Liputan6.com, Jakarta Per Februari 2023, jumlah tenaga kerja industri nonmigas sebanyak 18.775.446 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5,22 persen bekerja di industri makanan, 2,71 persen di industri pakaian jadi, 1,69 persen di industri kayu, barang dari kayu dan gabus dan barang anyaman dari bambu, rotan, dan sejenisnya, 1,11 persen dari industri tekstil, serta 0,96 persen dari industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki.
Baca Juga
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa masih terdapat rintangan terkait tenaga kerja industri nasional.
Advertisement
“Upaya penyediaan SDM industri yang kompeten menjadi suatu tantangan saat ini karena terdapat ketidaksesuaian antara supply dari dunia pendidikan dengan demand dari pasar kerja industri, sehingga perlu diselaraskan,” kata Menteri Perindustrian dikutip Sabtu (24/6/2023).
Kementerian Perindustrian melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri menaungi unit-unit pendidikan vokasi untuk menyumbang tenaga kerja baru yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang selaras dengan kebutuhan industri.
“Terdapat 11 Politeknik, 2 Akademi Komunitas, 6 SMK-SMTI, dan 3 SMK-SMAK Kementerian Perindustrian yang menyelenggarakan pendidikan vokasi industri dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia,” papar Kepala BPSDMI, Masrokhan.
Salah satu unit pendidikan tersebut adalah SMK-SMTI Yogyakarta yang meraih predikat SMK terbaik kedua se-Indonesia pada tahun 2021 berdasarkan nilai UTBK yang dirilis oleh Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi Kemendikbud.
SMK-SMTI Yogyakarta memiliki tiga kompetensi keahlian yang bisa dipilih pendaftar, yakni Kimia Analisis, Kimia Industri, dan Teknik Mekatronika.
Sistem pembelajarannya menggunakan dual sistem yang terhubung langsung dengan industri, SMK-SMTI Yogyakarta bekerjasama dengan berbagai perusahaan di bidang manufaktur, kimia, dan otomotif.
Perubahan Teknologi
Menghadapi era industri 4.0, SMK-SMTI Yogyakarta juga menyiapkan para muridnya untuk terbuka dengan perubahan teknologi dan beradaptasi agar bisa bersaing di dunia kerja setelah lulus nanti.
“Penyelesaian sistem teknologi informasi sekolah yang terintegrasi dalam satu sistem kian penting saat ini. Sebab, di era sekarang dunia global telah masuk ke tahap Revolusi Industri 4.0 dan sistem berbasis IoT. Di sisi lain, status sekolah yang merupakan lembaga pendidikan yang fokus mencetak lulusan siap kerja di dunia industri tentu harus beradaptasi dengan perkembangan zaman,” ujar Kepala Sekolah SMK-SMTI Yogyakarta, Rr. Ening Kaekasiwi.
Di sekolah tersebut, telah terdapat mata pelajaran yang bernama “Pengenalan Industri 4.0” yang didukung dengan modul-modul industri 4.0. Selain itu, sebagai penerapan teknologi 4.0, sebagian alat praktikum juga memiliki konektivitas yang menunjang otomasi peralatan industri.
Selain itu, SMK-SMTI Yogyakarta juga memiliki teaching factory (TEFA), yakni sistem pembelajaran dengan alat dan fasilitas seperti yang digunakan oleh industri saat ini, sehingga siswa sudah terbiasa dan langsung siap bekerja setelah lulus.
“Teaching factory di SMK-SMTI Yogyakarta menyesuaikan dengan standar dan prosedur yang berlaku di industri serta dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri,” pungkas Ening.
Advertisement
Terapkan Standar Hijau, Industri Batik Indonesia Bakal Berjaya di Pasar Global
Industri batik memiliki peran penting dalam memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional. Ini tercemin dari capaian nilai ekspor batik Indonesia yang menembus USD49,63 juta, naik signfikan jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD39,76 juta.
“Sejak UNESCO memberikan pengakuan Batik Indonesia sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada tahun 2009, industri batik Indonesia mengalami pertumbuhan positif,” Kepala Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJIKB) Kementerian Perindustrian, Tirta Wisnu Permana, dalam keterangan tertulis, Jumat (23/6/2023).
Wisnu mengemukakan, potensi industri batik nasional juga terlihat dari jumlahnya yang melebihi dari 47 ribu unit usaha, yang tersebar di 101 sentra berbagai wilayah Indonesia.
“Sektor ini juga tergolong padat karya, karena telah menyerap tenaga kerja hingga 200 ribu orang. Jadi, industri batik merupakan sektor padat karya berorientasi ekspor,” ungkapnya.
Guna meningkatkan daya saing industri batik Indonesia, Kemenperin terus mendorong proses pembuatan batik yang ramah lingkungan. Tujuannya untuk menciptakan efisiensi pemakaian bahan baku, energi, dan hemat air, sehingga limbah yang dihasilkan lebih sedikit.
“Hal ini sesuai dengan implementasi prinsip industri hijau yang dapat mendukung konsep ekonomi secara berkelanjutan,” imbuhnya.
Lembaga Sertifikasi
BBSPJIKB Yogyakarta sebagai salah satu instansi pemerintah yang telah memiliki Lembaga Sertifikasi Industri Hijau. Dalam menyelenggarakan kegiatan Sertifikasi Industri Hijau dan menerbitkan Sertifikat Industri Hijau, LSIH BBSPJIKB mengacu pada Standar Industri Hijau (SIH).
“SIH adalah standar industri yang terkait dengan efisiensi bahan baku, bahan penolong, energi, proses produksi, produk, manajemen perusahaan, pengelolaan limbah dan/atau aspek lain yang ditetapkan dan disusun secara konsensus oleh semua pihak terkait yang bertujuan untuk mewujudkan industri hijau,” papar Wisnu.
Dalam rangka mendorong penerapan konsep produksi bersih di industri batik nasional, BBSPJIKB Yogyakarta telah mejalin kerja sama dengan berbagai pihak seperti UNIDO (tahun 2020) dalam program Resource Efficiency and Cleaner Production (RECP) untuk lima sentra batik yang mewakili masing-masing kabupaten kota di Yogyakarta.
Advertisement