Tengok Gaya Hidup Maksimal Putra Mahkota Dubai, Jadi Penyair hingga Punya Kebun Binatang Pribadi

Liputan6.com, Jakarta - Hamdan bin Mohammed Al Maktoum dari Dubai Uni Emirat Arab menjadi putra mahkota yang dikenal sebagai Fazza. Dia mungkin bukan bangsawan terkaya, tetapi dia jelas menjalani hidup dengan maksimal dengan harta yang dimilikinya.

Dengan perkiraan kekayaan sebesar USD 400 juta atau sekitar Rp 6 triliun, pria Uni Emirat Arab yang kini berusia 40 tahun ini menampilkan bakat luar biasa sebagai penyair, politikus, dan penunggang kuda.

Siapa Hamdan bin Mohammed Al Maktoum sebenarnya?

Seperti kakak laki-lakinya yang suka berkuda Sheikh Rashid bin Mohammed Al Maktoum, karier akademik Fazza dimulai di Rashid School for Boys Dubai yang bergengsi, yang didirikan oleh penguasa pertama emirat pada 1986.

Kemudian, dia pindah ke Inggris untuk menghadiri Sandhurst – sebuah perguruan tinggi pelatihan terbaik untuk Inggris perwira militer yang disukai oleh bangsawan Timur Tengah, diikuti oleh London School of Economics.

Dia telah menjadi putra mahkota Dubai sejak 2008 setelah saudaranya Sheikh Rashid diabaikan untuk peran tersebut.

Aktif Sosial Media

Menjadi putra mahkota dari tujuan yang mempesona seperti Dubai bisa menjadi alasan yang cukup untuk memiliki banyak pengikut di media sosial. Akun Instagram putra mahkota memiliki lebih dari 15 juta pengikut, lebih banyak dari populasi UEA (yang mencapai 10 juta tahun lalu).

Akunnya memamerkan gaya hidup yang luar biasa dengan banyak petualangan dan kemewahan, menjelajahi minat termasuk hewan, puisi, olahraga, dan fotografi, dan menarik ratusan ribu suka dan tampilan di setiap pos.

Menjadi Penyair

Putra mahkota Dubai menggunakan gaya Arab kuno Nabati untuk menulis puisi. Ia menerbitkan puisi-puisinya dengan nama samaran “Fazza”, artinya orang yang membantu dalam bahasa Arab. Pangeran Emirat merilis koleksi 18 puisi dwibahasa berjudul For the Love of Horses pada 2019, menggabungkan ekspresinya dengan minat berkuda.

Sheikh Hamdan menggambarkan puisinya sebagai “identitas dan karakter puitis saya di mana saya dengan rendah hati berusaha menghidupkan kembali kegembiraan di hati orang-orang, meringankan penderitaan mereka dengan cara sederhana saya sendiri. Saya mengungkapkan harapan dan aspirasi mereka,” menurut The National.