Sukses

USD Menguat Lagi Jelang Akhir Pekan, Rupiah Diramal Melemah ke 15.210 per Dolar AS

Rupiah ditutup Melemah 86 point dalam penutupan pasar akhir pekan,setelah sebelumnya sempat melemah 90 point dilevel Rp. 15.142.

Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat atau USD kembali menguat menjelang akhir pekan pada Jumat (7/7).

Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menjelaskan bahwa USD bertahan dalam kisaran ketat pada hari Jumat karena investor menunggu laporan pekerjaan utama AS dan menimbang prospek suku bunga Federal Reserve yang lebih tinggi untuk prospek pertumbuhan ekonomi.

Ibrahim menyoroti laporan nonfarm payrolls yang diawasi ketat akan dirilis pada hari Jumat, di mana ekspektasi ekonomi AS akan menambah 225.000 pekerjaan pada bulan Juni.

"Rilis tersebut mengikuti data pada hari Kamis yang menunjukkan gaji swasta melonjak bulan lalu, sementara jumlah warga AS yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat pekan lalu, menunjukkan pasar tenaga kerja tetap kokoh," paparnya, dalam keterangan tertulis pada Jumat (7/7/2023).

Suku Bunga The Fed

Hal itu membuat imbal hasil Treasury AS, meningkatkan kemungkinan The Fed harus menaikkan suku bunga lagi untuk menjinakkan inflasi, meskipun dolar diperdagangkan dalam kisaran sempit karena pasar tetap waspada menjelang rilis daftar gaji.

Sementara di Inggris, Bank of England diperkirakan akan menaikkan suku bunga menjadi 6,5 persen awal tahun depan, naik dari puncak yang diharapkan sebelumnya sebesar 6,25 persen.

Ibrahim menjelaskan bahwa, ini merupakan imbal hasil Treasury dalam dua tahun, yang biasanya mencerminkan ekspektasi suku bunga jangka pendek, naik mendekati 5 persen, setelah melonjak ke level tertinggi 16 tahun di 5,12% pada hari Kamis.

Sementara itu, Rupiah ditutup Melemah 86 point dalam penutupan pasar akhir pekan, walaupun sebelumnya sempat melemah 90 point dilevel Rp. 15.142 dari penutupan sebelumnya di level Rp. 15.056.

"Sedangkan untuk perdagangan senen depan , mata uang Rupiah kluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.130- Rp. 15.210," kata Ibrahim.

 

2 dari 3 halaman

Perlambatan Ekonomi Global

Ibrahim melihat, ekonomi global saat ini tengah mengalami masa sulit, bahkan berada pada pijakan yang berbahaya.

"Hal tersebut bisa terlihat dari pelambatan yang tajam dan tersinkronisasi. Banyak pengamat yang menganggap bahwa perekonomian negara-negara di dunia 70 persen mengalami pertumbuhan yang lebih lemah tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya," kata Ibrahim.

Tak hanya itu, penurunan ekonomi yang terjadi sifatnya drastis atau menurun tajam. Saat ini, pertumbuhan ekonomi global diproyeksi akan menurun dari 3 persen tahun lalu menjadi sekitar 2 persen.

Ekonomi negara maju juga diprediksi akan mengalami perlambatan yang lebih dalam.

"Beberapa alasan yang menyebabkan perlambatan ekonomi, salah satunya kebijakan moneter yang ketat yang sudah terjadi selama 18 bulan terakhir. Selain itu, tantangan perbankan, kondisi kredit yang memburuk, juga perdagangan global yang melambat sangat tajam turut mempengaruhi penurunan ekonomi global," jelas Ibrahim.

3 dari 3 halaman

Permintaan Terpengaruh

Semakin banyak negara yang merasakan dampak pengetatan kondisi keuangan. Inflasi, meski telah turun, masih tinggi. Sehingga mempengaruhi permintaan.

"Selain itu, tantangan perbankan, kondisi kredit yang memburuk, juga perdagangan global yang melambat sangat tajam turut mempengaruhi penurunan ekonomi global," lanjut Ibrahim. 

Kemudian dampak operasi khusus Rusia ke Ukraina, semakin memperparah kondisi ekonomi global, Ibrahim menyebutkan, sehingga ada masalah kepercayaan secara keseluruhan dan prospek yang tidak pasti yang mengurangi investasi disuatu negara, membuat perlambatan ekonomi semakin nyata.

Video Terkini