Liputan6.com, Jakarta - Tim nasional (timnas) Indonesia harus menerima kekalahan saat bertanding melawan Juara Dunia 2022 Argentina pada pertandingan FIFA Match Day di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin, 19 Juni 2023. Timnas Indonesia kalah dengan skor 0-2 saat melawan timnas Argentina.
Dikutip dari Antara, Selasa (20/6/2023), gol dari timnas Argentina tercipta dari Leandro Paredes pada menit ke-38. Kemudian Cristian Romero mencetak gol pada menit ke-56.
Baca Juga
Meski demikian, timnas Indonesia mendapatkan pujian meski kalah lantaran mampu menampilkan perlawanan saat melawan Argentina. Bahkan pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong juga memuji mental bertanding yang ditunjukkan pemainnya saat melawan Argentina.
Advertisement
“Secara mental para pemain Indonesia tidak gentar dan kalah jauh (dibandingkan Argentina). Jadi dengan pengalaman-pengalaman seperti ini saya harap dapat memotivasi para pemain untuk berkembang. Saya ingin sampaikan kepada pemain terima kasih karena sudah bekerja keras,” tutur Shin Tae-yong.
Indonesia meski kalah dari Argentina saat pertandingan bola, tapi menang dari sisi ekonomi.
Dari laporan Washington Post pada 6 April 2023, Argentina hadapi inflasi tertinggi di dunia. Tingkat inflasi mencapai lebih dari 100 persen untuk pertama kali dalam tiga dekade.
Negara dengan ekonomi terbesar kedua di Amerika Selatan ini hampir tidak memiliki akses ke modal internasional dan sedang memenuhi persyaratan pada program bantuan USD 44 miliar yang disepakai dengan Dana Moneter Internasional atau IMF.
Argentina masuk krisis ekonomi pada 2018, dan belum pernah pulih sebelumnya. Inflasi tahunan hampir selalu berada di atas 50 persen sejak saat itu, dan mencapai 103 persen pada Februari. Dampak inflasi telah diperburuk oleh resesi selama tiga tahun, sejak 1950-an, Argentina telah habiskan lebih banyak waktu dalam resesi dalam hampir semua negara lain, menurut Bank Dunia.
Kesepakatan dengan IMF Gagal Stabilkan Ekonomi
Hampir 40 persen masyarakat Argentina hidup dalam kemiskinan, dibandingkan sekitar 25 persen pada awal krisis. Namun, kenaikan harga saat ini masih jauh dari ketinggian yang dicapai saat hiperinflasi dari 1989 hingga 1911, ketika melampaui 3.000 persen per tahun.
Krisis mata uang pada 2018 menyebabkan peso kehilangan setengah nilainya terhadap dolar AS. IMF menanggapi dengan meminjam USD 57 miliar kepada Argentina yang saat itu dipimpin oleh Presiden Mauricio Macri. Namun, kesepakatan itu gagal stabilkan ekonomi. Pemilihan Fernandez pada 2019 memicu aksi jual besar-besaran pada obligasi pemerintah yang kemudian gagal bayar oleh pemerintahnya.
Tanpa akses ke kredit setelah gagal bayar, Fernandez mencetak uang selama pandemi COVID-19 untuk membiayai pemberian uang tunai dan program gaji yang menyebabkan inflasi melonjak tinggi. Fernandez telah melakukan sejumlah langkah untuk stabilkan ekonomi tetapi tidak efektif untuk meredam inflasi dan kerugian mata uang tetapi membuat lingkungan bisnis menjadi lebih kompleks bagi perusahaan di Argentina.
Mengutip data tradingeconomics.com, Argentina mencatat pertumbuhan ekonomi 1,9 persen pada Desember 2022 dari sebelumnya 5,9 persen. Inflasi Mei tercatat 7,8 persen pada Mei 2023, inflasi ini melambat dari sebelumnya 8,4 persen. Namun, sepanjang tahun hingga Mei 2023, inflasi Argentina sudah mencapai 114,20 persen.
Selain itu, tingkat pengangguran Argentina mencapai 6,3 persen pada 2022. Tingkat pengangguran tersebut memang melambat dari periode sebelumnya 7,1 persen.
Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi 5,03 persen pada kuartal I 2023. Namun, angka pertumbuhan tersebut alami kontraksi 0,92 persen dibandingkan kuartal IV 2022. "Secara year on year pertumbuhan ekonomi kita (kuartal I-2023) 5,03 persen," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud dalam konferensi pers, JumaT, 5 Mei 2023.
Advertisement
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masih Stabil
Edy menuturkan, kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 0,92 persen kuartal I-2023 dibandingkan kuartal IV-2022 polanya sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya, beberapa tahun sebelumnya pada kuartal I selalu mengalami kontraksi.
Misalnya pada kuartal I-2022 kontraksi sebesar 0,94 persen, kuartal I-2021 juga kontraksi 0,93 persen, dan kuartal I-2022 terkontraksi sebesar 2,41 persen.
"Jadi, memang secara Q to Q untuk triwulan I polanya memang demikian selalu terkontraksi," tutur dia.
Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2023 masih tumbuh di atas 5 persen yakni 5,03 persen dibandingkan kuartal yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini menandakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stabil.
Inflasi juga relatif terkendali. Inflasi pada kuartal I 2023 mencapai 4,97 persen. Adapun hingga Mei 2023, inflasi Indonesia 4 persen. Sementara itu, tingkat pengangguran Indonesia mencapai 5,4 persen pada kuartal I 2023.