Sukses

Warren Buffett Donasi Rp 750,5 Triliun, Lampaui Total Kekayaannya di 2006

Dana yang dikeluarkan Warren Buffett untuk amal kali ini jauh lebih tinggi daripada seluruh kekayaan bersihnya pada tahun 2006.

Liputan6.com, Jakarta Miliarder asal Amerika Serikat, Warren Buffett kembali mengeluarakan dana besar untuk sumbangan ke lima yayasan, meningkatkan total pemberian amalnya menjadi lebih dari USD 50 miliar atau setara Rp. 750,5 triliun.

Melansir CNBC International, Sabtu (24/6/2023) dana yang dikeluarkan Buffett untuk amal kali ini jauh lebih tinggi daripada seluruh kekayaan bersihnya pada tahun 2006, ketika dia pertama kali memberikan hibah.

Investor legendaris berusia 92 tahun itu mengatakanbahwa dia telah mengonversi lebih dari 9.000 saham Kelas A di Berkshire menjadi saham B untuk mendonasikan 13,7 juta saham B kepada lima yayasan.

Sebanyak 10,5 juta saham dikirimkan ke Bill & Melinda Gates Foundation Trust, dan 1,05 juta saham disumbangkan ke Susan Thompson Buffett Foundation, yang dinamai oleh sang miliarder seperti nama mendiang istrinya.

2,2 juta saham lainnya dibagi rata di antara tiga yayasan yang dijalankan oleh anak-anaknya yaitu Yayasan Sherwood, Yayasan Howard G. Buffett, dan Yayasan NoVo. 

The "Oracle of Omaha" mengatakan jadwal hibah tahunan dibuat pada 26 Juni 2006, ketika Buffett memiliki saham A Berkshire senilai USD 43 miliar, yang mewakili lebih dari 98 persen kekayaan bersihnya.

Buffett pun berjanji dalam surat tahun 2006 untuk memberikan hadiah tahunan saham Berkshire B sepanjang hidupnya untuk kepentingan Yayasan Bill & Melinda Gates.

"Selama 17 tahun berikutnya, saya tidak membeli atau menjual saham A atau B dan saya juga tidak berniat untuk melakukannya. Kelima yayasan tersebut telah menerima saham B Berkshire yang memiliki nilai saat diterima sekitar USD 50 miliar, jauh lebih banyak dari seluruh kekayaan bersih saya pada tahun 2006," ungkap Buffett dalam surat itu.

"Saya tidak punya utang dan sisa saham A saya bernilai sekitar USD 112 miliar, lebih dari 99 persen kekayaan bersih saya," tambah miliarder itu.

2 dari 3 halaman

Masih Akan Melanjutkan Donasi

Tahun lalu, Buffett menyumbangkan dana lebih dari USD 750 juta kepada empat yayasan yang terkait dengan keluarganya pada malam Thanksgiving sebagai "dukungan tertinggi" untuk anak-anaknya.

Buffett berencana untuk mendonasikan semua saham Berkshire-nya melalui hadiah tahunan, yang akan diselesaikan 10 tahun setelah tanah miliknya dilunasi. Setelah donasi tahun ini, Buffett kini memiliki 218.287 saham A dan 344 saham B.

"Tidak ada hal luar biasa yang terjadi di Berkshire; landasan yang sangat panjang, keputusan yang sederhana dan secara umum masuk akal, penarik Amerika dan efek gabungan menghasilkan kekayaan saya saat ini," tutur Buffett.

"Wasiat saya menetapkan bahwa lebih dari 99 persen harta saya ditujukan untuk penggunaan filantropis," ungapnya.

Kekayaan miliarder yang berbasis di Omaha, Nebraska itu, kini bernilai lebih dari USD 730 miliar atau setara Rp. 10,5 kuadriliun.

3 dari 3 halaman

Warren Buffett Usul Batas Utang Pemerintah AS Dihapus

Miliarder Amerika Serikat (AS) sekaligus investor terkenal Warren Buffett telah menepis kekhawatiran Kongres tidak akan menaikkan plafon utang dan pemerintah federal akan dipaksa untuk gagal bayar utangnya.

Dikutip dari Yahoo Finance, Minggu (28/5/2023), Warren Buffett menggambarkan bentrokan antara Kongres dan pemerintah federal sebagai pemborosan waktu yang bodoh. Ia menyerukan agar batas pinjaman dihapus seluruhnya.

"Anggota parlemen tidak akan membiarkan pagu utang menyebabkan dunia mengalami kekacauan. Ini akan berubah,” ujar CEO Berkshire Hathaway, Warren Buffett.

Selama krisis plafon utang pada 2011, Buffett menekankan betapa legislator tidak bijak membiarkan negara kehabisan uang. “Itu mungkin tindakan paling botoh yang pernah dilakukan Kongres,” tutur dia.

Ia membandingkan kemustahilan gagasan itu dengan Indiana Pi Bill, proposal untuk mengubah nilai bilangan irasional Pi menjadi 3,2 untuk kesederhanaan. Itu dengan suara bulat disahkan oleh Dewan Perwakilan negara bagian pada 1897, tetapi ditunda batas waktu oleh Senatnya.

Buffett berargymen batas utang tidak pernah masuk akal sejak awal, karena kapasitas pinjaman Amerika Serikat meningkat seiring pertumbuhannya. “Memiliki plafon utang untuk memulai adalah sebuah kesalahan,” ujar dia.

Ia menuturkan, utang AS mungkin tidak diinginkan untuk naik sebagai persentase dari produk domestik bruto (PDB)nya.

"Permainan ini dimainkan, dan semua waktu terbuang sia-sia dan banyaknya pernyataan konyol yang Anda dengar. Sepertinya membuang-buang waktu untuk sebuah negara yang memiliki banyak yang harus dilakukan," tutur dia.