Sukses

USD dan Poundsterling Melemah 22 Juni 2023, Rupiah Diramal Menguat ke 14.980

USD stabil terhadap mata uang lainnya pada Kamis dekat level terendah satu bulan, setelah hari pertama kesaksian setengah tahunan Ketua The Fed kepada Kongres.

Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat atau USD menunjukkan pelemahan pada hari ini. Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menjelaskan bahwa dolar AS stabil terhadap mata uang lainnya diperdagangan dekat level terendah satu bulan.

Ini setelah hari pertama kesaksian setengah tahunan Ketua Federal Reserve Jerome Powell kepada Kongres.  Sementara itu, Poundsterling Inggris melemah jelang pertemuan Bank of England terbaru.

Dalam keterangan tertulisnya, Kamis (22/6/2023), menyebutkan jika pada Rabu kemarin, Powell muncul di hadapan Kongres Komite Jasa Keuangan DPR AS, hari pertama dari kesaksian dua hari semi-tahunannya.

Dia menyatakan kenaikan suku bunga AS lebih lanjut adalah "tebakan yang cukup bagus" jika ekonomi berlanjut ke arahnya saat ini.

Namun, Powell enggan untuk berkomitmen pada kenaikan suku bunga pada bulan Juli, seperti yang diperkirakan beberapa orang, sementara pendiriannya ditentang oleh anggota The Fed lainnya yang menyerukan jeda panjang dalam siklus kenaikan suku bunga bank sentral.

"Garis dasar saya adalah bahwa kita harus tetap pada level ini untuk sisa tahun ini," kata Presiden Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic, dalam esai yang diterbitkan pada hari sebelumnya.

"Jika kita hanya melanjutkan dengan kenaikan suku bunga tambahan, kita tidak perlu menguras terlalu banyak momentum dari ekonomi," bebernya. 

Powell akan berbicara lagi Kamis malam, kali ini kepada Komite Perbankan Senat. Selain itu, Bank sentral Inggris secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk ke-13 kalinya berturut-turut pada Kamis malam, tetapi peluang kenaikan besar-besaran sebesar 50 basis poin terangkat setelah indeks inflasi utama negara itu pada Mei bertahan di 8,7 persen pada hari Rabu.

Ini salah satu menandai suku bunga tertinggi dari setiap ekonomi besar. Adapun Rupiah yang ditutup Menguat 11 point pada penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat menguat 25 point dilevel Rp. 14.940 dari penutupan sebelumnya di level Rp. 14.951.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp. 14.910- Rp. 14.980," papar Ibrahim.

2 dari 3 halaman

Analisis dari Suku Bunga BI

Di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Juni 2023.

BI menetapkan suku bunga tetap di level 5,75 persen.

Bank Sentral mempertahankan suku bunga acuan sesuai dengan prediksi para analis. Keputusan mempertahankan ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi diperkirakan tetap bergerak di kisaran 3 persen plus minus 1 persen hingga akhir 2023.

Suku bunga diprediksi turun ke kisaran 2,5% plus minus 1% pada tahun 2024.

"Fokus kebijakan BI saat ini diarahkan pada stabilitas nilai tukar rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor atau imported inflation. Selain itu, pengendalian rupiah juga untuk memitigasi dampak rambatan dari ketidakpastian pasar keuangan global," kata Ibrahim.

Seperti diketahui, sejak Rabu, 21 Juni 2023, Pemerintah melalui Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi mengumumkan pencabutan status pandemi COVID-19 atau Corona.

Indonesia, dan kini memasuki masa endemi COVID-19.Kasus Corona di Indonesia pertama kali ditemukan pada Maret 2020. Sejak saat itu, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mencegah dampak penyebaran Corona.

 

3 dari 3 halaman

Akhir dari Pandemi

Pemerintah sempat menerapkan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB. Setelah itu, pemerintah menetapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).Kebijakan PPKM telah dicabut sejak akhir tahun lalu. Pemerintah juga mulai mengakhiri kebijakan wajib masker di tempat umum, termasuk di transportasi publik.

Jokowi sebelumnya juga sudah memberi sinyal soal pengumuman Indonesia masuk ke masa endemi. Di masa endemi nanti, Ibrahim melihat, pemerintah tidak lagi menanggung biaya perawatan jika terkena COVID.

"Selama hampir 10 tahun menjabat Presiden, Jokowi mengungkap pekerjaan beratnya adalah penanganan COVID. Keberhasilan menghadapi pandemi COVID-19 merupakan sesuatu yang patut disyukuri. kembali mengingat masa-masa sulit di awal COVID-19," pungkasnya.

EnamPlus