sekitar 3 persen secara tahunan di 2023.

"Tahun depan, begitu ketidakpastian ekonomi global mereda berbagai faktor akan menguat kembali ke fundamental. Kredit juga akan terus kami dorong hingga tumbuh 11 sampai 12 persen sampai tahun berikutnya," ucapnya.

Video Terkini