Liputan6.com, Jakarta - Dua orang terkaya di dunia bertemu di Paris, Prancis untuk makan siang bareng pada Jumat 16 Juni 2023. Dua orang terkaya dunia tersebut adalah Elon Musk dan Bernard Arnault.
Saat bertemu, Elon Musk membawa ibunya yaitu Maye Musk. Sedangkan Bernard Arnault membawa dua anaknya yaitu Antoine dan Alexandre. Makan siang ini dilakukan di hotel bintang lima Cheval Blanc, yang merupakan bagian dari gurita bisnis LVMH.
Baca Juga
Bernard Arnault yang saat ini berusia 74 tahun adalah CEO dan pemegang pengendali LVMH merupakan pemegang sekitar 75 merek mewah, termasuk Louis Vuitton, Tiffany & Co, dan Christian Dior.
Advertisement
Menurut Bloomberg Billionaires Index, harta yang dimiliki oleh orang Prancis ini mencapai USD 197 miliar yang membuatnya menduduki peringkat orang terkaya nomor satu du dunia. Namun beberapa minggu lalu posisinya turun ke nomor dua setelah hartanya turun kurang lebih USD 11,2 miliar karena saham LVMH turun 5 persen.
Kemudian, posisi Bernard Arnault sebagai orang terkaya di dunia ini diduduki oleh Elon Musk. CEO dari Tesla, SpaceX dan Titter yang saat ini berusia 51 tahun ini memiliki total kekayaan bersih USD 229 miliar.
Kedua orang ini memang berganti-gantian menduduki posisi orang terkaya di dunia.
Elon Musk dan Twitter
Elon Musk yang menurut Bloomberg Billionaires Index tak pernah kekurangan uang ini terrnyata kehilangan banyak simpanan setelah mengakuisisi twitter.
Keuangan Twitter sangat buruk sejak Elon Musk membeli platform media sosial itu seharga USD 44 miliar pada bulan Oktober.
Baru-baru ini, Twitter dilaporkan digusur dari kantornya di Boulder, Colorado, setelah tidak membayar sewa selama dua bulan terakhir.
Menurut pengaduan terpisah yang diajukan pada bulan Mei, Twitter juga membayar hampir $100.000 untuk biaya kebersihan di kantor lainnya di Colorado.
Elon Musk Sebut Manusia Sudah Jadi Cyborg, Apa Maksudnya?
Baru-baru ini, Elon Musk menyebut manusia sudah menjadi cyborg. Pernyataan miliarder terkenal ini dilontarkan untuk menanggapi postingan blog Mark Anderson tentang kecerdasan buatan.
Dalam postingan tersebut, Musk berpendapat bahwa Artificial Intelligence (AI) adalah cara untuk membuat hal-hal penting menjadi lebih baik, sebagaimana dikutip dari Gizchina, Jumat (16/6/2023).
Elon Musk juga mengatakan bahwa kalimat yang menjadi perbincangan hangat, yakni “Kami sudah menjadi cyborg”.
Kalimat tersebut pun mendapat perhatian banyak orang dan menimbulkan pertanyaan apakah arti cyborg sebenarnya dan bagaimana hubungan manusia dengan teknologi.
Menurut Bionity, Cyborg alias Cybernetic Organism, merupakan makhluk yang menggabungkan komponen biologis dan buatan. Penggabungan ini dapat berupa apa saja, misalnya kaki palsu.
Musk mengatakan, manusia telah menjadi cyborg karena ketergantungannya pada mesin untuk menjaga ingatannya. Dia berpendapat bahwa manusia memiliki “versi digital” masing-masing yang diwujudkan dalam bentuk online, berupa email, media sosial, dan rekaman digital lainnya.
Oleh karena itu, Musk percaya bahwa evolusi manusia akan bergabung dengan kecerdasan digital secara simbiosis. Penggabungan kecerdasan digital juga dianggap akan mempermudah interaksi dengan teknologi.
Menurut informasi dari Gizchina, klaim Elon Musk terkait manusia cyborg memiliki beberapa implikasi. Pertama, kalimat tersebut menunjukkan bahwa garis antara manusia dan mesin sudah sangat tipis karena manusia terus bergantung pada teknologi.
Advertisement
Etika dan Risikonya
Implikasi lainnya menganggap hubungan manusia dengan teknologi sudah semakin intim, di mana integrasi lebih dari sekadar penggunaan mesin.
Visi Musk tentang hubungan simbiosis antara manusia dan mesin masih dalam ranah fiksi ilmiah. Namun, saat ini contoh orang yang menggunakan teknologi untuk meningkatkan kemampuannya sudah banyak ditemukan.
Salah satunya, yaitu penggunaan antarmuka komputer untuk mengontrol kaki palsu, atau berkomunikasi dengan komputer.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, kemungkinan akan lebih banyak contoh manusia yang menjadi cyborg. Hal ini pun dapat menimbulkan berbagai pertanyaan terkait etika dan risiko manusia yang bergantung pada teknologi.