Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) selangkah lagi masuk untuk mengelola lapangan migas Blok Masela usai ditinggalkan Shell. Kabarnya, proses negosiasi terus berjalan termasuk mengenai harga yang perlu dikeluarkan dalam pengambilalihan 35 persen participant interest (PI) di Blok Masela.
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengungkap kemungkinan kalau Pertamina tak perlu membayar sepeser pun soal alih kelola tersebut. Ketika ditanya soal harga, Djoko mengaku tak mendapat informasi berapa harga yang disepakati antara Pertamina dan Shell.
"Saya juga gak tau itu (harga kesepakatan Pertamina-Shell). Siapa tau tidak ada harga, kan lebih mantap. Iya dong, ngapain bayar-bayar," ujar dia saat ditemui wartawan di Kementerian ESDM, ditulis Rabu (5/7/2023).
Advertisement
Bukan tanpa alasan, Djoko merujuk pada regulasi yang menyebut kondisi lapangan migas jika belum dieksplorasi dalam jangka waktu 5 tahun setelah Plan of Development (POD), maka hak pengelolaan itu wajib dikembalikan kepada pemerintah.
"Di regulasinya kan kalau dalam 5 tahun ga ada kegiatan setelah POD di-approve itu kan harus wajib dibalikkan ke pemerintah regulasinya itu," katanya.
Kemungkinan POD Diperpanjang
Kendati begitu, ada kemungkinan POD juga bisa diperpanjang jika operator belum mendapatkan komitmen Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG). Poin ini yang menurut Djoko perlu ditekankan dalam pengelolaan blok gas raksasa, Blok Masela.
"Jadi yang harus dikejar adalah pembeli gasnya, PJBG-nya, kalau nggak ada pembeli gasnya ya nggak akan dikembangkan. Itu yang paling penting di hulu migas, regulasinya mengatakan itu," bebernya.
Â
Rampung Pekan Ini
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury mengungkap kalau Pertamina dan Shell sudah sepakat soal biaya yang perlu dikeluarkan. Kendati, dia tidak berbicara banyak berapa besarannya.
"Sudah, rasa-rasanya untuk pembahasan dengan Shell, mengenai terms pembayaran dan juga jumlah pembayaran juga sudah disepakati bersama," ujar dia di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dengan proses negosiasi yang sudah masuk tahap akhir, Pahala menyebut hal itu bisa rampung pekan ini. Artinya, selangkah lagi, Pertamina masuk ke Blok Masela.
"Saya rasa pembahasan dengan pihak mereka (Pertamina-Shell) kelihatannya sudah mengerucut, baik sisi jumlah maupun terms pembayaran. Ya, insyaaAllah (pekan ini selesai)," paparnya.
Â
Advertisement
Batas Waktu
Diberitakan sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menanti kepastian PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) untuk proyek blok migas di laut dalam, atau Indonesia Deepwater Development (IDD) di Kalimantan Timur.
Tak hanya Chevron, Arifin juga memberi tenggat kepastian divestasi Shell Upstream Overseas Ltd untuk Blok Masela.
Arifin tak ingin kedua proyek migas tersebut terus terbelengkalai. Sehingga ia menetapkan waktu penyelesaian per Juli 2023.
"Juli IDD (dan Blok Masela) harus ada kepastian, kalau enggak kita ambil pemikiran lain," tegas Arifin di Jakarta, Jumat (23/6/2023).
Beberapa waktu lalu, Arifin sempat mengatakan, proses akuisisi Blok Masela oleh PT Pertamina (Persero) akan rampung pada Juni 2023 mendatang.
Pertamina nantinya bakal memperoleh hak partisipasi 35 persen di Blok Masela yang ditinggalkan Shell 2 tahun lalu. Pertamina akan menjadi partner dari Inpex Corporation yang menguasai 65 persen hak partisipasi.
"Awal Juni kita harapkan udah tuntas. Udah ada partner-nya, sudah ada konsorsium baru," ujar Arifin di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (5/5/2023).
Â
Belum Cari Mitra
Menurut dia, Pertamina saat ini belum mencari mitra untuk bisa membagi hak partisipasinya dalam akuisisi proyek strategis nasional (PSN) tersebut. "Masih Pertamina," imbuhnya.
Selain Blok Masela, Arifin juga menyampaikan informasi soal pengganti PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) untuk proyek blok migas di laut dalam, atau Indonesia Deepwater Development.
Secara target waktu, raksasa migas asal Italia Eni dikabarkan bakal menjadi pengganti CPI di IDD. "Akhir Mei ya, Insya Allah sudah close deal," pungkas Arifin
Advertisement